Penjualan Ritel hingga Inflasi AS Bakal Bayangi Pelaku Pasar Pekan Ini

Berikut sejumlah sentimen yang akan pengaruhi wall street atau bursa saham Amerika Serikat pada pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Mar 2024, 10:38 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2024, 10:38 WIB
Penjualan Ritel hingga Inflasi AS Bakal Bayangi Pelaku Pasar Pekan Ini
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada pekan lalu setelah aksi jual saham teknologi sehingga menekan indeks saham Nasdaq.(AP Photo/Seth Wenig, file)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada pekan lalu setelah aksi jual saham teknologi sehingga menekan indeks saham Nasdaq. Indeks Nasdaq catat koreksi terbesar pada pekan lalu seiring turun lebih dari 1 persen.

Dikutip dari Yahoo Finance, indeks S&P 500 catat kenaikan mingguan dalam tujuh minggu seiring investor melihat pemimpin saham teknologi “magnificent seven” untuk menggerakkan reli pasar selanjutnya.

Pada pekan depan, investor akan hadapi “ujian” besar terakhir sebelum pertemuan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) pada 20 Maret saat laporan indeks harga konsumen pada Februari yang dirilis Selasa menghadirkan gambaran terkini mengenai inflasi.

Laporan penjualan ritel dan sentimen konsumen juga akan rilis pada pekan ini. Selain itu, sejumlah laporan keuangan perusahaan akan rilis antara lain Dollar Tree, Dollar General, Dicks’ Sporting Goods, Adobe dan Ulta Beauty.

Di sisi lain, ketua the Federal Reserve (the Fed) berulang kali menyebutkan bank sentral menginginkan lebih banyak “kepercayaan” terhadap jalur penurunan inflasi sebelum memangkas suku bunga.

Rilis consumer price index (CPI) pada Selasa mengikuti laporan Januari yang lebih panas dari perkiraan yang menunjukkan penurunan inflasi bisa jadi “bergelombang” dan mendorong investor prediksi penurunan suku bunga yang lebih sedikit tahun ini.

Pada Februari, wall street prediksi inflasi akan mencatat kenaikan tahunan sebesar 3,1 persen pada Januari, menurut perkiraan dari Bloomberg. Harga akan naik 0,4 persen month-over-month, peningkatan dari kenaikan 0,3 persen yang terlihat pada Januari.

Inflasi inti yang tidak mencakup pangan dan energi, harga akan naik 3,7 persen dari tahun ke tahun, melambat dari kenaikan 3,9 persen yang rilis pada Januari. Kenaikan inflasi inti bulan diprediksi sebesar 0,3 persen lebih rendah dari kenaikan 0,4 persen pada Januari.

“Data CPI Januari lebih panas dari perkiraan dan memperbarui kekhawatiran mengenai seberapa cepat inflasi dapat mencapai titik terendah,” ujar tim ekonomi Wells Fargo yang dipimpin Jay Bryson.

 

Data Ekonomi Lainnya

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Dalam laporan itu juga menyebutkan, meski awal tahun ini kuat, pihaknya yakin tren disinflasi masih ada. “Kami memperkirakan data Februari menunjukkan meski inflasi masih sangat tinggi, tren yang mendasarinya tidak menguat,” demikian dikutip dari laporan itu.

Selain itu, pada Januari, penjualan ritel mencatat penurunan paling tajam sejak Maret 2023. Namun, ekonom tidak perkirakan tren itu akan berlanjut pada Februari.

Ekonom memperkirakan, laporan Kamis pagi akan menunjukkan penjualan ritel tumbuh 0,8 persen month over month pada Februari, naik dari penurunan 0,8 persen yang terlihat pada Januari 2024.

Tidak termasuk otomotif dan gas, ekonom prediksi penjualan naik 0,2 persen bulan ke bulan dibandingkan penurunan 0,5 persen pada Januar, menurut data Bloomberg.

"Penjualan ritel akan kembali bangkit pada Februari menyusul pelemahan terkait cuaca pada Januari dan musim tax refund yang lebih kuat, yang akan membuat pertumbuhan konsumsi berada pada jalur di atas 2 persen secara tahunan,” tulis ekonom Oxford Economics.

Wall Street Melemah Selama Sepekan

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada Jumat, 8 Maret 2024. Hal ini di tengah saham Nvidia yang lesu.

Dikutip dari CNBC, indeks S&P 500 melemah 0,65 persen menjadi 5.123,69. Indeks Nasdaq tergelincir 1,16 persen ke posisi 16.085,11. Dua indeks saham acuan tersebut bergerak di area negatif setelah sentuh rekor tertinggi. Sedangkan indeks Dow Jones terpangkas 68,66 poin atau 0,18 persen ke posisi 37.722,69.

Tiga indeks saham acuan selama sepekan melemah. Indeks S&P 500 melemah 0,26 persen. Indeks Dow Jones dan Nasdaq terpangkas masing-masing 0,93 persen dan 1,17 persen. Koreksi tersebut menunjukkan performa terburuk untuk indeks Dow Jones sejak Oktober.

Sementara itu, wall street tertekan seiring saham Nvidia yang tertekan. Saham Nvidia melemah lebih dari 5 persen dan catat performa terburuk sejak Mei. Namun, selama sepekan, saham Nvidia naik 6 persen. Kenaikan saham tersebut membawa kapitalisasi saham Perseroan bertambah lebih dari USD 1 triliun.

“Ini tidak berarti potensi menguat berakhir dalam jangka panjang. Ini bisa dikatakan sedang dalam situasi jenuh beli, dan waktunya untuk mengambil keuntungan,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall.

 

Investor Cermati Data Tenaga Kerja AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Meski Nvidia menyeret teknologi, saham Apple naik 1 persen pada perdagangan Jumat pekan ini. Dengan kenaikan tersebut, saham kapitalisasi besar tersebut akhiri penurunan terpanjang sejak awal 2022 dalam tujuh hari. Namun, selama sepekan, saham Apple turun hampir 5 persen, dan catat performa terburuk di Dow Jones.

Investor Cerna Data Tenaga Kerja

Data pekerjaan rilis pada Februari pada Jumat pagi yang menunjukkan beberapa sinyal yang berlawanan dengan kapan bank sentral AS akan memangkas suku bunga.

Di sisi lain, data pekerjaan pada bulan lalu bertambah lebih dari yang diharapkan menjadi 275.000 dibandingkan perkiraan 198.000 dari ekonom yang disurvei Dow Jones.Namun, tingkat pengangguran naik menjadi 3,9 persen dan pertumbuhan upah lebih rendah dari yang dikuatirkan. Data pertumbuhan lapangan kerja pada Januari juga direvisi lebih rendah.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya