Bursa Saham Asia Loyo Imbas Inflasi Jepang Naik Tipis

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan saham Jumat, 21 Juli 2023 seiring kenaikan inflasi Jepang.Pergerakan bursa saham Asia berbeda dengan wall street yang bervariasi.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jul 2023, 08:28 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2023, 08:28 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, (21/7/2023) seiring investor mencerna indeks harga konsumen Jepang pada Juni 2023. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Jumat, (21/7/2023) seiring investor mencerna indeks harga konsumen Jepang pada Juni 2023.

Dikutip dari CNBC, tingkat inflasi inti yang tidak memasukkan biaya makanan segar mencapai 3,3 persen. Hal ini sejalan dengan harapan ekonom yang disurvei oleh Reuters. Namun, inflasi inti itu lebih tinggi dari Mei 2023 sebesar 3,2 persen dan juga di atas target Bank of Japan 2 persen. Tingkat inflasi utama Jepang juga mencapai 3,3 persen pada Juni, naik dari posisi Mei 3,2 persen.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 melemah 1,23 persen, sedangkan indeks Topix tergelincir 0,52 persen seiring data inflasi dan jelang pertemuan bank sentral Jepang pekan depan untuk memutuskan suku bunga acuan.

Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,88 persen, dan indeks Kosdaq susut dari level tertinggi dalam 16 bulan. Indeks Kosdaq melemah 0,85 persen seiring harga produsen merosot untuk pertama kali sejak November 2020.

Indeks ASX 200 terpangkas 0,34 persen. Sedangkan indeks Hang Seng berjangka menguat ke 18.935 dibandingkan penutupan terakhir di 18.928,02.

Di bursa saham Amerika Serikat atau wall street, indeks Dow Jones melompat selama sembilan hari berturut-turut didorong kenaikan harga saham Johnson & Johnson. Indeks Dow Jones catat kenaikan terpanjang sejak 2017.

Sementara itu, saham Netflix dan Tesla melemah menekan indeks Nasdaq. Indeks Nasdaq terperosok 2,05 persen. Sedangkan indeks S&P 500 tergelincir 0,68 persen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 20 Juli 2023

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Kamis, 20 Juli 2023 seiring investor mencerna data ekonomi yang melambat di regional.

Dikutip dari CNBC, China tetap mempertahankan suku bunga pinjaman bertenor satu tahun dan lima tahun setelah produk domestik bruto (PDB) tercatat di bawah harapan.

Indeks Hang Seng turun 0,26 persen. Bursa saham China juga melemah. Indeks Shanghai susut 0,92 persen ke posisi 3.169,52. Indeks Shenzen tergelincir 1,06 persen ke posisi 10.816,16.

Indeks Nikkei 225 terpangkas 1,23 persen ke posisi 32.490,52. Indeks Topix susut 0,79 persen ke posisi 2.260,9 setelah Jepang mencatat surplus perdagangan 43 miliar yen. Surplus tersebut pertama kali dalam 23 bulan

Di sisi lain,indeks Kospi Korea Selatan terpangkas 0,31 persen ke posisi 2.600,23. Indeks Kosdaq naik 0,85 persen ke posisi 931,6.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat ke posisi 7.325. Penguatan indeks ASX 200 tersebut di tengah tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen pada Juni 2023 dibandingkan posisi Mei 2023 di kisaran 3,6 persen.


Penutupan Wall Street pada 20 Juli 2023

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 20 Juli 2023. Indeks Dow Jones mencatat penguatan untuk sembilan hari berturut-turut setelah hasil laba lebih baik dari perkiraan dari Johnson & Johnson.

Kenaikan indeks Dow Jones selama sembilan hari berturut-turut adalah kemenangan beruntun harian terbaik Dow Jones sejak 2017. Namun, wall street tertekan setelah penurunan laba dari Netflix dan Tesla.

Dikutip dari CNBC, Jumat (21/7/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones bertambah 163,97 poin atau 0,47 persen ke posisi 35.225,18. Indeks S&P 500 tergelincir 0,68 persen ke posisi 4.534,87. Indeks Nasdaq anjlok 2,05 persen ke posisi 14.063,31.

Indeks Dow Jones menguat didukung kinerja saham blue-chip. Saham Johnson & Johnson melonjak 6 persen setelah perseroan menaikkan panduan setahun penuh dengan mencatat hasil kuartalan yang melampaui prediksi wall street.

Selain itu, perusahaan asuransi Travelers juga mengalahkan perkiraan analis untuk kinerja kuartalan sehingga meningkatkan saham.

Namun, kinerja laba tidak merata dan menyeret indeks S&P 500 dan Nasdaq ke zona merah. Saham Netflix susut lebih dari 8 persen setelah raksasa streaming itu membukukan pendapatan yang jauh dari perkiraan analis.Harapan tinggi telah dongkrak saham hampir 50 persen pada 2023.

Sementara itu, saham Tesla anjlok 9,7 persen. Pada Rabu melam, CEO Tesla Elon Musk dan eksekutif lainnya menuturkan, produksi kendaraan akan melambat selama kuartal III seiring penutupan untuk perbaikan pabrik.

Di sisi lain, perusahaan dalam S&P 500 yang telah melaporkan laba sejauh ini mencapai 74 persen telah melampaui harapan, demikian data FactSet. Kekuatan laba perusahaan telah menciptakan optimisme untuk soft landing bagi perekonomian.

“Meskipun jumlah prognosticator bear market telah menipis mengingat kinerja pasar yang mengesankan, masih ada kontingen yang telah melihat tren baru-baru ini tidak lebih dari reli pasar bearish,” ujar Brian Belski dari BMO Capital Markets.


Saham Tesla dan Netlix Melemah

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sementara itu, 20 saham di indeks S&P 500 menyentuh level tertinggi pada perdagangan Kamis waktu setempat, dan 11 di antaranya mencapai posisi tertinggi sepanjang masa. Tiga dari 20 adalah produsen pembangun rumah, dan mencatatkan rekor tertinggi pada satu titik. Salah satu juga ada di indeks Dow Jones.

Koreksi di saham consumer discreationary di indeks S&P 500 pada pekan ini belum cukup untuk hapus keuntungan dari awal bulan.

Sektor consumer discreationary mencatat kinerja terburuk dari 11 sektor indeks saham dengan penurunan hampir 2,5 persen. Sementara itu, indeks S&P 500 naik 0,7 persen selama sepekan.

Namun, penurunan ini belum cukup untuk menutupi kenaikan sektor ini pada awal bulan. Sektor tersebut masih naik sekitar 0,5 persen secara bulanan.

Adapun indeks Dow Jones mampu kalahkan indeks Nasdaq 100 pada Kamis, 20 Juli 2023 dengan naik 2,5 persen. Persentase itu kesenjangan terlebar antara dua indeks sejak Februari 2022.

Kinerja kuartalan yang kuat dari Johnson & Johnson di mana raksasa perawatan kesehatan mengalahkan prediksi laba sehingga membantu kenaikan rata-rata saham blue-chip. Saham Johnson & Johnson naik 6 persen. Saham Goldman Sachs dan Boeing juga naik lebih dari 2 persen.

Sedangkan saham Tesla merosot 9 persen sehingga menekan indeks Nasdaq 100. Akan tetapi, indeks Nasdaq masih unggul pada 2023 meski indeks Dow Jones catat kenaikan dalam sembilan hari dan bukukan kenaikan terpanjang sejak September 2017. Indeks Dow Jones naik 6,4 persen pada 2023, dibandingkan kenaikan indeks Nasdaq 100 terbang 41 persen.

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya