Silicon Valley Bank Bangkrut Seret Saham First Republic Anjlok 62 Persen

Saham First Republic jatuh 62 persen pada Senin, 13 Maret 2023 di tengah langkah regulator Amerika Serikat (AS) menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah jatuhnya Silicon Valley Bank.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 14 Mar 2023, 14:31 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 12:36 WIB
Saham First Republic Bank Anjlok 62 Persen di Tengah Sentimen Silicon Valley Bank
Saham First Republic Bank anjlok 62 persen pada perdagangan Senin, 13 Maret 2023 terseret sentimen Silicon Valley Bank. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Saham First Republic Bank (FRC) turun signifikan bahkan sentuh rekor terendah. Saham First Republic Bank merosot 62 persen pada Senin, 13 Maret 2023 menjadi USD 31,21. Koreksi saham First Republic Bank ini terjadi meskipun ada langkah-langkah dari regulator AS untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah jatuhnya Silicon Valley Bank.

Melansir Yahoo Finance, Selasa (14/3/2023), saham First Republic dan pemberi pinjaman regional lainnya berulang kali dihentikan karena volatilitas selama sesi perdagangan di tengah kekhawatiran penularan bank. Saham Western Alliance (WAL) turun 47 persen, sementara PacWest Bancorp (PACW) dan Zions Bank Corporation (ZION) menutup sesi terendah mereka, masing-masing turun 21 persen dan 25 persen.

Pada Minggu, First Republic Bank memastikan telah mengamankan likuiditas tambahan dari Federal Reserve Bank dan JPMorgan Chase.

"Total likuiditas yang tersedia dan tidak terpakai untuk mendanai operasi sekarang lebih dari USD 70 miliar,” kata First Republic, menambahkannya juga memenuhi syarat untuk Program Pendanaan Berjangka Bank baru yang diumumkan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/the Fed) pada Minggu.

Simpanan tidak diasuransikan First Republic pada akhir 2022 berjumlah USD 119,5 miliar, atau 67 persen dari total simpanannya, menurut laporan keuangannya.

Analis Raymond James, Compass Point dan Wolfe Research semuanya menurunkan peringkat First Republic pada Senin, dengan yang lain memangkas target harga saham mereka. Namun JPMorgan mengulangi peringkat kegemukannya, dengan mengatakan ini adalah peluang pembelian.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Langkah Regulator Keuangan Amerika Serikat

Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Penopang likuiditas First Republic terjadi setelah rekan Silicon Valley Bank yang berbasis di San Francisco, yang sebelumnya dimiliki oleh SVB Financial (SIVB), ditutup oleh regulator Jumat lalu karena para deposan berbondong-bondong untuk mengeluarkan uang mereka dari bank. Banyak klien Silicon Valley Bank adalah perusahaan rintisan dan modal ventura, dengan rekening yang jauh melebihi USD 250.000, jumlah yang biasanya diasuransikan oleh Federal Deposit Insurance Corporation, atau FDCI.

Pada Minggu, regulator keuangan mengatakan deposan SVB akan dibuat utuh, dan mengumumkan fasilitas baru untuk mendukung penarikan deposit di seluruh sistem perbankan.

"Hari ini kami mengambil tindakan tegas untuk melindungi ekonomi AS dengan memperkuat kepercayaan publik pada sistem perbankan kami," kata pernyataan bersama Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Ketua Fed Jerome Powell, dan Ketua FDIC Martin Gruenberg.


Risiko dan Ketakutan Masih Membayangi

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Regulator juga mengumumkan pengecualian risiko sistemik untuk Signature Bank (SBNY), yang ditutup pada Minggu oleh otoritas pencarter negara.

Langkah tersebut mungkin tidak cukup untuk meredakan kekhawatiran tentang likuiditas semua bank, terutama bank regional yang tidak harus menjalani stress test dan peraturan yang sama seperti pemberi pinjaman terbesar di negara itu.

"Risiko dan ketakutan masih sangat hidup di pasar ini. Sifat elektronik dari sistem perbankan sekarang, orang dapat mengeluarkan uang dengan sangat cepat," kata David Ellison dari Hennessy Large Cap Financial kepada Yahoo Finance Live.

"Ini bukan orang-orang yang berbaris di luar untuk mendapatkan 20 dolar. Ini adalah orang-orang yang menelepon, menggunakan Internet, dan menarik jutaan dolar dengan sangat cepat. Jadi masalah likuiditas ini lebih besar dari yang diperkirakan the Fed dan saya pikir ini akan menjadi perjuangan ke depan di sini untuk membangun rasa likuiditas dalam sistem,” ia menambahkan.

 

 

Infografis Ketimpangan Ekonomi Global
Hampir 99 persen kekayaan dunia dimiliki, hanya oleh 1 persen kelompok tertentu (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya