Liputan6.com, Jakarta - Memasuki awal tahun 2025, pasar modal Indonesia kembali diramaikan oleh sejumlah perusahaan yang melaksanakan Initial Public Offering (IPO).
Beberapa emiten dari berbagai sektor industri menawarkan sahamnya kepada publik dengan harga yang menarik. Salah satunya adalah anak usaha PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) milik Hapsoro, PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU).
Advertisement
Baca Juga
Perusahaan yang bergerak di sektor energi ini menawarkan 543,01 juta saham kepada publik dengan harga IPO Rp1.150 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 2 Januari hingga 6 Januari 2025. Langkah ini diambil untuk mendukung pengembangan proyek energi terbarukan di Indonesia.
Advertisement
Konglomerasi lainnya, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) yang dikendalikan taipan Aguan dan Grup Salim. Perusahaan ini menawarkan 556,89 juta saham dengan harga Rp 4.060 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 3 Januari hingga 9 Januari 2025.
IPO ini menjadi salah satu yang terbesar, dengan target perolehan dana mencapai Rp 23 triliun. PT Raja Roti Cemerlang Tbk (BRRC). Sebagai produsen tepung yang menjadi bahan utama produksi roti, PT Raja Roti Cemerlang menawarkan 291,5 juta saham dengan harga Rp 210 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 3 Januari hingga 7 Januari 2025. Perusahaan ini berambisi memperluas kapasitas produksinya guna memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.
Bergerak di sektor real estate, PT Kentanix Supra International menawarkan 320,67 juta saham dengan harga Rp 452 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 2 Januari hingga 6 Januari 2025. Dana hasil IPO ini akan digunakan untuk memperluas proyek properti premium di kawasan perkotaan.
PT Delta Giri Wacana Tbk (DGWG), yang bergerak di bidang logistik dan distribusi, menawarkan 1,66 miliar saham dengan harga Rp 230 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 3 Januari hingga 9 Januari 2025. Dana IPO akan digunakan untuk memperkuat infrastruktur logistik perusahaan.
IPO Lainnya
PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT). Perusahaan yang fokus pada bioteknologi ini menawarkan 170 juta saham dengan harga Rp 350 per saham. Penawaran berlangsung dari 3 Januari hingga 9 Januari 2025. Hasil IPO akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan produk farmasi inovatif.
PT Hero Global Investment Tbk (HGII) menawarkan 1,3 miliar saham dengan harga Rp 200 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 3 Januari hingga 7 Januari 2025. Perusahaan ini bergerak di bidang investasi digital, yang kini semakin diminati di era transformasi teknologi.
Perusahaan asuransi berbasis digital, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) menawarkan 412,09 juta saham dengan harga Rp 100 per saham. Periode penawaran berlangsung dari 2 Januari hingga 6 Januari 2025.
IPO ini bertujuan untuk mendukung pengembangan platform digital perusahaan agar dapat menjangkau lebih banyak nasabah. IPO meski sering kali dianggap sebagai peluang besar untuk mendapatkan keuntungan, investasi di saham IPO juga memiliki risiko.
Harga saham dapat bergerak naik atau turun setelah pencatatan di bursa. Oleh karena itu, investor disarankan untuk membaca prospektus perusahaan secara teliti. Memahami fundamental dan prospek bisnis emiten. Tak kalah penting, mempertimbangkan profil risiko pribadi sebelum berinvestasi.
Advertisement
OJK dan BEI Bakal Perkuat Aturan IPO pada 2025
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen akan memperkuat ketentuan pencatatan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) pada 2025.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan, BEI akan terus melakukan perbaikan aturan bagi calon emiten yang mau melantai di Bursa Efek Indonesia yaitu dengan melakukan revisi pada sejumlah aturan yang sudah ada.
“Misalnya free float, apakah kita akan naikkan free float yang selama ini. Perusahaan tercatat free float kalau dia ekuitas di atas Rp 2 miliar, maksimum free float 10 persen. Apakah kita akan meningkatkan sehingga tadi ekuitasnya lebih banyak?" kata Iman dalam konferensi pers peresmian penutupan perdagangan BEI, Senin (30/12/2024).
Adapun kedua terkait dengan aturan minimal operasional yang sebelumnya dibatasi minimal setahun beroperasi kedepannya akan diperpanjang menjadi lebih dari setahun sehingga fundamental perusahaan bisa dapat lebih terukur.
Iman turut menjelaskan tak selamanya perusahaan yang delisting di BEI semua akibat kerugian, karena kerugian itu masih dimungkinkan di BEI, tetapi perusahaan yang delisting adalah akibat PKPU atau dilikuidasi.
Pada kesempatan yang sama,Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK Aditya Jayaantara mengungkapkan OJK berkomitmen dalam meningkatkan kualitas emiten yang melakukan IPO.
"Kita sedang menyusun Peraturan OJK (POJK) dan sekarang di tahap Menteri Hukum dan Ham (Menkumham), dalam konteks kita memperkuat pengaturan untuk memperkuat emiten," ujarnya.
Aditya menambahkan untuk memperkuat emiten dan perusahaan publik salah satunya adalah dalam proses IPO yang akan dilakukan peningkatan sehingga bisa mendapat emiten yang lebih memenuhi syarat.
BEI Targetkan 66 Perusahaan IPO pada 2025
Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan BEI menargetkan 66 perusahaan untuk melakukan pencatatan perdana saham melalui penawaran umum atau IPO pada 2025.
“Targetnya adalah 66 IPO baru dengan target penambahan jumlah investor sebanyak 2 juta investor baru di tahun depan,” kata Iman dalam konferensi pers peresmian penutupan perdagangan BEI, Senin (30/12/2024).
Sepanjang 2024, BEI mencatat penurunan jumlah IPO dibandingkan tahun lalu. Hingga Desember 2024 sudah ada 41 perusahaan tercatat. Ada 21 perusahaan masih berada di dalam pipeline BEI dengan potensi penghimpunan dana hingga Rp 14,3 triliun.
Selain target IPO dan jumlah investor, BEI juga menargetkan Rerata Nilai Transaksi Saham sebesar Rp 13,5 triliun per hari. Sepanjang 2024, Rerata Nilai Transaksi Harian Saham mencapai Rp 12,85 triliun, nilai ini meningkat sebesar 19,6 persen dibandingkan 2023 sebesar Rp 10,75 triliun.
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp 251,04 triliun dari 187 emisi per 27 Desember 2024. Nilai tersebut turun dibandingkan periode yang sama pada 2023, yaitu sebesar Rp 255,39 triliun dari 223 emisi.
Advertisement