Liputan6.com, Jakarta - Meski jumlah pengguna perangkat mobile di Indonesia mendominasi, penetrasi mobile marketing masih sangat rendah.
Menurut Program Director Mobile Marketing Association (MMA) Asia Pasific Limited Azalea Aina, hal ini terlihat dari total budget untuk mobile marketing yang jumlahnya belum sampai lima persen dari total advertising budget.
"Jika dibandingkan dengan total advertising budget, mobile marketing saat ini belum sampai lima persennya. Jadi memang belum banyak (brand) yang melakukan mobile marketing," kata Azalea ketika ditemui di Jakarta, Selasa (20/9/2016).
Ia mengungkap, penyebabnya tak lain karena pengiklan dan brand masih terbiasa mengiklankan produknya melalui televisi, radio, media cetak, dan media konvensional lainnya.
Baca Juga
 "Marketers dan brand itu mindset-nya masih TV. Karena sudah terbiasa dengan TV, jadi pasang iklan di TV. Sementara, digital adalah media baru sehingga banyak pertanyaan, apa yang bisa dilakukan di digital dan mobile," ujar perempuan yang biasa dipanggil Jella ini.
Ia tak memungkiri penetrasi televisi di Indonesia masih mendominasi yakni 99 persen. Meski begitu, menurut data yang dipaparkan MAA, cukup banyak orang menonton televisi sembari memegang gadgetnya.
Oleh karenanya, mobile marketing dibutuhkan untuk mengisi kekosongan yang belum berhasil dijangkau oleh iklan di media konvensional. Apalagi, pergeseran konsumsi media ke arah perangkat mobile terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.
"Misalnya Unilever pasang iklan di TV, menjangkau 60 persen orang Indonesia. Sekarang banyak orang nonton TV sambil pegang gadget. Kekosongan ini bisa dilengkapi oleh mobile marketing. Jadi mobile marketing ini bukan menggantikan iklan konvensional, tetapi untuk melengkapinya," tutur Jella.
Dengan demikian, makin banyak konsumen lebih mengenal suatu brand. Ia optimistis, mobile marketing di Indonesia akan terus mengalami peningkatan sebab banyak hal yang bisa dilakukan dengan mobile marketing.
Misalnya, saat ini perangkat mobile bisa langsung dipakai untuk transaksi. "Karena itu, (mobile marketing) nggak akan turun dan akan terus naik. Justru brand yang akan makin mengadaptasi mobile. Sebab, kalau pasang iklan di mobile bisa langsung dibeli oleh konsumen," kata Jella.
Saat ini, fitur mobile marketing yang sedang menjadi tren adalah 'Buy Now Button' yang memungkinkan konsumen mengklik 'Buy Now' setelah melihat iklan sebuah produk melalui gadgetnya.
Dengan berbagai tren baru di mobile marketing ini, brand bisa makin diuntungkan. "Kembali lagi, ujungnya adalah bisnis. Jika mereka (brand) tahu kebiasaan konsumen, konsumen akan mendapatkan edukasi tentang brand tersebut dan kemudian memiliki keinginan untuk membeli," ujar Jella.
(Tin/Why)