Mungkinkah Operator CDMA Digabungkan?

Niat pemerintah untuk menggabungkan operator CDMA jadi satu entitas baru itu ternyata mendapat sambutan berbeda dari operator.

oleh Denny Mahardy diperbarui 16 Jul 2013, 12:12 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2013, 12:12 WIB
cma-cdma-130716b.jpg

Ketatnya persaingan di industri telekomunikasi mendorong pemerintah untuk mengurangi jumlah pemain. Di jaringan CDMA pemerintah berniat menyediakan hanya satu operator penyedia layanan telekomunikasi.

"Teknologi komunikasi di CDMA sudah mentok dan sumber daya telekomunikasi juga terbatas. Cukup 3 operator GSM dan satu di CDMA," kata Muhammad Budi Setiawan, Dirjen Sumberdaya dan Perangkat Pos dan Informatika yang Liputan6.com temui di acara forum IndoTelko beberapa waktu lalu.

Niat pemerintah untuk menggabungkan operator CDMA jadi satu entitas baru itu ternyata mendapat sambutan baik dari Alexander Rusli, Direktur dan CEO Indosat yang juga memiliki layanan berbasis CDMA, Star One. Ia mengaku bahwa hal ini bisa membuat industri telekomunikasi CDMA bisa kembali bergairah.

"Bagus kalau dibuat satu, hanya saja sistemnya harus dibuat dengan baik agar tak ada yang merasa dirugikan," ungkap pria yang akrab disapa Alex itu sewaktu Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Indosat pertengahan Juni lalu.

Sedangkan Esia lebih bersikap netral. Perusahaan yang dikenal sebagai Bakrie Telecom itu mengaku akan mengikuti pertemuan dan diskusi berkenaan keinginan pemerintah tersebut.

"Kami masih perlu banyak tahu apa yang diingini oleh pemerintah dan maksudnya dalam urusan penggabungan operator. Sementara ini kami terbuka untuk berdiskusi dengan operator lain dan pemerintah," ujar Eka Anwar, Chief Marketing Officer Esia.

Namun, lain halnya dengan Smartfren Telecom. Operator CDMA yang terlihat paling getol mengekspansi pasar ini melontarkan nada dingin ketika ditanyai masalah penggabungan operator CDMA.

"Kenapa harus satu? Kenapa nggak dua, tiga atau empat?" imbuh Merza Fachys, Direktur Smartfren yang Liputan6.com temui dalam acara buka bersama di Jakarta, Senin (15/7/2013).

Merza mengungkapkan pula untuk menggabungkan diri, Smartfren harus menemukan 'teman' yang memiliki visi dan misi sama. Memenuhi kebutuhan standar ideal 4G dengan kapasitas minimal 15 MB jadi pandangan dasar yang sama-sana harus dimiliki operator 'teman' Smartfren.

"Kita harus tahu tujuan penggabungannya, kalau sama-sama butuh frekuensi untuk 4G LTE (Long Term Evolution) dan sadar teknologi mendatang yang ada di jaringan CDMA juga tak kalah penting," ujar Merza lagi.

Smartfren pun menginginkan bila harus digabungkan pemerintah harus menemukan komandan yang tepat agar tak kisruh di tengah jalan.

"Harus ada dirigen yang tepat, kalau tidak meskipun digabungkan nantinya malah sibuk menyanyikan lagu masing-masing," kata dia. (den/gal)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya