Donald Trump Kembali Peringatkan Pasar Saham Bakal Tersungkur Jika Dia Gagal ke Gedung Putih

Donald Trump tidak hanya meramalkan krisis pasar - sesuatu yang dia perkirakan secara keliru pada 2020, tetapi juga prediksi penyebab dari tekanan segala pasar jika ia tidak terpilih.

oleh Muhammad Jibril Razky Kamal diperbarui 29 Feb 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 06:00 WIB
Donald Trump Kembali Peringatkan Pasar Saham Bakal Tersungkur Jika Dia Gagal ke Gedung Putih
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam pasar saham akan hancur jika ia kembali gagal melenggang ke Gedung Putih. (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam pasar saham akan hancur jika ia kembali gagal melenggang ke Gedung Putih.

Dikutip dari CNN, Kamis (29/2/2024), Donald Trump tidak hanya meramalkan krisis pasar - sesuatu yang dia perkirakan secara keliru pada 2020, tetapi juga prediksi penyebab dari tekanan segala pasar jika ia tidak terpilih.

"Jika kami kalah, Anda akan mengalami kejatuhan pasar yang tidak akan Anda percayai," kata Trump dalam kampanyenya pada Jumat, 23 Februari 2024.

Dia menambahkan, kekalahan baginya akan memicu kejatuhan pasar saham terbesar yang pernah dialami. Namun, tidak ada bukti yang mendukung klaim tersebut.

Faktanya, para analis pasar veteran menertawakan peringatan mantan presiden tersebut mengenai kejatuhan pasar terbesar yang pernah ada. Analis menepisnya dengan mengatakan Trump hanya menjadi Trump dan berpendapat Pemilu AS 2024 hanya memiliki sedikit peran - jika ada - dalam memicu ledakan pasar.

"Itu adalah gertakan Trump yang tidak terlalu saya pedulikan," kata Chief Washington Policy Strategist di Stifel, Brian Gardner.

"Tidak akan ada aksi jual besar-besaran jika Trump kalah. Terlepas dari siapa yang menang, pasca pemilu Anda dapat melihat peningkatan yang didorong oleh rasa lega karena pemilu telah berakhir," ia menambahkan.

Sementara itu, Chief Global Strategist JPMorgan Asset Management, David Kelly tidak mempercayai siapapun yang klaim dapat prediksi pasar-bahkan mereka yang menghabiskan seluruh masa karier untuk mencoba melakukan hal itu.

"Saya lebih mempercayai pendapat mereka daripada pendapat politisi manapun," kata Kelly.

"Saya tidak percaya mereka bisa mengatakan apa yang akan dilakukan pasar pada minggu pertama bulan November. Dan saya juga tidak yakin politisi manapun dapat melakukan hal itu," ia menambahkan.

Ditanya terkait peringatan pasar dari Donald Trump, Kelly mengatakan: "Saya rasa pernah mendengarnya tiga tahun lalu."

 

Untuk Dapat Perhatian

Ekspresi Donald Trump Jalani Sidang Dakwaan di Pengadilan Manhattan
Tuntutan pidana yang bersejarah ini adalah puncak dari penyelidikan atas skandal suap yang dilakukan Trump terhadap aktris porno Stormy Daniels untuk menutupi dugaan perselingkuhan mereka. (Timothy A. Clary/Pool Photo via AP)

Memang, antara Agustus dan Oktober 2020 saja, Donald Trump mengirim enam cuitan di X (sebelumnya Twitter) yang mengatakan pasar akan "jatuh" jika Joe Biden terpilih sebagai presiden. Dia membuat peringatan serupa dalam debat Oktober 2020 dengan Joe Biden.

Perkiraan itu terbukti salah.

Indeks Dow melonjak hampir 12% pada November 2020, terbaik sejak Januari 1987. Dan di bawah kepemimpinan Joe Biden, indeks S&P 500 naik 34% ke level tertinggi sepanjang masa.

"Ini hanyalah bualan hariannya" kata Art Hogan, kepala strategi pasar di B. Riley Financial. "Oh, dan omong-omong, ekonomi kita berada di posisi yang jauh lebih tinggi. Kami tidak mengalami aksi jual besar-besaran. Kita tentu saja tidak mengalami resesi atau depresi."

Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall mengatakan, ramalan kiamat ekonomi dari Trump hanya sebagai cara bagi calon terdepan Partai Republik untuk mendapatkan perhatian dan memotivasi pemilihnya.

"Ketakutan selalu laku di pasaran," kata  dia.

Gembar Gembor Prestasi Trump

Trump, yang gemar menggembar-gemborkan pasar saham saat masih menjabat sebagai Presiden AS, baru-baru ini mencoba mengaku-ngaku bahwa ia yang menjadi penyebab kinerja pasar bekerja dengan baik di bawah kepemimpinan Biden.

"Satu-satunya hal yang berjalan dengan baik adalah pasar saham. Dan itu berjalan dengan baik karena jajak pendapat menunjukkan bahwa kita menang banyak," kata Trump pada Jumat, menggemakan klaim yang dia buat dalam beberapa minggu terakhir.

 

 

Pengamat Tolak Argumen Trump

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Dok. AFP)
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. (Dok. AFP)

Sebagian besar ahli strategi pasar menolak argumen tersebut.

"Itu konyol," kata Hogan.

"Setiap kali seorang presiden mencoba untuk memberikan pengaruh pada pasar, itu hanya membuang-buang waktu. Bahkan lebih menggelikan lagi jika seorang mantan presiden melakukan hal itu."

Tidak diragukan lagi pasar saham telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir.

Indeks S&P 500 telah melonjak 24% sejak titik terendah baru-baru ini di akhir Oktober. Nasdaq telah menguat 27%. Dow melewati level 38.000 untuk pertama kalinya bulan lalu - dan melaju diatas 39.000 sebulan kemudian.

Namun, tren ekonomi ini tidak ada hubungannya dengan persaingan menuju Gedung Putih pada 2024, menurut berbagai pakar pasar.

Penyebab Kenaikan Wall Street

Sebaliknya, mereka mengatakan pencapaian pasar saham didorong oleh penguatan ekonomi, pertumbuhan laba perusahaan, fakta the Federal Reserve (the Fed) telah menghentikan kenaikan suku bunga dan euforia atas kecerdasan buatan.

"Ini semua tentang ekonomi yang lebih baik," kata JPMorgan Executive Kelly, yang divisinya mengelola USD 2,9 triliun.

"Ekonomi AS telah membuktikan ia dapat tumbuh, menghindari resesi dan mempertahankan tingkat pengangguran pada atau di bawah 4% - bahkan ketika inflasi turun," ia menambahkan.

Kelly mengatakan, investor mengkhawatirkan hal-hal fundamental antara lain valuasi, laba perusahaan, inflasi dan suku bunga.

"Bukti-bukti menunjukkan bahwa pasar saham mengkhawatirkan hal-hal lain selain siapa yang menjadi presiden," katanya.

Gardner, eksekutif Stifel, mengatakan bahwa ia yakin potensi kemenangan Trump telah memainkan peran pendukung dalam pergerakan pasar.

"Ada opini yang kuat di antara para investor - baik institusional maupun ritel - bahwa Trump akan menang," katanya.

Meskipun demikian, Gardner tidak berpikir bahwa Trump adalah faktor utama yang mendorong lonjakan pasar.

"Ini hanya akan menjadi dampak sekunder atau tersier," katanya.

Pasar Saham Cenderung dalam Keadaan Baik, Siapa Pun Penguasanya

Joe Biden
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat, 19 Januari 2022. (Dok. AP Photo/Susan Walsh)

Kepada CNN, Juru bicara kampanye Biden, James Singer menuturkam, tidak mengherankan jika Trump merasa cemburu dengan ekonomi Biden. Ia menunjuk pada kurang lebih 15 juta pekerjaan baru yang diciptakan sejak Biden menjabat, rekor tertinggi di pasar saham dan tingkat pengangguran yang rendah.

"Menyudutkan ekonomi AS sama saja dengan menyudutkan rakyat Amerika," kata Singer.

Meskipun banyak yang beranggapan Partai Republik lebih baik untuk ekonomi dan pasar, sejarah menunjukkan bahwa pasar dapat berkembang di bawah partai mana pun.

Faktanya, pasar saham telah menghasilkan imbal hasil tahunan yang lebih tinggi ketika Partai Demokrat berkuasa. Sejak 1945, S&P 500 telah membukukan keuntungan rata-rata 11,5% selama tahun-tahun ketika seorang Demokrat berkuasa di Gedung Putih, dibandingkan dengan 7,1% di bawah Partai Republik, menurut CFRA Research.

Kemenangan mengejutkan Donald Trump pada November 2016 memang memicu kenaikan yang mengesankan di pasar saham karena para investor bertaruh pada deregulasi, pemotongan pajak, dan infrastruktur.

Namun, para analis saat ini berbeda pendapat apakah agenda Trump 2.0 akan menjadi hal yang positif atau negatif bagi pasar dan perekonomian.

Kemenangan Trump dapat memicu harapan bahwa pemotongan pajak Trump akan diperpanjang. Namun, hal ini juga meningkatkan kekhawatiran mengenai defisit anggaran yang sangat besar dan tumpukan utang Amerika.

Apakah Trump Tetap Jadi Katalis Positif di Pasar Saham?

 

Para investor tidak akan senang dengan kembalinya Tariff Man, sebutan Trump untuk dirinya sendiri selama perang dagang dengan China. Awal tahun ini, Trump bersumpah untuk memberlakukan tarif hingga 60% untuk semua impor dari China jika ia terpilih kembali.

Kekhawatiran mengenai kekacauan mantan Presiden AS Trump mengenai dampaknya bagi Federal Reserve.

Trump baru-baru ini mengatakan ia tidak akan menunjuk kembali Ketua Federal Reserve Jerome Powell  yang dipilihnya sendiri - jika ia terpilih lagi. Bahkan, ia menuduh Powell mempertimbangkan penurunan suku bunga untuk membantu Partai Demokrat pada November.

Powell, seorang anggota Partai Republik, ditunjuk kembali oleh Biden pada 2021 dan masa jabatannya tidak akan berakhir hingga Mei 2026.

"Saya pikir Trump akan mencoba untuk memaksa keluar Jerome Powell. Dan pemecatan Powell tidak akan diterima dengan baik oleh pasar," kata Chief US Policy Strategy AGF Investments, Greg Valliere.

Untuk saat ini, Valliere berpendapat pasar tidak peduli dengan Trump, terutama karena pemilihan umum masih lama bagi para investor yang terkenal berfokus pada jangka pendek. Namun, hal ini bisa saja berubah.

"Ada kewaspadaan di pasar akan ketidakstabilan yang mungkin menyertai terpilihnya kembali Trump," kata Valliere.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya