Isu Pancaran Radiasi Bayang-bayangi Smartphone Apple dan Samsung

Sebuah uji independen menemukan bahwa pancaran radiasi dari sejumlah smartphone Apple dan Samsung melampaui batas yang ditetapkan.

oleh M Hidayat diperbarui 28 Agu 2019, 10:37 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2019, 10:37 WIB
Ilustrasi Smartphone Android, Gadget. Kredit: Pexels via Pixabay
Ilustrasi Smartphone Android, Gadget. Kredit: Pexels via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Isu soal pancaran radiasi dari smartphone kembali menyita perhatian. Uji independen yang dilakukan oleh Chicago Tribune menemukan bahwa pancaran radiasi dari sejumlah smartphone Apple dan Samsung melampaui batas yang ditetapkan Komisi Komunikasi Federal (Federal Communications Commission, FCC).

Mengutip Business Insider, Rabu (28/8/2019), secara spesifik smartphone dengan pancaran radiasi berlebih itu adalah iPhone 7, iPhone 8, Galaxy S8, Galaxy S9 dan Galaxy J3. 

Adapun FCC menetapkan batas wajar radiasi senilai 1,6 watt per kilogram (1,6W/kg).

Apple menyebut pengujian Chicago Tribune tidak akurat jika dibandingkan dengan pengujian internal perusahaan. Sementara Samsung menuturkan bahwa smartphone yang dijual di Amerika Serikat memenuhi regulasi FCC.

"Perangkat kami diuji sesuai dengan protokol pengujian yang sama yang digunakan di seluruh industri," kata Samsung kepada Business Insider.

Bluetooth Jadi Celah bagi Hacker untuk Bobol Smartphone

Diwartakan sebelumnya, sebuah celah kerentanan yang baru diketahui pada Bluetooth rupanya bisa dimanfaatkan oleh hacker untuk mengambil alih perangkat.

Celah ini dinamai dengan KNOB attack, kepanjangan dari Key Negotiation of Bluetooth. Celah ini disebut-sebut juga bisa dipakai untuk mengintip komunikasi dalam perangkat.

Mengutip The Verge, Selasa (20/8/2019), kerentanannya cukup berbahaya. Alih-alih langsung memecahkan enkripsi, kerentanan ini memungkinkan peretas untuk memaksa perangkat Bluetooth yang sudah dipasangkan (pairing) untuk memecahkan enkripsi yang lebih lemah.

Pasalnya, ketika dua sambungan Bluetooth saling terhubung, Bluetooth membangun enkripsi baru. Saat hacker masuk di antara proses ini, mereka bisa menipu kedua perangkat untuk membuka kunci enkripsi baru ini dengan jumlah karakter yang relatif lebih kecil.

Si penyerang memang masih harus melakukan serangan brute force terhadap salah satu perangkat untuk mengetahui kata sandi yang tepat. Namun, serangan tersebut bisa lebih singkat, hal itu dimungkinkan dengan adanya celah ini.

(Why/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya