Bursa Saham Asia Loyo Terseret Komentar Ketua The Fed Jerome Powell

Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi seiring Ketua The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell menuturkan, inflasi masih terlalu tinggi.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Okt 2023, 07:59 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 07:59 WIB
Bursa Saham Asia Loyo Terseret Komentar Ketua The Fed Jerome Powell
Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, (20/10/2023). (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada perdagangan Jumat, (20/10/2023). Bursa saham Asia Pasifik melanjutkan tekanan dari aksi jual pada perdagangan Kamis pekan ini.

Koreksi bursa saham Asia Pasifik terjadi seiring Ketua The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) Jerome Powell menuturkan, inflasi masih terlalu tinggi dan kemungkinan memerlukan pertumbuhan ekonomi lebih rendah. Demikian dikutip dari CNBC, Jumat pekan ini.

Meski data terbaru menunjukkan kemajuan menuju perlambatan harga, Jerome Powell juga menambahkan kebijakan moneter belum terlalu ketat.

Investor Asia juga akan menilai data inflasi Jepang pada September 2023 yang mencapai 3 persen, 18 bulan berturut-turut di atas target Bank of Japan sebesar 2 persen, serta suku bunga pinjaman China untuk satu tahun dan lima tahun.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,96 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks Nikkei 225 turun 0,87 persen setelah data rilis inflasi. Indeks Topix terpangkas 0,61 persen.

Di Korea Selatan, indeks Kospi terpangkas 1,23 persen, dan memimpin koreksi di Asia. Sedangkan indeks Kosdaq merosot 1,59 persen.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.294, lebih lemah dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 17.295,89.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah setelah komentar Powell dan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bebani pasar. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun sentuh 4,996 persen menjadi 5 persen, dan posisi itu terakhir pada 2007.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,75 persen, indeks S&P 500 susut 0,85 persen. Indeks Nasdaq terpangkas 0,96 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 19 Oktober 2023

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik alami aksi jual pada perdagangan saham Kamis, 19 Oktober 2023. Di bursa saham Korea Selatan, Hong Kong dan China masing-masing turun sekitar 2 persen.

Dikutip dari CNBC, hal ini juga mencerminkan pergerakan di wall street saat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi dengan menembus 4,9 persen, untuk pertama kalinya sejak 2007.

Sementara itu, tingkat rata-rata suku bunga hipotek tetap 30 tahun mencapai 8 persen, tertinggi sejak 2000.

Jepang mencatat surplus perdagangan lebih tinggi dari perkiraan yang mencapai 62,4 miliar yen (USD 416,6 juta) pada September. Sedangkan data dari Australia menunjukkan tingkat pengangguran turun menjadi 3,6 persen pada bulan lalu.

Di Australia, indeks ASX 200 anjlok 1,36 persen ke posisi 6.981,6. Indeks Hang Seng merosot 2,43 persen, dan memimpin koreksi di Asia.

Sementara itu, indeks CSI 300 turun 2,13 persen, dan ditutup ke posisi 3.533,54, dan mendekati level terendah dalam 12 bulan.

Indeks Jepang Nikkei 225 merosot 1,91 persen ke posisi 31.430,62. Indeks Topix tergelincir 1,36 persen ke posisi 2.264,16 setelah rilis data perdagangan.

Indeks Kospi Korea Selatan merosot 1,9 persen ke posisi 2.415,8. Namun, indeks Kosdaq merosot 3,07 persen ke posisi 784,04, yang merupakan level terendah dalam tujuh bulan.

Di sisi lain, bank sentral Korea Selatan tetap pertahankan suku bunga acuan 3,5 persen.

Penutupan Wall Street pada 19 Oktober 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada penutupan perdagangan saham Kamis, 19 Oktober 2023. Wall street kembali lesu seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali naik dan investor mencerna pidato ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell.

Dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (20/10/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 0,75 persen ke posisi 33.414,17. Indeks S&P 500 tergelincir 0,85 persen ke posisi 4.278. Indeks Nasdaq turun 0,96 persen ke posisi 13.168,18.

Imbal hasil obligasi AS naik selama empat hari berturut-turut sehingga menekan saham karena investor terus mewaspada perkembangan konflik Timur Tengah.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun ditutup mencapai 5 persen untuk pertama kali dalam 16 tahun. Sedangkan imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun mencapai 5,1 persen. Imbal hasil obligasi telah meningkat selama empat hari berturut-turut.

Di sisi lain, Jerome Powell menuturkan, inflasi masih terlalu tinggi menandakan the Fed bermaksud untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu lama karena pertumbuhan ekonomi tetap kuat.

Saham Netflix Melonjak

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah pengamat termasuk Mohamed El-Erian mempertanyakan apakah sudah waktunya bagi bank sentral untuk menaikkan target inflasi.

Investor juga mencermati potensi dampak kenaikan suku bunga terhadap kinerja perusahaan seiring dengan bergulirnya musim laporan keuangan kuartal III 2023.

CEO Tesla Elon Musk khawatir biaya pinjaman lebih tinggi akan halangi pelanggan untuk membeli kendaraan listrik perusahaan. Hal ini setelah laba Tesla meleset dari perkiraan. Saham Tesla turun hampir 10 persen.

Sementara itu, saham Netflix melonjak lebih dari 16 persen setelah layanan streaming itu membukukan lonjakan jumlah pelanggan dan akan menaikkan harga di Amerika Serikat.

Dari data ekonomi, klaim pengangguran mingguan mencapai level terendah sejak Januari seiring pasar tenaga kerja AS terus menunjukkan kekuatan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya