Jurus Citra Tubindo Kerek Pendapatan dan Laba pada 2024

Direktur Utama Citra Tubindo, Fajar Wahyudi optimistis prospek bisnis Perseroan masih tetap menjanjikan seiring prediksi permintaan minyak dan gas yang memanas.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Jul 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2024, 18:00 WIB
PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) mengincar pertumbuhan kinerja pada 2024. (Foto: Citra Tubindo)
PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) mengincar pertumbuhan kinerja pada 2024. (Foto: Citra Tubindo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) mengincar pertumbuhan kinerja pada 2024 seiring dengan positifnya outlook harga minyak dan gas (migas) tahun ini. Manajemen menargetkan pendapatan USD 291,44 juta atau sekitar Rp 4,77 triliun (kurs Rp 16.379,25 per USD). Bersamaan dengan itu, target laba bersih tahun ini dipatok sebesar USD 19,69 juta atau sekitar Rp 322,5 miliar.

Direktur Utama Citra Tubindo, Fajar Wahyudi mencermati industri dan dunia usaha di Indonesia utamanya minyak dan gas tengah diterpa isu transisi energi dan penurunan harga minyak yang signifikan pada akhir 2023. Meski begitu, manajemen perseroan memperkirakan prospek bisnis Perseroan masih tetap menjanjikan.

Hal ini sejalan dengan proyeksi permintaan minyak dan gas yang memanas. Harga minyak pada 2024 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan 2023.

U.S. Energy Information Administration (EIA) dalam laporan Short- term Energy Outlook memproyeksikan rata-rata harga minyak jenis Brent akan meningkat dari USD 84 per barel pada 2023 menjadi USD 93 per barel pada 2024 karena ditopang oleh faktor fundamental maupun faktor non fundamental.

Faktor fundamental, terutama proyeksi pertumbuhan ekonomi berpotensi mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi. Sejumlah lembaga internasional memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan meningkat dari 2,3% pada 2023 menjadi sekitar 2,9% pada 2024. Pertumbuhan ekonomi global tersebut diproyeksikan akan didukung oleh kondisi inflasi dan tingkat suku bunga yang lebih baik.

"Pertumbuhan ekonomi pada umumnya memerlukan daya dukung pasokan energi yang memadai. Apalagi, dalam perkembangannya, sektor-sektor ekonomi utama yang berkontribusi pada pembentukan PDB global adalah sektor-sektor yang lebih padat energi," kata Fajar dalam keterangan resmi, Rabu (3/7/2024).

Artinya, lanjut Fajar, kebutuhan energi untuk menghasilkan PDB dan mendorong pertumbuhan ekonomi pada level tertentu berpotensi akan lebih besar lagi. Berdasarkan data, setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% akan memerlukan pertumbuhan penyediaan energi antara 1,5%-2%.

Perluas Pasar Ekspor

Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk menghadapi 2024, CTBN berencana memperluas pasar ekspor dengan memperkuat portofolio pelanggan seiring dengan keberhasilan ekspansi di wilayah Timur Tengah dan Afrika.

Perseroan juga memiliki sejumlah proyek-proyek penting, baik yang berskala nasional maupun internasional. CTBN pun mengembangkan peluang dalam energi transisi di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara.

"Kami akan tetap berupaya menjaga momentum pertumbuhan di tahun 2023 dan membawanya hingga tahun 2024 dan tahun-tahun berikutnya. Sinergi terus menjadi fokus Perseroan. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan saat ini sambil memperluas layanan ke pelanggan yang lain," ujar Fajar.

Citra Tubindo merupakan produsen premium untuk Oil Country Tubular Goods (OCTG) dan jasa pendukung untuk industri minyak dan gas serta pertambangan. OCTG adalah tabung dan pipa yang digunakan dalam produksi minyak dan gas. Per Maret 2024, CTBN membukukan pendapatan dari penjualan dan jasa USD 46,47 juta dengan raihan laba bersih USD 2,87 juta.

BEI Ungkap Tantangan Capai Target 2024, Apa Saja?

IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada prapembukaan perdagangan Rabu (14/10/2020), IHSG naik tipis 2,09 poin atau 0,04 persen ke level 5.134,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman membagikan beberapa tantangan yang dihadapi Bursa untuk mencapai target laba perseroan pada 2024. Iman menuturkan perseroan telah membuat rencana target untuk 2024 dengan asumsi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sekitar Rp 12,25 triliun. 

"Kita lihat sampai saat ini, RNTH sekitar Rp 12,1 triliun, belum tercapai sesuai target, tapi beberapa hal target seperti IPO dan fundraising justru positif,” kata Iman dalam konferensi pers RUPST BEI, Rabu (26/6/2024). 

Iman menuturkan, secara fundamental, di Indonesia transaksi rata-rata naik sejak penetapan calon presiden pada Maret 2024. Namun, sepanjang masa pemilu alami penurunan karena banyak investor wait and see. 

Selain itu, tantangan ekonomi dan inflasi global juga menjadi tantangan bagi BEI untuk mencapai target perseroan pada 2024. Iman menuturkan, invasi AS belum mencapai target 2 persen dan saat ini masih berada di kisaran 3 persen. 

“Interest rate dari The Fed masih akan berlangsung kita melihat investor akan pindah ke investasi safe haven. Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi di China karena sedang ada isu sektor properti. Saya rasa faktur global yang menjadi tantangan target di 2024,” ujar dia. 

Prospek Pasar Saham Indonesia ke Depan

Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik mengatakan prospek pasar saham di Indonesia ke depan masih memiliki ruang untuk bertumbuh meski kondisi saat ini karena banyaknya tekanan dari global. 

"Baik dari sisi produk maupun peraturan tetap kami kembangkan di saat ini tentunya kita memperhatikan permintaan dari pelaku pasar,” kata Jeffrey. 

 

Pengembangan Produk

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jeffrey mengungkapkan, BEI juga sedang menggarap Liquidity Provider yang nantinya ketika pasar saham sudah kembali kondusif, dapat membantu peningkatan likuiditas. Selain itu, BEI juga mengembangkan produk lain seperti ETF berbasis Emas yang bisa menjadi indeks acuan bagi para manajemen investasi. 

Adapun, BEI juga akan terus mengembangkan pasar modal syariah dengan memberikan dukungan dan kesetaraan pada calon investor pasar modal syariah dari sisi onboard. 

“Kita siapkan untuk memberikan dukungan dan kesetaraan kepada para calon investor syariah agar proses onboardnya bisa setara dengan calon investor konvensional itu fokus kami ke depan,” pungkasnya. 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya