NASA: 2018 Jadi Salah Satu Tahun Terpanas Sepanjang Masa

Ilmuwan NASA Goddard Institute for Space Studies (GISS), membeberkan suhu global pada 2018 lebih hangat 0,83 derajat Celsius daripada periode 1951-1980.

oleh Jeko I. R. diperbarui 08 Feb 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2019, 08:00 WIB
ilustrasi pemanasan global (AP/J David)
ilustrasi pemanasan global (AP/J David)

Liputan6.com, Jakarta - NASA mengakui kalau 2018 menjadi salah satu tahun terpanas selama 139 tahun terakhir.

Dilansir Geek, Jumat (8/2/2019), Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut mengungkap kalau 2018 adalah tahun terpanas keempat selama 139 tahun pengamatan mereka.

Ilmuwan NASA Goddard Institute for Space Studies (GISS), membeberkan suhu global pada 2018 lebih hangat 0,83 derajat Celsius daripada periode 1951-1980.

Secara periodik, 2018 menjadi tahun terpanas keempat setelah 2016, 2017, dan 2015. NASA juga mengungkap kalau setelah 2001, suhu di Bumi semakin memanas.

"2018 menjadi salah satu tahun terpanas di era pemanasan global," ujar Direktur GISS Gavin Schmidt.

Sejak 1880 silam, suhu Bumi secara global telah naik sekitar 1 derajat Celsius. Pemanasan ini juga dipicu sebagian besar emisi karbondioksida dari atmosfir dan efek gas rumah kaca.

Schmidt berkata, dampak dari pemanasan global juga telah dirasakan di sejumlah bagian Bumi, termasuk gelombang panas yang berlangsung di Australia, kemarau panjang di Amerika Serikat (AS), serta es yang mencair di Kutub Utara yang mengakibatkan kenaikan air laut.

 

2015 Juga Jadi Tahun Terpanas

iklim panas
Karbon dioksida bukan penyebab utama pemanasan global, menurut Dr Evans. (foto: Express)

2015 juga diklaim menjadi tahun dengan kondisi cuaca sangat panas selama 135 tahun terakhir, sejak pengamatan iklim secara rutin dimulai pada tahun 1880.

Para ilmuwan peneliti iklim Bumi di NOAA mengungkap, temperatur rata-rata Bumi pada tahun ini berada pada titik 1,53 derajat Fahrenheit yang digabung dari cuaca tanah dan air di Bumi.

"Temperatur tersebut kami nilai cukup tinggi sejak pengamatan iklim yang telah dilakukan sejak 1880. Jika persentase iklim tersebut terus meningkat, itu akan mengalahkan rekor temperatur bumi 1,24 derajat Fahrenheit yang terjadi di abad lalu, dimana menjadi suhu terpanas pada saat itu," jelas tim peneliti NOAA.

Meskipun begitu, NOAA menjelaskan bahwa secara normal, Juli memang menjadi bulan yang panas dalam setahun di seluruh wilayah Bumi.

Hal tersebut secara ilmiah dijelaskan karena terjadinya peristiwa badai El Nino yang terjadi di beberapa titik samudera di daerah tropikal Pasifik.

Bahkan, peneliti mengungkap bahwa tahun ini, intensitas El Nino semakin meningkat dan menjadi lebih kencang, sehingga membuat suhu di beberapa titik daerah tropikal menjadi panas.

"Kami bisa pastikan bahwa 2015 menjadi salah satu tahun terpanas dalam sepanjang masa, kami telah melakukan penelitian iklim di setiap bulannya," ungkap juru climatologist NOAA, Jake Crouch.

Mengingat tahun ini merupakan tahun dengan cuaca paling panas, tak menutup kemungkinan bahwa teori global warming kembali menyeruak.

Prediksi NASA

10  Bukti Keganasan Pemanasan Global
Data pemanasan global. (NASA)

Sebelumnya, NASA mengumumkan prediksinya lewat sebuah dataset bahwa bumi akan mengalami perubahan iklim besar-besaran dalam waktu 85 tahun lagi, tepatnya di tahun 2100.

Menurut para ilmuwan yang sedang meneliti fenomena ini, hal tersebut disebabkan oleh lapisan karbondioksida di atmosfer bumi yang nantinya akan mencapai angka yang sangat tinggi, yakni 935 ppm (parts per million).

Untuk saat ini, lapisan karbondioksida tersebut sedang berada di angka 400 ppm.Jika nanti ternyata prediksi yang diumumkan benar terjadi, sebagian besar wilayah bumi akan mengalami perubahan iklim drastis yang menjadi sangat panas.

Bahkan nantinya di wilayah Afrika, India, dan Amerika Selatan, temperatur hariannya bisa mencapai angka 45 derajat Celcius.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya