Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Grab melakukan diversifikasi bisnis sejak awal--jadi super app sejak 2018--membantu perusahaan dapat mengatasi krisis dan bangkit dari dampak pandemi Covid-19.
Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi, mengatakan awal 2020 merupakan kondisi sulit bagi perusahaan karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di banyak kota dan pemerintah meminta semua orang untuk membatasi mobilitas mereka.
Baca Juga
"Saat itulah lini bisnis transportasi kami sangat terdampak. Namun, sejak saat itu pendapatan kami kembali pulih seperti pada saat sebelum pandemi, dan kami melihat peluang besar di sektor pengiriman, termasuk makanan, bahan makanan, dan logistik. Sektor ini mencakup 50 persen dari bisnis kami saat ini," ungkap Neneng sebagaimana dikutip dari Channel News Asia, Kamis (25/2/2021).
Advertisement
Ia mengungkapkan sektor tersebut akan menjadi fokus di masa mendatang, menanggapi permintaan yang sangat tinggi dari konsumen akan layanan last mile delivery.
Pandemi bahkan telah mendorong berbagai bisnis masuk ke ranah online. Jika tidak beradaptasi dengan cepat, mereka akan mengalami kesulitan untuk mempertahankan bisnisnya.
"Selama pandemi, ada lebih dari setengah juta mitra baru di seluruh Asia Tenggara yang bergabung dalam platform Grab. Banyak di antaranya merupakan usaha kecil dan tradisional. Kami bersyukur dan bangga menjadi bagian dari proses transformasi digital UMKM Indonesia," ucap Neneng.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Peran UKMK Bagi Pemulihan Ekonomi
Kemampuan UMKM untuk bertahan sangat penting bagi pemulihan ekonomi Indonesia karena perannya yang penting sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB).
Sepanjang 2019, menurut data Asosiasi UMKM Indonesia (AKUMINDO), UMKM menyumbang 60,34 persen dari PDB dan 14 persen terhadap total ekspor nasional. Data lain juga menunjukkan bahwa UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja.
Berkesinambungan dengan UMKM, sektor pengantaran barang yang kini menjadi fokus Grab, bukan hanya pengiriman barang dan pemesanan makanan dari warung atau restoran, tetapi sudah berkembang dengan melayani pasar tradisional atau yang sering disebut 'pasar basah' dan juga para social seller.
"Kami melihat ada masalah di sektor pasar basah. Saat pembatasan sosial diberlakukan, masyarakat tidak lagi datang ke pasar basah. Kami pun berpikir, bagaimana mereka bisa bertahan menjalankan bisnis mereka? Itulah mengapa kami mengembangkan layanan GrabMart dan GrabAssistant, yang dirancang juga untuk menjangkau pasar tradisional. Ada puluhan ribu pedagang pasar basah yang bisa terus menjual dagangannya berkat dua layanan ini," kata Neneng.
Â
Advertisement
Jangkau 7.000 Pasar Tradisional
Pada April 2020, Grab bekerja sama dengan PD Pasar Jaya melayani 88 pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta. Mulai Oktober 2020, layanan Grab Assistant tersedia di ratusan kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.
Melalui layanan tersebut, mitra pengemudi Grab dapat menjangkau sebanyak 7.000 pasar tradisional melalui sistem pemetaan Grab, memungkinkan pelanggan untuk membeli barang sehari-hari dari penjual pasar tradisional.
Grab juga meluncurkan layanan belanja kebutuhan harian GrabMart sejak Juli 2020. GrabMart diklaim menjadi platform yang digunakan oleh ribuan merchant mulai dari supermarket besar, apotek, hingga toko-toko kelontong.
(Isk/Ysl)