CashShield Cegah Penipuan pada Transaksi Daring

Untuk mencegah penipuan pada transaksi daring, CashShield antara lain menerapkan teknologi pengenalan pola secara real-time, biometrik pasif, dan algorithmic trading.

oleh M Hidayat diperbarui 10 Okt 2019, 12:30 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2019, 12:30 WIB
Pendiri dan CEO CashShield, Justin Lie (Kanan)
Pendiri dan CEO CashShield, Justin Lie (Kanan). Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Startup asal Singapura, CashShield, berfokus pada pencegahan penipuan pada transaksi daring. Seperti kita tahu, adopsi perangkat genggam kian masif, diikuti dengan kehadiran banyak aplikasi dan layanan yang melibatkan transaksi keuangan, sehingga potensi penipuan pun kian besar.

Pada salah satu sesi di Tech in Asia 2019 Conference di Jakarta Convention Center, Rabu (9/10/2019), pendiri sekaligus CEO di CashShield, Justin Lie, memaparkan bagaimana teknologi CashShield dapat mencegah penipuan pada transaksi daring.

Dia bercerita, semasa dia masih remaja, transaksi dengan kartu kredit terbilang aman. Saat itu tidak ada kasus-kasus penipuan yang sering kita temukan seperti sekarang.

Namun dari waktu ke waktu, situasi telah berubah secara drastis. Para penjahat siber semakin banyak bermunculan dan mereka menargetkan transaksi keuangan di berbagai layanan, misalnya, situs belanja daring.

Mengenai layanan yang dia tawarkan, Justin menyebut CashShield memiliki solusi perlindungan end-to-end untuk melindungi transaksi daring.

"Kami punya solusi perlindungan end-to-end dengan API yang bersifat universal. Jadi, perusahaan mana pun bisa menggunakan API kami pada produk dan layanannya," tutur Justin.

Teknologi CashShield

CashShield antara lain menerapkan teknologi pengenalan pola secara real-time, biometrik pasif, dan algorithmic trading. Dengan mengombinasikan ketiga teknologi itu, CashShield dapat membedakan pengguna/pelanggan sebenarnya dan peretas yang berniat jahat.

"Teknologi kami bisa mendeteksi perilaku tidak biasa (unusual behaviour) apakah itu pengguna atau peretas," kata Justin.

Memang ada pola perilaku mencolok yang membedakan pengguna sebenarnya dan peretas. Pengguna sebenarnya, misalnya, ketika mengakses situs web belanja daring di peramban (browser) di laptop, biasanya dia membuka beberapa tab dan tidak jarang, salah satu tab itu adalah media sosial. Perilaku ini tidak didapati pada kunjungan yang dilakukan oleh peretas karena dia selalu berusaha menyembunyikan jati dirinya.

Dengan demikian, menurut Justin, setiap pengguna punya perilaku uniknya masing-masing dan CashShield mampu mengenalinya.  

Selain itu, Justin juga menekankan bahwa kesadaran akan privasi juga berperan penting, tetapi di Indonesia, menurut Justin, hal ini masih harus terus dikampanyekan dan diatur secara tepat.

"Kalau di Eropa, kepedulian terhadap privasi sudah tinggi. Ada yang namanya General Data Protection Regulation (GDPR), yang mengatur proteksi perlindungan data. Di Indonesia agak kurang, tapi saya lihat pemerintah Indonesia sudah mulai berjalan ke arah sana (regulasi proteksi perlindungan data)," ujar Justin.

Jakarta Jadi Tuan Rumah Konferensi Regional Tech in Asia 2019

Tech in Asia, salah satu platform komunitas teknologi dan startup terbesar di Asia, mendapuk Jakarta untuk menjadi tuan rumah Tech in Asia Conference skala regional.

Konferensi ini merupakan konsolidasi dari beberapa konferensi lokal Tech in Asia sebelumnya yang dalam tujuh tahun terakhir berlangsung di beberapa kota seperti Tokyo, Singapura, dan Jakarta.

Jakarta adalah rumah bagi sebagian besar startup dan perusahaan teknologi di Indonesia. Jakarta punya kedudukan strategis bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi ke berbagai pulau maupun daerah.

Sementara Indonesia telah berkembang menjadi negara yang mengedepankan teknologi digital. Hal ini tentu saja cocok bagi para pelaku bisnis berbasis teknologi untuk tumbuh dan berkembang.

"Indonesia merupakan pasar penting bagi startup yang ingin menembus pasar regional, mengingat banyak peluang besar yang tersedia. Sebagai bentuk dukungan untuk mengembangkan ekosistem startup di Asia, kami berusaha menjadi penghubung yang membantu pengusaha digital dalam membangun bisnis di pasar Asia," ujar Willis Wee, Founder Tech in Asia, dalam keterangannya kepada Tekno Liputan6.com.

Para investor, pembicara dan stakeholders terkait lainnya akan berkumpul di Jakarta untuk menghadiri konferensi regional yang digelar dalam dua hari ini pada tanggal 8 dan 9 Oktober untuk berdiskusi seputar startup dan teknologi terkini.

(Why/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya