Liputan6.com, Jakarta - Dalam penelitian internal, Facebook menemukan 1 dari 8 penggunanya melaporkan penggunaan media sosial yang kompulsif bisa mengganggu tidur, pekerjaan, dan relationship mereka.
Mengutip laporan The Wall Street Journal (WSJ), seperti dilansir The Verge, Senin (8/11/2021), kondisi uni disebut Facebook sebagai "penggunaan bermasalah" atau lebih dikenal sebagai kecanduan internet.
Menurut WSJ, Facebook memiliki tim yang berfokus pada kesejahteraan pengguna, menyarankan untuk menghindari penggunaan yang bermasalah, beberapa di antaranya telah diterapkan. Namun, perusahaan menutup tim tersebut pada 2019.
Advertisement
Baca Juga
Pratiti Raychoudhury, Wakil Presiden Penelitian untuk Meta (perusahaan induk baru Facebook) menulis dalam blog bahwa WSJ salah mengartikan penelitian tersebut (klaim perusahaan tentang beberapa artikel lain yang diterbitkan WSJ berdasarkan dokumen internal Facebook).
Raychoudhury mengatakan perusahaan telah terlibat dan mendukung upaya selama bertahun-tahun guna lebih memahami dan memberdayakan orang-orang yang menggunakan layanannya untuk mengatasi penggunaan media sosial yang bermasalah.
"Itulah mengapa pekerjaan ini telah berlangsung selama beberapa tahun, termasuk sekarang," klaim Raychoudhury.
Ia berpendapat bahwa penggunaan yang bermasalah tidak sama dengan kecanduan dan perusahaan telah menyediakan fitur untuk membantu orang mengelola pengalaman mereka di aplikasi dan layanan Facebook.
Laporan tersebut adalah salah satu yang terbaru dalam seri yang disebut WSJ sebagai Facebook Files, berdasarkan dokumen internal yang dibocorkan mantan karyawan Facebook Frances Haugen.
Pemberitaan yang diterbikan WSJ menunjukkan bahwa Facebook tahu ada masalah yang dapat ditimbulkan oleh platformnya. Misalnya, salah satu laporan menyarankan agar Facebook menyadari bahwa Instagram berbahaya bagi remaja.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Facebook Harus Bayar Rp 287 Miliar Kalau Mau Pake Nama Meta?
Beberapa waktu lalu, Facebook mengumumkan rebranding nama perusahaan menjadi Meta. Meta adalah induk perusahaan untuk produk Facebook, Instagram, WhatsApp, hingga Oculus.
Namun tampaknya untuk memakai nama Meta, Mark Zuckerberg sang pendiri Facebook harus membayar uang lebih dari USD 20 juta atau setara Rp 287 miliar ke pihak lainnya.Â
Baca Juga
Mengutip Ubergizmo, Sabtu (6/11/2021), hal ini karena kabarnya nama Meta sudah dipakai lebih dahulu oleh sebuah startup yang menjual produk komputer, laptop, dan software gaming.
Menurut laporan TMZ, nama startup yang mirip dengan nama baru Facebook adalah Meta PC. Salah satu pendiri Meta PC, Zack Shutt, mengatakan, meski perusahaannya sudah terdaftar pada November lalu, Shutt mengaku tidak keberatan kalau Facebook mau membeli nama Meta.
Berdasarkan laporan The Guardian, Shutt dan salah satu pendiri Meta PC, Joe Darger mengatakan mereka tidak akan menjual nama "Meta" dengan harga kurang dari USD 20 juta (sekitar Rp 287 miliar), jika Zuckerberg mencoba mendapatkan merek itu.
Advertisement
Sudah Ajukan Merek Dagang Sebelum Facebook Ganti Nama
Sekadar informasi, Meta PC sudah mengajukan merek dagangnya pada bulan Agustus 2020, lebih dari setahun setelah perusahaan itu memulai bisnisnya.
Meski sudah diajukan lebih dulu sebelum Facebook, Meta PC belum secara resmi mendapatkan nama tersebut untuk perusahaan mereka.
Uniknya, sebelumnya Shutt sempat membuat lelucon terkait pergantian nama Facebook menjadi "Meta" melalui akun Twitter perusahaan tersebut.
Ia mengatakan dalam parodi pengumuman ganti nama tersebut, bahwa mereka mengganti nama perusahaannya dari sebelumnya "Meta" menjadi "Facebook," alias bertukar nama dengan perusahaan besutan Zuckerberg.
Sindir Mark Zuckerberg
Di sindiran lainnya, akun Twitter Meta PC juga mengedit foto Zuckerberg saat sedang mengumumkan nama baru Facebook, menjadi Zuckerberg tengah memegang produk mereka.
Selain itu, berkat pengumuman pergantian nama Facebook, kanal media sosial Meta PC diklaim mendapatkan lonjakan pengikut hingga lima ribu persen.
Belum ada tanggapan dari Meta alias Facebook terkait kesamaan nama perusahaan ini.
Namun, sebuah sumber kepada TMZ mengungkapkan, Meta milik Zuckerberg percaya bahwa mereka memiliki hak yang diperlukan untuk mengadopsi merek dagang tersebut untuk barang dan jasanya.
Advertisement