Liputan6.com, Jakarta Ika Natassa bukan nama baru dalam dunia seni maupun sastra. Dari rahim pemikirannya lahir sejumlah novel laris dengan tokoh ikonis yang kemudian diangkat ke layar lebar.
Dari novel Critical Eleven misalnya, muncul pasangan Ale dan Anya, yang dimainkan dengan penjiwaan tingkat dewa oleh Reza Rahadian bersama Adinia Wirasti. Film ini ditonton 880 ribuan orang.
Karya Ika Natassa lain yang juga difilmkan yakni Antologi Rasa dan Twivortiare. Kini, sang penulis kembali dengan karya baru, Heartbreak Motel. Persiapannya pun enggak kaleng-kaleng.
Advertisement
Baca Juga
Ika Natassa mewawancara sejumlah bintang papan atas termasuk Reza Rahadian. Ia juga ikut kelas akting daring bersama peraih Oscar Helen Mirren dan Natalie Portman. Interviu eksklusif Showbiz Liputan6.com dengan Ika Natassa menguak sejumlah fakta menarik.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Tantangan Kalimat Pertama
Banyak penulis bilang, menemukan kalimat pertama dalam bercerita tidaklah mudah. Ika Natassa pun merasakannya. Ia menyebut kalimat pertama dalam novel penting banget bagai adegan pembuka film. Harus menarik agar orang penasaran lalu tergerak mengikuti alurnya.
“Ini sama kayak dua-tiga menit pertama film. Namun bikin awalan novel lebih sulit karena kalau orang enggak tertarik di kalimat-kalimat awal, bisa-bisa mereka malas baca lalu tutup buku,” kata Ika Natassa lewat sambungan telepon, belum lama ini.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
3. Setiap Bab Adalah Susah
Benarkah bagian tersulit dari menulis novel adalah chapter atau bab pertama? Ika Natassa mengenang, “Saat menulis Heartbreak Motel, semua bab susah dan menantang ha ha ha. Ada beberapa adegan yang lebih susah penyampaiannya ketimbang bab lain.”
Ia mencontohkan kala menulis Critical Eleven, tantangan terbesar saat menyuguhkan adegan Ale dan Anya kehilangan anak. Dalam Heartbreak Motel tantangannya beda lagi. Biasanya ia menghadirkan tokoh utama yang mudah dicintai pembaca.
Ava dalam Heartbreak Motel tak demikian. “Saya ingin Ava cukup jadi orang yang nyata, manusiawi layaknya kita. Ada kalanya ia membuat keputusan yang dipertanyakan orang lain namun kita bisa maklum, berempati pada kondisi yang dihadapinya,” ia mengulas.
3. Menulis Tanpa Outline
Mayoritas penulis novel membuat outline atau kerangka alur yang memudahkan mereka dalam menata babak demi babak lalu menyelesaikannya sesuai tenggat waktu yang disepakati dengan editor. Ika Natassa tak begitu.
“Saya menulis tanpa outline, mengalir apa adanya. Alasannya, karena tidak ingin memenjarakan cerita. Dalam pikiran saya sudah tergambar jelas orang atau tokoh ini bagaimana, apa masalahnya, lalu bagaimana menghadapinya,” Ika Natassa membeberkan.
Advertisement
4. Ikut Kelas Peraih Oscar
Baru menyibak tiga bab pertama saja, Heartbreak Motel terasa sangat filmis. Alurnya membuat pembaca penasaran lalu merunut kisah Ava. Rupanya, Ika Natassa membuat sejumlah persiapan sebelum menuang cerita. Salah satunya, ikut kelas akting daring.
“Saya mengikuti kelas akting atau masterclass daring milik Helen Mirren, Natalie Portman, dan kelas menulis naskah Aaron Sorkin. Ini penting untuk menyelami dunia akting, penulisan, dan wajah industri layar lebar sebenarnya,” tuturnya.
Sebagai informasi, Helen Mirren adalah aktris Inggris yang meraih Piala Oscar lewat The Queen. Natalie Portman menggenggam Oscar setelah tampil brilian dalam Black Swan. Aaron Sorkin menang Oscar Penulis Skenario Adaptasi Terbaik via The Social Network.
5. Reza Rahadian Hingga Hannah Al Rashid
Tak henti sampai di situ, Ika Natassa pun meriset. Salah satu teknik risetnya dengan mewawancara sejumlah seniman antara lain, Reza Rahadian, Hannah Al Rashid, dan peraih 2 Piala Citra Raihaanun. Riset ini, menurut Ika Natassa, bukan untuk gaya-gayaan.
“Ketika menulis novel yang tokoh utamanya memiliki profesi spesifik, jangan sampai pekerjaan hanya jadi centelan. Saya ingin mempersilakan pembaca masuk dan merasakan kompleksitas hidup sang tokoh yang salah satunya hadir lewat dunia kerjanya,” urainya.
Advertisement
6. Jeda di Tengah Jalan
Pasang surut dialami Ika Natassa dalam menyelesaikan Heartbreak Motel. Ia mengaku sempat mengambil jeda lumayan panjang di tengah jalan untuk memikirkan karakter Raga.
“Saya sempat jeda agak lama untuk memikirkan Raga. Kala itu saya bertanya kepada diri sendiri, Raga baiknya muncul di depan atau pertengahan?” papar penulis kelahiran Medan, 25 Desember 1977.
Dari pemikiran ini, ia menyadari sebuah asas penting. Kadang dalam hidup, kita mesti bertemu orang yang salah dulu. Baru berkontemplasi, bangkit, melanjutkan hidup dan bertemu satu yang tepat.