Kebutuhan Orang Indonesia pada Startup Dinilai Makin Tinggi

Kinerja produk digital, seperti startup, di Indonesia pada 2022 dinilai tidak menujukkan penurunan dan kebutuhan orang Indonesia akan perusahaan rintisan pun kian tinggi.

oleh Iskandar diperbarui 20 Des 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Startup, Pendiri Startup
Ilustrasi Startup, Pendiri Startup

Liputan6.com, Jakarta - Kinerja produk digital, seperti startup, di Indonesia pada 2022 dinilai tidak menujukkan penurunan dan kebutuhan orang Indonesia akan perusahaan rintisan pun kian tinggi.

Hal ini disampaikan oleh Associate Profesor Hukum Teknologi Informasi Universitas Padjajaran, Danrivanto Budhijanto, melalui keterangan resminya, dikutip Selasa (20/12/2022).

“Kita harus jeli melihat, yang terjadi bukan kinerja produk digitalnya menurun, bukan startup-nya juga yang turun. Akan tetapi sedang ada penyesuaian dari sisi bisnis, terutama investor itu sedang menyesuaikan kembali modal yang mereka miliki," kata Danrivanto.

Ia menuturkan investor tidak menumpuk semua dananya di startup, tapi ditarik dulu untuk ditempatkan ke bidang yang tengah menguntungkan.

Pernyataan ini senada dengan data terbaru dari Startup Ranking, yang menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi negara di Asia Tenggara dengan jumlah startup terbanyak dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pada 2022, terdapat 2.305 startup atau dua kali lipat lebih dari posisi rangking dua yakni Singapura dengan 989 startup.

Selain secara kuantitas, data kualitatif dari Google, Temasek, serta Bain Company juga menunjukkan bahwa 42 persen dari injeksi modal investor tersebut juga disalurkan ke perusahaan-perusahaan startup asal Indonesia.

Danrivanto bahkan menyebut kebutuhan orang Indonesia akan startup juga sudah makin tinggi, sudah bukan lagi tren atau prestise sosial sesaat. Interaksi masyarakat yang demikian tinggi pada produk digital telah menciptakan budaya hidup baru yang teguh.

“Maka dari itu, kalau konteksnya Telkom sebagai BUMN teknologi informasi komunikasi, saya pribadi menilai produk digital itu sudah harus terus dikembangkan. Posisi direksi terkaitnya jadi sangat strategis, harus menjadi bagian dari decision maker utama di perusahaan,” ujar Komisioner BRTI 2009-2019 tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Indonesia Punya 8 Unicorn

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Menurut dia, posisi strategis itu diperlukan karena Telkom sebagai perusahaan pelat merah, sedari dulu hingga sekarang tak sekadar dibebani menjadi mesin pencetak dividen bagi negara, tapi simultan juga menjadi motor pembangunan perubah keadaan di masyarakat.

Situasi dan kondisi mutakhir memang membuka ruang yang luas bagi produk digital, termasuk dari Telkom.

Dengan angka penetrasi internet Asia Tenggara diperkirakan sudah mencapai 75 persen dari populasi kurang lebih 655 juta jiwa pada 2021 lalu, maka riset Google menyebut 7 dari 10 pengguna baru internet di kawasan ini juga bakal terus bertransaksi melalui internet, apalagi setelah pandemi usai.

Di sisi lain, sepanjang 2021, ada empat unicorn baru yakni J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit.

Karenanya, Indonesia tercatat sedikinya memiliki delapan unicorn, ditambah Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan OVO. Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.

 


Fokus ke Layanan Dasar

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB, Dimitri Mahayana, mengatakan sekalipun peluang produk digital sangat luas, namun Telkom tetap harus fokus memberikan layanan dasarnya yakni telekomunikasi, dengan sebaik-baiknya.

“Saya pribadi cenderung strateginya Telkom adalah makin fokus pada layanan dasar mereka sambil tetap touch in pada produk digital. Jangan tidak fokus layanan inti lalu shifting seluruhnya pada layanan digital karena strategi ini sangat beresiko,” katanya.

Mengacu penelahaan dan pengalaman pribadinya, produk digital yang sukses lahir dari perusahaan privat yang demikian luwes, lincah, dan oportunis menangkap pasarnya.

Sementara BUMN sebagai perusahaan negara tidak bisa seadaptif itu, sehingga diperlukan metode yang seimbang di dalamnya, yaitu menjadi perusahaan negara yang taat aturan tapi sekaligus lincah bergerak.


Infografis 4 Unicorn di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)

Infografis 4 Unicorn di Indonesia
Infografis 4 Unicorn di Indonesia. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya