6 Lagu Legendaris Karya Ismail Marzuki, Komponis yang Juga Pahlawan Nasional

Ismail Marzuki adalah komponis besar Indonesia yang juga Pahlawan Nasional. Berikut 6 mahakarya Ismail Marzuki.

oleh Panditio Rayendra diperbarui 10 Nov 2021, 10:24 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2021, 09:17 WIB
[Bintang] Ismail Marzuki
Ismail Marzuki (via ilustrasiceritasurosenarobotik.wordpress.com)

Liputan6.com, Jakarta Ismail Marzuki dikenal sebagai komponis besar Indonesia. Pria yang lahir di Kwitang, Jakarta, 11 Mei 1914 ini banyak menciptakan lagu yang kini dianggap legenda.

Kontribusinya yang besar di dunia seni Indonesia, membuat namanya dijadikan sebuah pusat seni di Jakarta yaitu Taman Ismail Marzuki. Pada tahun 2004, Pemerintah Indonesia menobatkannya menjadi salah satu Pahlawan Nasional.

Lagu-lagu ciptaan musikus yang meninggal pada 25 Mei 1958 masih relevan hingga sekarang dan kerap direkam ulang penyanyi Tanah Air. "Juwita Malam" misalnya, direkam ulang Bebi Remeo di album Wanita (2002).

Karya Sang Maestro juga kerap diperdengarkan dalam momen penting. Di hari Pahlawan 2021, mari dengarkan ulang karya beliau. Berikut 6 lagu legendaris ciptaan Ismail Marzuki pilihan Showbiz Liputan6.com, Rabu (10/11/2021).

 

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Sepasang Mata Bola

Tangga Nada Diatonis
Ilustrasi Tangga Nada Credit: pexels.com/Tadas

Lagu “Sepasang Mata Bola” diciptakan Ismail Marzuki bersama Suto Iskandar. Lagu Keroncong ini bercerita tentang seorang pejuang kemerdekaan yang pindah dari Jakarta ke Yogyakarta dengan kereta api. Ismail Marzuki menciptakan lagu ini pada 1946, saat ia menghadiri acara Hari Radio.


2. Rayuan Pulau Kelapa

Tangga Nada Pentatonis
Ilustrasi Alat Musik Credit: pexels.com/Karia

Indahnya kekayaan alam Indonesia dituangkan Ismail Marzuki lewat “Rayuan Pulau Kelapa”. Lagu ini populer di kalangan ekspatriat terutama mereka yang meninggalkan Indonesia pada era 1940-an dan 1950-an.

Berdasarkan buku Heirs to World Culture: Being Indonesian karya Jennifer Lindsay yang disarikan Wikipedia Indonesia, lagu ini direkam Gordon Tobing dan populer di Soviet dekade 1950-an.


3. Halo-halo Bandung

Ilustrasi wisata bandung
Ilustrasi wisata bandung. (Image by Bin_Suyardi from Pixabay)

“Halo-halo Bandung” salah satu lagu perjuangan yang populer di berbagai kalangan. Lagu ini melukiskan semangat perjuangan warga kota Bandung setelah kemerdekaan RI.

“Halo-halo Bandung” mencerminkan peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946. Kala itu Ismail Marzuki mengungsi ke Bandung lantaran tentara Inggris dan Belanda berusaha menduduki Jakarta.


4. Gugur Bunga

Momen Haru Acara Tabur Bunga Bagi Awak KRI Nanggala-402
KSAL Laksamana TNI Yudo Margono melempar karangan bunga ke laut pada Upacara Tabur Bunga di geladak heli KRI Dr. Soeharso 990 di perairan utara Pulau Bali, Bali, Jumat (30/4/2021). Upacara sebagai penghormatan terakhir bagi awak KRI Nanggala 402 yang gugur dalam medan tugas. (Juni Kriswanto/AFP)

Ismail Marzuki menciptakan “Gugur Bunga” untuk menghormati tentara Indonesia yang tewas saat Revolusi Nasional. Lagu yang ditulis Ismail Marzuki tahun 1945 hingga kini kerap dinyanyikan saat pemakaman.


5. Indonesia Pusaka

Pasukan pengibar bendera pusaka atau Paskibraka di Istana Negara dalam HUT ke 76 Indonesia.
Pasukan pengibar bendera pusaka atau Paskibraka di Istana Negara dalam HUT ke 76 Indonesia. (Liputan6.com/Istimewa)

“Indonesia Pusaka” yang selalu diperdengarkan saat HUT Kemerdekaan RI juga ciptaan Ismail Marzuki. Dari lagu ini bisa dirasakan betapa sang komponis mengagumi Tanah Air.


6. Melati di Tapal Batas

ilustrasi aromaterapi melati/unsplash
ilustrasi aromaterapi melati/unsplash

Apresiasi untuk pejuang wanita dituangkan Ismail Marzuki lewat “Melati di Tapal Batas”. Lagu yang diciptakan Ismail bersama Suto Iskandar lahir atas permintaan Letnan Kolonel Moeffreni Moe'min, Komandan Resimen V Cikampek.

Ia prihatin melihat para pemudi yang tengah berjuang menjadi sasaran peluru musuh lantaran tak memiliki kemampuan bertempur. Lewat lagu ini diharapkan pemudi menarik diri dari medan perang tanpa merasa rendah diri.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya