Uniknya Masjid Tujuh Kubah Warisan Kolonial di Jember

Kubah induk menjadi ruang utama, sementara empat kubah lain di sisi kanan dan kiri kubah utama, berfungsi sebagai ruang tambahan.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jun 2015, 14:56 WIB
Diterbitkan 30 Jun 2015, 14:56 WIB
20150630-Kubah-Tujuh-Jember
Selain ketujuh kubah besar berfungsi sebagai atap, tujuh kubah besar ini dibangun dengan posisi bertumpuk.

Liputan6.com, Jember - Masjid Jami Al Baitul Amien, masjid tua warisan masa kolonial Belanda ini masih kokoh berdiri di jantung Kota Jember, Jawa Timur. Keunikannya tak hanya berhenti di situ. Arsitektur masjid ini berbeda dari kebanyakan tempat ibadah lainnya dan yang paling mencolok adalah kubahnya.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Selasa (30/6/2015), tak tanggung-tanggung ada tujuh kubah berukuran besar yang dibangun dengan posisi bertumpuk satu sama lainnya. Selain itu, ketujuh kubah besar tersebut juga berfungsi sebagai atap.

Kubah induk menjadi ruang utama, sementara empat kubah lain di sisi kanan dan kiri kubah utama, berfungsi sebagai ruang tambahan. Kubah keenam dan ketujuh yang berada di belakang kubah induk digunakan sebagai tempat wudu.

Angka tujuh memiliki makna filosofis yang menggambarkan masa penciptaan alam semesta dan jumlah tingkatan langit dan bumi.

Memasuki kubah utama, mata langsung tertuju pada bentuk plafon yang dibuat megah. Plafon ditopang pilar yang berjumlah 17, melambangkan jumlah rakaat dalam salat dan tanggal turunnya Al Quran yakni pada 17 Ramadan. Dindingnya dihiasi tulisan kaligrafi yang berisi perintah mengerjakan rukun Islam.

Uniknya, perancang masjid ini bukan Islam. Perancangnya adalah Yaying Kaser, orang Indonesia tamatan arsitektur asal California, Amerika Serikat.

Pada bulan Ramadan, berbagai kegiatan digelar di masjid ini seperti tarawih, tadarus, buka bersama maupun pondok Ramadan untuk anak-anak. (Dan/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya