Liputan6.com, Jakarta - Emiten pertambangan, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan kinerja keuangan kuartal I 2023. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun.Â
Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk anjlok 48,8 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,27 triliun.
Baca Juga
Dari sisi pendapatan, Bukit Asam membukukan sebesar Rp 10 triliun, naik sekitar 21,3 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,2 triliun. Total aset perusahaan per 31 Maret 2023 sebesar Rp 46,4 triliun. Pencapaian laba bersih didukung oleh peningkatan kinerja operasional perseroan sepanjang kuartal I 2023.Â
Advertisement
Adapun, total produksi batu bara Bukit Asam pada kuartal I 2023 mencapai 6,8 juta ton, tumbuh 7 persen dibanding periode yang sama 2022 yakni sebesar 6,3 juta ton.Â
Kenaikan produksi ini seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 26 persen menjadi 8,8 juta ton. Pada kuartaI I 2023, perseroan mencatat penjualan ekspor PTBA sebesar 3,6 juta ton atau naik 59 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 5,2 juta ton atau tumbuh 10 persen secara tahunan. Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini, di antaranya adalah koreksi harga batu bara, fluktuasi pasar, hingga kondisi geopolitik. Harga pokok penjualan mengalami kenaikan, di antaranya karena biaya jasa penambangan, bahan bakar, royalti, angkutan kereta api.
Karena itu, PT Bukit Asam Tbk terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif. Perseroan juga konsisten mengedepankan cost leadership di setiap lini perusahaan, sehingga penerapan efisiensi secara berkelanjutan dapat dilakukan secara optimal.
Corporate Secretary Bukit Asam Apollonius Andwie mengatakan, perseroan menargetkan produksi batu bara menjadi 41,0 juta ton untuk 2023 atau naik 11 persen dari realisasi 2022 yang sebesar 37,1 juta ton dengan target angkutan pada 2023 meningkat menjadi 32,0 juta ton atau naik 11 persen dari realisasi angkutan 2022 yang sebesar 28,8 juta ton.Â
"Terkait volume penjualan batu bara 2023, perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30 persen dari realisasi penjualan batu bara 2022 yang sebesar 31,7 juta ton," kata Apollonius dalam keterangan resminya, Jumat (28/4/2023).
Gerak Saham PTBA
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, (28/4/2023), saham PTBA naik tipis 0,24 persen ke posisi Rp 4.140 per saham. Saham PTBA dibuka stagnan Rp 4.130 per saham. Saham PTBA sentuh level tertinggi Rp 4.200 dan terendah Rp 4.120 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.622 kali dan volume perdagangan 184.331 lot saham. Nilai transaksi harian Rp 76,6 miliar.
Bukit Asam Siapkan Belanja Modal Rp 6,4 Triliun pada 2023, untuk Apa Saja?
Sebelumnya,  PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 6,4 triliun pada 2023. Belanja modal tersebut akan dialokasikan untuk investasi.
"Belanja modal untuk 2022 target investasi Rp 2,9 triliun. Tetapi, kami ada sedikit peningkatan belanja. Ini di beberapa area meliputi investasi rutin perushaaan anak dan investasi yang sifatnya pengembangan, pada 2023 target investasi Rp 6,4 triliun," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Farida Thamrin dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bukit Asam Arsal Ismail mengatakan, pihaknya akan melakukan ekspansi secara selektif.
"PTBA tetap mau ekspansi tp selektif karena kita sendiri memiliki resources yang kurang lebih sampai sekarang lebih dari 5 miliar metrik ton (MT) dan yang sudah mineable reservenya atau terukur kurang lebih 3 miliar ton," kata Arsal.
Selain itu, Bukit Asam juga tengah mendukung program pemerintah dalam menggenjot hilirisasi. "Kami fokus dengan eksisting, yang eksisting ini untuk bagaimana dengan yang ada kita optimalkan enggak hanya jual batu bara tapi dukung program pemerintah hilirisasi," ujar dia.
Di samping itu, Bukit Asam juga mulai melakukan diversifikasi, salah satunya terjun ke energi baru terbarukan (EBT).
"Kemudian folus lain kami juga harus sesuaikan karena net zero emission tidak bisa dihindari maka kami mulai diversifikasi peluasan enggam ke fosil tapi ke EBT termasuk hilirisasi. Ekspansi ini kami tetap selektif ketika nanti ada penugasan atau kesemptan yang diberikan pemerintah kami juga tenunya akan masuk ke sana," ujar dia.
"Bukit Asam menggunakan yang sudah ada dan jika memiliki kesempatan akan ekspansi tapi tentunya dengan kajian dan analisa dan lakukan eksplorasi,"Â ia menambahkan.
Â
Advertisement
Ekspansi Bisnis Bukit Asam
Sejalan dengan visi PTBA, ekspansi bisnis perusahaan ke sektor energi baru dan terbarukan terus bergulir. PTBA terus melakukan transformasi melalui diversifikasi bisnis untuk menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang terintegrasi dan berkelanjutan.Â
Salah satunya dengan masuk ke bisnis energi baru terbarukan (EBT). Wujud konkret dukungan PTBA dalam upaya pengurangan emisi karbon global juga ditandai dengan sinergi bersama PT Jasa Marga (Persero) Tbk dalam pengembangan PLTS berkapasitas 400 Kilowatt-peak (kWp) di jalan tol Jasa Marga Group.Â
Pembangunan PLTS Jalan Tol Bali Mandara yang telah diresmikan pada 21 September 2022 lalu, berjalan dengan sangat baik sehingga menghasilkan manfaat positif berupa efisiensi energi dan biaya operasional, serta tentunya turut mendukung Presidensi G20 Indonesia pada November 2022, yang salah satunya berfokus pada isu transisi energi.
Sejalan dengan visi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan, PTBA berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara dan menjaga ketahanan energi nasional.Â
"Rencana tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) 2017," imbuhnya.
Kemudian, PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) membangun PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW, atau dikenal juga sebagai PLTUÂ Tanjung Lalang.Â
Bangun PLTU Mulut Tambang
HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dan China Huadian HongKong Company Ltd. Pembangunan PLTU yang nantinya membutuhkan sekitar 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah mencapai kemajuan konstruksi sebesar 97 persen. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada 2023.
Selain itu, PTBA dan PLN melakukan penjajakan dalam pengakhiran lebih awal (early retirement) PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW. Komitmen ini dituangkan melalui penandatanganan Principal Framework Agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises(SOE) International Conference di Bali pada 18 Oktober 2022.Â
Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk program early retirement PLTU tersebut.
Tak hanya itu, sejalan dengan target perusahaan untuk meningkatkan kapasitas angkutan batu bara jalur kereta api menjadi 72 juta ton per tahun pada 2026, dilakukan pengembangan angkutan batu bara Tanjung Enim -Keramasan dengan kapasitas 20 juta ton per tahun, dengan lingkup yang dibangun oleh PTBA adalah Train Loading System dan Coal Handling Facility sementara PT KAI menyiapkan dermaga serta sarana transportasinya (gerbong).Â
Jalur tersebut direncanakan akan beroperasi pada kuartal IV 2024. Di samping itu, juga dikembangkan angkutan batu bara ke Dermaga Perajen dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan direncanakan akan beroperasi pada kuartal III 2026, di mana fasilitas nantinya akan dipergunakan untuk mendukung Kerja Sama Sinergi BUMN Rantai Pasokan Batu Bara untuk Meningkatkan Ketahanan Kelistrikan Nasional.  Adapun, penandatanganan Head of Agreement telah dilakukan oleh PTBA, KAI, dan PLN pada 16 Februari 2022.
Â
Advertisement