Liputan6.com, Jakarta - Pilkada serentak 2024 menjadi salah satu peristiwa yang dinanti pelaku pasar. Analis mengatakan sejumlah sektor saham berpotensi menggeliat, seiring dengan perputaran dana kampanye.
Pengamat Pasar Modal, Wahyu Laksono mencermati, biasanya efek pemilu atau pilkada bisa terjadi kepada emiten media dan telekomunikasi. Kemudian emiten konsumer, serta yang terkait kertas dan advertising atau periklanan.
Baca Juga
"Pilkada ini bisa jadi angin segar bagi investor tuk masuk setidaknya jangka pendek di emiten tersebut. Secara umum bisa buy terutama dengan melihat juga kinerja dan valuasi emitennya," kata Wahyu kepada Liputan6.com, Minggu (13/10/2024).
Advertisement
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan realisasi anggaran yang disalurkan melalui Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) untuk penyelenggaraan pemilihan daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 mencapai Rp 34,57 triliun hingga 6 Agustus 2024.
Capaian tersebut sudah 92 persen dari total anggaran yang ditetapkan yakni sebesar Rp 37,52 triliun. Dihubungi secara terpisah, Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora menyebutkan, sejumlah sektor yang menarik pada saat pilkada. Antara lain infrastruktur seperti JSMR.
Ini karena mobilitas masyarakat yang tinggi yang menaikan trafik kendaraan di jalan tol. Kemudian sektor konsumer seperti ICBP, MYOR, HOKI karena daya beli masyarakat yang naik dan juga adanya bansos. Serta retail seperti MAPI dan ERAA karena daya beli masyarakat yang naik.
"Strateginya bisa memperhatikan saham-saham yang berfundamental baik dan juga saham-saham yang terkena sentimen positif terkait adanya momen pilkada," imbuh Andhika.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Mirae Asset Turunkan Target IHSG ke 7.585 hingga Akhir 2024, Saham-Saham Ini Jadi Pilihan
Sebelumnya, PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia merevisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke 7.585 hingga akhir tahun 2024. Sehingga masih ada ruang penguatan dibandingkan posisi sekarang di kisaran 7.100, seiring dengan penyesuaian suku bunga acuan oleh pelaku bisnis dan emiten.
Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, prediksi IHSG tersebut terutama didasari pertimbangan makroekonomi terkini terkait ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia yang lebih terbatas dan posisi nilai tukar Rupiah.
"Di tahun 2024 ini sebetulnya kita expect di 8.100. Tapi memang kondisinya yang kita semua ketahui mungkin tidak sesuai dengan perkiraan sebelumnya, jadi kita menurunkan target IHSG dari 8.100 ke 7.585," kata Rully dalam Investor Network Summit 2024 by Mirae Asset, Rabu (3/2024).
Dengan prediksi tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham pilihan (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR, dan TLKM. Terkait makroekonomi, Rully masih optimistis kondisi Indonesia akan positif dan prediksi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih akan dipengaruhi oleh posisi nilai tukar rupiah yang semakin stabil dan potensi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate/FFR).
Di tengah situasi yang penuh tantangan, dia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan akan sesuai target pertumbuhan BI sebesar 10%-12%. Kebijakan BI yang diambil saat ini berfungsi untuk mendukung stabilitas, dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan bertahan lebih lama dengan pengaruh dari volatilitas Rupiah yang semakin terjaga.
Advertisement
Ekonomi Global pada Semester II 2024
"Maka dari itu, kami memprediksi pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia menjadi 5,01% pada 2024 dan 5,02% pada 2025, karena kebijakan penurunan suku bunga yang kurang agresif dibanding perkiraan sebelumnya.”
Perekonomian global pada semester II/2024, lanjut Rully, diprediksi ditopang oleh AS dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Untuk AS, dia juga meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam akan moderat, didorong oleh dampak lambat dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif sejak 2022.
Sebagai faktor lain, dia meyakini ketidakpastian masih sangat tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Ketegangan geopolitik di daerah lain, menurut dia, dapat mendorong volatilitas jangka pendek, tetapi angka permintaan global masih lemah terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Kinerja IHSG pada 7-11 Oktober 2024
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 7.520,602 pada Jumat, 11 Oktober 2024, naik 0,33 persen dari penutupan pekan lalu di posisi 7.496,091. Kapitalisasi pasar Bursa selama periode 7-11 Oktober 2024, juga mengalami kenaikan sebesar 0,01% menjadi Rp 12.532 triliun dari Rp 12.531 triliun pada pekan lalu.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata nilai transaksi harian bursa turun 43,29% menjadi Rp 11,08 triliun dari Rp 19,53 triliun pada pekan sebelumnya. Kemudian rata-rata frekuensi transaksi harian Bursa selama sepekan mengalami penurunan 7,26% menjadi 1,78 juta kali transaksi dari 1,27 juta kali transaksi pada pekan yang lalu.
Sedangkan rata-rata volume transaksi harian Bursa mengalami perubahan sebesar 8,50% menjadi 23,1 miliar lembar saham dari 25,25 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya. Dalam sepekan, asing mencatatkan net sell Rp 4,99 triliun di seluruh pasar.
Advertisement