Liputan6.com, Jakarta - PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengumumkan perubahan kepemilikan saham perseroan. Ternyar, PT Paraga Artamida kembali mengoleksi 165.099.300 lembar saham BSDE senilai Rp 181,36 miliar.
"Transaksi berlangsung pada 15—21 November 2022 dengan harga pembelian sebesar Rp 1.098,52 per saham. Tujuan transaksi untuk investasi dengan kepemilikan saham langsung," ungkap Sekretaris Perusahaan PT Bumi Serpong Damai Tbk, Christy Grassela dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (17/12/2022).
Baca Juga
Usai transaksi, Paraga Artamida kini genggam 7.551.556.364 lembar saham PT Bumi Serpong Damai Tbk atau setara 35,57 persen, dari sebelumnya 7.386.457.064 lembar atau 34,89 persen. Pembelian ini bukan kali pertama dilakukan Paraga Artamida.
Advertisement
Belum lama ini, Paraga Artamida juga mengumumkan pembelian saham PT Bumi Serpong Damai Tbk senilai 16,97 miliar. Transaksi tersebut dilakukan pada 14 Desember 2022. Saat itu, Paraga Artamida membeli 18.714.500 saham PT Bumi Serpong Damai Tbk dengan harga transaksi Rp 906,67 per lembar saham.
Sehingga total transaksi mencapai Rp 16,97 miliar. Usai transaksi, Paraga Artamida saat itu menggenggam 7.386.457.064 lembar saham PT Bumi Serpong Damai Tbk atau setara dengan 34,89 persen. Sebelum transaksi, Paraga Artamida menggenggam saham BSDE sebanyak 7.367.742.564 lembar atau 34,8 persen.
Bumi Serpong Damai Raih Pinjaman Rp 1 Triliun dari BNI
Sebelumnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mendapatkan pinjaman sebesar Rp 1 triliun dan fasilitas treasury line sebesar USD 2 juta atau sekitar Rp 31,24 miliar (asumsi kurs 15.622 per dolar AS) dari Bank Negara Indonesia (BNI).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (16/12/2022), PT Bumi Serpong Damai Tbk telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pada 15 Desember 2022. Perseroan mendapatkan fasilitas kredit term loan sebesar Rp 1 triliun dalam perjanjian fasilitas kredit ini. Selain itu, perseroan juga mendapatkan fasilitas treasury line USD 2 juta yang dapat dimanfaatkan oleh perseroan hingga jangka waktu 84 bulan sejak tanggal penarikan pertama.
“Masing-masing fasilitas kredit tersebut akan digunakan untuk ekspansi usaha atau apapun corporate action lainnya, serta dalam rangka lindung nilai (hedging) ada risiko nilai tukar valuta asing dan interest rate,” tulis Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk, Hermawan Wijaya.
Adapun fasilitas kredit ini dijamin oleh jaminan tanah milik perseroan. Dengan pinjaman tersebut, perseroan menyatakan memiliki ruang gerak lebih luas dalam memanfaatkan alokasi penggunaan dana untuk kegiatan operasional maupun corporate action perseroan. “Selain itu, perseroan juga terlindungi dari risiko fluktuasi kurs di tengah ketidakpastian kondisi global saat ini,” ujar dia.
Advertisement
Kantongi Pinjaman dari Bank Mandiri Rp 2,5 Triliun
Sebelumnya, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mendapatkan fasilitas kredit dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Pinjaman tersebut akan digunakan untuk modal kerja.
Direktur Bumi Serpong Damai Hermawan Wijaya menuturkan, Bumi Serpong Damai mendapatkan fasilitas kredit modal kerja non-revolving sebesar Rp 2,5 triliun.
Fasilitas kredit tersebut dapat dimanfaatkan oleh BSDE sampai dengan jangka waktu 60 bulan sejak penandatanganan yang dilakukan pada 12 Desember 2022.
"Fasilitas kredit tersebut akan digunakan untuk modal kerja dalam mendukung kegiatan operasional Perseroan,” tulis Hermawan dalam keterbukaan informasi, dikutip Kamis (15/12/2022).
Selain itu, fasilitas kredit ini dijamin oleh jaminan tanah dan bangunan milik Bumi Serpong Damai.
“Dengan tersedianya fasilitas kredit tersebut di atas, Perseroan memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam memanfaatkan alokasi penggunaan dana untuk kegiatan operasional Perseroan,” ujar dia.
Mengutip laporan keuangan BSDE, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Bumi Serpong Damai meraup pertumbuhan pendapatan tetapi laba turun tipis hingga September 2022.
Pada periode ini, perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 7,15 triliun. Raihan itu naik 38,29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,17 triliun. Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 2,66 triliun dari Rp 1,85 triliun pada September 2021.
Meski begitu, laba kotor perseroan masih tumbuh 35,44 persen menjadi Rp 4,49 triliun dari Rp 3,31 triliun pada September 2021.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Senin, 31 Oktober 2022, beban usaha pada periode ini tercatat naik menjadi Rp 2,32 triliun dari Rp 1,7 triliun pada September 2021. Sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp 2,17 triliun, yang masih tumbuh 34,82 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,61 triliun.
Aset
Pada periode ini, perseroan mencatatkan pendapatan bunga dan investasi senilai Rp 249,42 miliar, keuntungan dari perubahan nilai wajar investasi yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi senilai Rp 33,82 miliar, dan pendapatan dividen Rp 3,29 miliar.
Kemudian dampak dari pendiskontoan aset dan liabilitas keuangan tercatat sebesar R 2,81 miliar, dampak penghapusan aset hak guna Rp 1,55 miliar, dan keuntungan penjualan aset tetap senilai Rp 323,82 miliar. Perseroan juga mencatatkan kerugian selisih mata uang asing sebesar Rp 349,51 miliar, beban bunga dan keuangan lainnya Rp 1,26 triliun, pendapatan lain-lain Rp 69,56 miliar serta beban lain-lain Rp 1,25 triliun.
Dari rincian itu, setelah dikurangi beban pajak, perseroan mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 918,3 miliar. Laba ini turun tipis 1,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 930,76 miliar.
Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 64,11 triliun, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 61,47 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 29,99 triliun dan aset tidak lancar Rp 34,12 triliun.
Liabilitas hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 27,37 triliun, naik dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 25,58 triliun. Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 11,09 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 16,28 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi Rp 36,74 triliun dari Rp 35,89 triliun pada Desember 2021.
Advertisement