Tragedi Kanjuruhan Satukan Musuh Bebuyutan Jadi Seduluran Selawase

Rivalitas berbalut sportivitas tentunya masih bisa ditoleransi, karena di dalam sportivitas ada aturan jelas untuk menjaga profesionalitas. karena itu, menang dan kalah harus dipandang sebagai hal biasa dalam suatu pertandingan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Okt 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 05 Okt 2022, 21:00 WIB
Foto: Tangisan Pemain dan Ofisial Tim Arema FC Pecah Ketika Menginjakkan Kaki di Stadion Kanjuruhan
Mereka juga berdoa usai melakukan tabur bunga di Tugu Singa Stadion Kanjuruhan. (AFP/Juni Kriswanto)

Liputan6.com, Surabaya - Sepak bola, dengan pendukungnya yang terbelah karena fanatik buta, menyatu dalam untaian bunga empati atas matinya seratusan lebih pendukung klub Arema. Ucapan bela sungkawa datang dari berbagai lapisan masyarakat atas tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam.

Karangan bunga, spanduk serta pita hitam terkumpul di beberapa titik lokasi di areal stadion berkapasitas 42.444 tempat duduk itu. Tiga hari pasca Tragedi Kanjuruhan, karangan bunga masih berdatangan di stadion yang diresmikan pada tanggal 9 Juni 2004 itu, tanpa ada yang membersihkan. Sepertinya hanya angin yang membawa beberapa bunga itu terbang berpindah dari tempat asalnya.

Karangan bunga itu tidak hanya datang dari wilayah Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu), melainkan dari berbagai kota, seperti Surabaya, Probolinggo serta Pasuruan.

Karangan bunga yang menghiasi stadion di Kecamatan Kepanjen itu bertujuan satu, yakni menunjukkan empati kemanusiaan. Bahkan, karangan bunga dari Bonek Mania (suporter Persebaya) yang sejak lama menjadi rival Aremania (sebutan pendukung Arema), pun tampak terlihat menghiasi patung singa yang terletak di depan Stadion Kanjuruhan.

Bunga-bunga ucapan belasungkawa yang berjejer dari berbagai kalangan dan pendukung sepak bola itu bagaikan harmoni yang menghiasi Bumi Kanjuruhan. Melihat sejarah ke belakang, rivalitas pendukung tim Arema yang berjuluk "Singo Edan" dengan "Bajul Ijo" untuk Persebaya, seakan tidak pernah habis. Bahkan, suporter kedua belah pihak menyebutnya sebagai "rivalitas tanpa batas", dilansir dari Antara, Selasa (4/10/2022).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi V perihal rivalitas, diartikan sebagai pertentangan, permusuhan, persaingan dan rasa yang menimbulkan perkelahian.

Rivalitas berbalut sportivitas tentunya masih bisa ditoleransi, karena di dalam sportivitas ada aturan jelas untuk menjaga profesionalitas. karena itu, menang dan kalah harus dipandang sebagai hal biasa dalam suatu pertandingan.

Namun, rivalitas buta tanpa bingkai sportivitas justru akan berbahaya, sehingga menimbulkan fanatik sempit terhadap sebuah hal.

Kita semua berharap, Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang ini, menjadi pelajaran besar dan berharga, khususnya bagi mereka yang masuk dan ada dalam lingkaran rivalitas. Mereka perlu belajar bahwa ada hal yang lebih utama dari rivalitas itu sendiri, yakni kemanusiaan. Kemanusiaan harus memayungi segalanya agar harmoni selalu hadir dalam kehidupan, termasuk dalam pertandingan sepak bola.

Cak Nun

Cak Nun
Budayawan sekaligus tokoh muslim, Cak Nun. (YouTube CakNun.com)

Dalam sebuah pertemuan dengan salah satu tokoh masyarakat yang biasa digelari sebagai budayawan, yakni Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), menyebut penyatuan sebuah perbedaan itu sama halnya dengan silaturahim.

Di setiap upaya silaturahim akan memunculkan keilmuan atau sesuatu yang baru. Sebut saja kata "sambal" yang terbentuk dari unsur "silaturahim" antara cabai, garam, tomat dan berbagai komponen lainnya.

Kata sambal itu sebelumnya tidak ada atau bahkan tidak dikenal, karena masing-masing unsur berdiri sendiri, seperti cabai, garam dan tomat.

Mengacu hal itu, peristiwa yang menggoreskan rasa pedih kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan ini bisa dijadikan pijakan untuk meleburkan kata rivalitas melalui metode silaturahim, sehingga akan memunculkan keilmuan baru dan menambah wawasan serta khasanah baru dalam dunia sepak bola.

Sama halnya dengan istilah harmoni yang dalam KBBI versi V digital diartikan sebagai pernyataan rasa, aksi, gagasan, minat serta keselarasan. Dalam bahasa Yunani, harmoni adalah harmonia yang artinya terikat dan bersangkut paut.

Kata itu, juga muncul dari penggabungan nada yang berbeda dan menjadi satu sentuhan musik yang enak didengar. Tragedi Kanjuruhan, diharapkan demikian, mampu menjadikan perbedaan sebagai keindahan melalui silaturahim dan harmoni.

 

Budaya Arek

Picture of The Week: 10 Foto Terbaik Sepak Bola Dunia Pekan Ini
Pendukung klub sepak bola Arema FC berdoa untuk para korban tragedi Stadion Kanjuruhan pada Senin (03/10/2022) di luar stadion. Setidaknya lebih dari 100 orang tewas ketika penggemar tuan rumah yang marah menyerbu lapangan dan polisi menanggapi dengan gas air mata yang memicu desak-desakan. (AP/Achmad Ibrahim)

 

Catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Malang terkini, korban jiwa akibat kejadian itu bertambah enam orang, yakni dari 125 orang menjadi 131 orang.

Tambahan korban meninggal dunia tersebut bukan dari pasien yang selama ini menjalani perawatan di rumah sakit, namun korban yang pada saat terjadi tragedi langsung dibawa pulang ke rumah masing-masing oleh keluarganya, sebelum dilakukan pendataan.

Kita berharap, semua insan sepak bola, khususnya para suporter, betul-betul menimba pelajaran berharga dari Tragedi Kanjuruhan, untuk menempatkan harmoni dan rasa kemanusiaan di atas segalanya. Kemenangan tim yang didukung bukanlah segala-galanya dalam suatu pertandingan. Permainan tim yang bagus dan sikap suporter yang elegan adalah suguhan pertandingan yang indah.

Pendukung Arema dan Persebaya bersumber dari akar budaya yang sama, yakni "Budaya Arek". Apalagi keduanya juga terikat dalam satu bingkai geografi pemerintahan, yakni dalam satu provinsi, Jawa Timur. Diksi "musuh bebuyutan" antara Arema dengan Persebaya atau tim-tim lain di negeri ini, kita ganti dengan slogan baru "Seduluran sak lawase" (persaudaraan selamanya).

Infografis Tragedi Kanjuruhan Telan 125 Korban Jiwa Termasuk 33 Anak. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Tragedi Kanjuruhan Telan 125 Korban Jiwa Termasuk 33 Anak. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya