Liputan6.com, Jakarta - Emiten milik Garibaldi Thohir atau Boy Thohir, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan dan perdagangan batu bara metalurgi melalui perusahaan anak dan menjalankan kegiatan usaha berupa jasa konsultasi manajemen.Â
Perseroan merupakan perusahaan yang di bawah naungan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO). Dalam menjalankan usahanya, Perseroan dan perusahaan anaknya didukung dengan bisnis yang terintegrasi dari tambang hingga ke stockpile dan transshipment area.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), pada 16 Februari 2023, kapitalisasi pasar saham ADMR mencapai Rp 61,32 triliun.
Advertisement
Melansir laman resminya, Kamis (16/2/2023), dalam pelaksanan kegiatan operasionalnya, Adaro Minerals Indonesia memiliki visi menjadi perusahaan tambang dan mineral Indonesia yang terkemuka.
Untuk mencapai visi tersebut, Adaro Minerals Indonesia memiliki misi sebagai berikut.
Memuaskan kebutuhan pelanggan
Mengembangkan karyawan
Menjalin kemitraan dengan pemasok
Mendukung pembangunan masyarakat dan negara
Mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan
Memaksimalkan nilai bagi pemegang saham
Adaro Minerals Indonesia mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 3 Januari 2022. Hingga saat ini, saham ADMR yang beredar di masyarakat sebanyak 16,161 persen. Awalnya, Perseroan didirikan dengan nama PT Jasapower Indonesia pada 2007.
Kemudian, LC, MC, SBC, KC dan JC melakukan divestasi kepada perusahaan Indonesia (yang merupakan pemegang saham Perseroan), sehingga kepemilikan saham perusahaan Indonesia menjadi sebesar 25 persen pada 2010. Lalu, pada 2015 memulai produksi Semi Soft Coking Coal (SSCC) berkualitas tinggi melalui LC yang dikenal dengan nama Haju
Pada 2016, LC, MC, SBC, KC dan JC melakukan divestasi kepada perusahaan Indonesia (yang merupakan pemegang saham Perseroan), sehingga kepemilikan saham perusahaan Indonesia menjadi sebesar 99 persen.
Pengiriman Pertama HCC pada 2020
Perseroan juga memulai produksi Hard Coking Coal (HCC) melalui MC yang dikenal dengan nama Lampunut Hard Coking Coal dan Lampunut Green Coal pada 2019. Adapun, Perseroan melakukan pengiriman pertama Lampunut Hard Coking Coal (HCC) pada Mei 2020.
Selajutnya, Perseroan, melalui ATDI, menyelesaikan akuisisi 99 persen kepemilikan LC, MC, SBC, KC dan JC dari pemegang saham Perseroan mengubah nama menjadi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk pada 2022.
Sebelumnya, PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) mengumumkan laporan keuangan konsolidasian untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Adaro Minerals Indonesia membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga September 2022.
Mengutip laporan keuangan perseroan, Adaro Minerals mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 284,26 juta atau sekitar Rp 4,45 triliun (kurs Rp 15.655 per USD). Laba ini naik 481,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 48,88 juta.
Raihan laba perseroan pada sembilan bulan pertama tahun ini sejalan dengan pendapatan usaha yang naik 188 persen menjadi sebesar USD 666 juta dari USD 231 juta pada periode yang sama tahun lalu berkat kenaikan volume penjualan dan ASP secara yoy.
Â
Advertisement
Volume Produksi
"ADMR mencatat kenaikan 105 persen pada ASP hingga September 2022 dibanding September 2021, berkat kenaikan permintaan pasca pandemi serta peristiwa geopolitis. Pada kuartal III 2022, harga dipengaruhi volatilitas di pasar batu bara metalurgi, sehingga ASP pada kuartal III 2022 turun 30 persen dari kuartal II 2022," ungkap Direktur dan CEO Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resmi, Selasa (1/10/2022).
Volume produksi pada September 2022 naik 48 persen menjadi 2,56 juta ton dari 1,73 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Volume penjualan ADMR pada Januari---September 2022 mencapai 2,19 juta ton, atau naik 41 persen dari 1,55 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Pengupasan lapisan penutup pada 9M22 mencapai 6,05 Mbcm, atau naik 54 persen dari 3,93 Mbcm di tahun sebelumnya, sehingga nisbah kupas hingga September tercatat 2,36x, atau naik 4 persen dari 2,27x pada September 2021.
"Walaupun kuartal ketiga dilanda musim hujan, ADMR berhasil meningkatkan volume karena kontraktornya, PT Saptaindra Sejati (SIS), menambah alat berat pada periode ini," imbuh Christian.
EBITDA operasional hingga September 2022 naik 318 persen menjadi USD 411 juta dari USD 98 juta pada periode yang sama tahun lalu karena kenaikan pada volume penjualan maupun ASP yoy.
Perseroan mencatat margin EBITDA operasional yang tinggi sebesar 61,7 persen, atau naik 19 persen dari 42,5 persen pada sembilan bulan pertama di 2021.
"Situasi harga yang fluktuatif pada kuartal III 2022 menurunkan ASP pada periode ini. Namun, harga batu bara metalurgi tetap tinggi sebagaimana tercermin pada kenaikan ASP sebesar 105 persen yoy," ujar dia.
Â
Â
Beban Meningkat
Sejalan dengan adanya peningkatan signifikan pada pendapatan usaha, beban pokok pendapatan hingga September naik 80 persen menjadi USD 252 juta dari USD 140 juta pada September 2021. Hal itu terutama karena kenaikan royalti yang terjadi karena kenaikan pada volume penjualan maupun ASP.
Kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dan produksi perseroan pada Januari-September 2022 mendorong kenaikan 52 persen pada biaya penambangan menjadi USD 48 juta dari USD 32 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan 107 persen pada biaya pemrosesan batu bara menjadi USD 33 juta dari USD 16 juta pada September 2021, kenaikan 73 persen pada biaya pengiriman dan penanganan menjadi USD 59 juta dari USD 34 juta pada pada September 2021, dan kenaikan 174 persen pada biaya bahan bakar akibat kenaikan pengupasan lapisan penutup maupun biaya bahan bakar.
"Royalti yang dibayarkan kepada pemerintah hingga September naik 194 persen menjadi USD 118 juta dari USD 40 juta berkat kenaikan laba usaha. Biaya royalti meliputi 47 persen beban pokok pendapatan hingga September 2022 dibandingkan 29 persen pada periode yang sama tahun lalu," beber Christian.
Beban usaha pada September 2022 naik 38 persen menjadi USD 26 juta dari USD 19 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya, terutama karena kenaikan komisi penjualan seiring kenaikan volume penjualan. Kemudian beban penghasilan tercatat sebesar USD 838 ribu, berbalik dari posisi September 2022 di mana perseroan memperoleh penghasilan lain-lain senilai USD 1,81 juta.
Dari rincian itu, perseroan mencatatkan laba usaha sebesar USD 387,65 juta, naik 421,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 74,38 juta.
Â
Â
Advertisement
Aset Perseroan
Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 naik 52 persen menjadi USD 1.243 juta dari USD 815 juta pada September 2021. Aset lancar naik 256 persen menjadi USD 612 juta ditopang oleh kenaikan saldo kas sebesar 434 persen menjadi USD 402 juta dari USD 75 juta pada akhir 9M21.
Sementara aset tidak lancar turun 2 persen menjadi USD 631 juta pada September 2022 dari USD 644 juta pada September 2021. Liabilitas sampai dengan September 2022 turun 1 persen menjadi USD 753 juta dari USD 762 juta pada September 2021.
Posisi liabilitas lancar naik 150 persen menjadi USD 159 juta dari USD 64 juta pada September 2021 karena kenaikan utang pajak dan kenaikan utang royalti yang sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha. Liabilitas tidak lancar turun 15 persen menjadi USD 594 juta pada September 2022 dari USD 698 juta pada September 2021 karena pinjaman dari pemegang saham turun 16 persen menjadi USD 562 juta dari USD 670 juta per akhir 9M21.
Perseroan telah melunasi sebagian pinjaman ini, dan pada 9M22 telah membayar sebesar USD 73 juta. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik 817 persen menjadi USD 490 juta dari USD 53 juta pada September 2021.
Hal itu berkat kenaikan signifikan pada laba ditahan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, berkat kenaikan profitabilitas. Laba ditahan naik menjadi USD 365 juta pada September 2022 dari defisit sebesar USD 27 juta pada September 2021.
Â
Â