Akuisisi Nvidia Terhadap ARM Senilai Rp 579 Triliun Dijegal Regulator Inggris

Kesepakatan antara Nvidia dengan ARM yang sudah berlangsung pada September 2021 itu juga memicu reaksi dari politisi, saingan, dan pelanggan.

oleh Iskandar diperbarui 21 Agu 2021, 15:00 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2021, 15:00 WIB
Markas Nvidia  di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP
Markas Nvidia di Santa Clara, California. Justin Sullivan/Getty Images/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Nvidia yang menyatakan telah resmi mengakuisisi perancang chip asal Inggris, ARM, senilai US$ 40 miliar atau sekitar Rp 579 triliun dijegal regulator Inggris.

Mengutip Reuters, Sabtu (21/8/2021), regulator menilai hal itu dapat merusak persaingan dan melemahkan saingan, sehingga memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

Kesepakatan perusahaan teknologi paling penting di Inggris yang sudah berlangsung pada September 2020 itu juga memicu reaksi dari politisi, saingan, dan pelanggan.

Di Inggris, hal tersebut juga bermuatan politis, dengan kritik yang berpendapat bahwa peningkatan nasionalisme ekonomi dan kesadaran yang lebih besar akan kebutuhan untuk memiliki infrastruktur utama seperti ARM, yang kini dimiliki oleh SoftBank Jepang sejak 2016, tidak boleh dijual lagi.

Regulator persaingan Inggris bahkan mengatakan entitas yang digabungkan dapat mengurangi persaingan di pasar global serta di sektor-sektor pusat data, Internet of Things (IoT), otomotif, dan game.

Kesepakatan itu juga menimbulkan kekhawatiran karena mengancam inovasi dalam industri yang membentuk tulang punggung ekonomi modern.

"Kami khawatir Nvidia yang mengendalikan ARM dapat menciptakan masalah nyata bagi para pesaing Nvidia dengan membatasi akses mereka ke teknologi utama, dan pada akhirnya menghambat inovasi di sejumlah pasar penting dan berkembang," kata Andrea Coscelli, kepala Otoritas Persaingan dan Pasar di Inggris.

Inggris Hadang Kesepakatan Akuisisi ARM oleh Nvidia

nvidia-tegra-4-130107b.jpg
Nvidia

Sebelumnya, pemerintah Inggris mempertimbangkan untuk menghadang kesepakatan akuisisi ARM oleh Nvidia.

Mengutip Reuters, Kamis (5/8/2021), kesepakatan akuisisi senilai USD 40 miliar atau setara Rp 597 triliun ini berencana dihadang oleh Inggris lantaran ada dugaan atas potensi risiko keamanan nasional.

Informasi ini berdasarkan pada laporan Bloomberg News, mengutip sejumlah sumber yang disebut-sebut mengetahui masalah tersebut.

Nvidia menyebut, pihaknya tengah bekerja melalui proses regulasi dengan pemerintah Inggris.

"Kami menantikan pertanyaan-pertanyaan mereka (regulator Inggris) dan berharap untuk menyelesaikan apa pun yang mungkin ada," kata juru bicara Nvidia kepada Reuters.

Sekadar informasi, perusahaan pembesut chipset ARM saat ini dimiliki oleh Softbank Group Corp. ARM merupakan salah satu pemain besar global di industri semikonduktor.

Sektor semikonduktor adalah sektor vital bagi teknologi, mulai dari AI, teknologi komputasi kuantum, hingga jaringan 5G. Teknologi semikonduktor ARM telah mendukung banyak smartphone dan jutaan perangkat lainnya.

Terkait Keamanan Nasional

Nvidia Reka Ulang Pendaratan Apollo 11 di Bulan dengan Teknologi RTX - Kredit: Nvidia
Nvidia Reka Ulang Pendaratan Apollo 11 di Bulan dengan Teknologi RTX - Kredit: Nvidia

Menurut situs web pemerintah Inggris, Otoritas Kompetisi dan Pasar Inggris/ UK Competition and Market Authority (CMA) telah mengirimkan laporan investigasi Fase 1 yang telah diselesaikan kepada pemerintah Inggris, pada 20 Juli lalu.

Menurut laporan Bloomberg News, berdasarkan penilaian yang disampaikan, ada implikasi mengkhawatirkan bagi keamanan nasional Inggris terkait dengan akuisisi Nvidia atas ARM. Sayangnya, regulator setempat menolak memberikan komentar lebih lanjut.

"Kemungkinan, pemerintah Inggris akan melakukan peninjauan lebih mendalam terhadap kesepakatan akuisisi ini, karena ada masalah keamanan nasional," tulis Bloomberg News.

Sebelumnya pada April lalu, pemerintah Inggris mengatakan, pihaknya tengah meminta otoritas untuk menyelidiki kesepakatan antara Nvidia dan ARM. Otoritas Kompetisi dan Pasar Inggris pun akan menilai persaingan, yuridiksi, dan dampak keamanan nasional atas kesepakatan tersebut.

ARM Dibeli Seharga USD 40 Miliar

CEO Nvidia, Jensen Huang
CEO Nvidia, Jensen Huang. Dok: wccftech.com

September 2020, Nvidia mengumumkan telah resmi membeli perusahaan pembuat semikonduktor (chipset) ARM seharga USD 40 miliar atau sekitar Rp 597 triliun dari SoftBank.

Dengan ini, Nvidia akan menjadi "pemain" besar dalam pasar prosesor perangkat mobile, terutama teknologi AI di platform smartphone, PC, dan mobil otonom.

Setelah resmi dibeli dari SoftBank, ARM akan mulai beroperasi sebagai bagian divisi Nvidia dan akan tetap bermarkas di Inggris. Demikian yang dikutip dari Engadget, Senin (14/9/2020).

Memperkuat komitmen, Nvidia berencana membangun superkomputer berteknologi AI yang didukung oleh CPU ARM untuk diletakkan di kantor pusat perusahaan di Cambridge.

"AI adalah kekuatan teknologi paling kuat di zaman kita dan telah meluncurkan era baru sistem komputasi," ucap Jensen Huang, CEO Nvidia.

Sebelumnya, SoftBank membeli ARM di 2016 seharga USD 31 miliar. Adapun perusahaan seperti Apple, Samsung, dan Qualcomm menggunakan lisensi teknologi prosesor milik ARM ini untuk perangkat seluler buatan mereka masing-masing.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya