Liputan6.com, Jakarta Keunggulan Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir menarik minat negara lain. Bahkan Korea Selatan ingin belajar radioisotop dengan model pengayaan rendah yang sangat dikuasai para ahli asal Indonesia.
"Kami kemarin di undang ke Korea, disuruh ngajarin Korea soal bagaimana memproduksi radioisotop ," kata Direktur Utama PT Batan Teknologi, Yudiutomo Imardjoko yang ditulis, Jumat (14/3/2014).
Baca Juga
Detail Hyundai Palisade 2025 Mulai Diungkap, Ada Versi ICE dan HybridÂ
Kaleidoskop 2024: Deretan Berita Menggemparkan Dunia, Pernikahan Sesama Jenis Menlu Australia hingga Darurat Militer Korsel
Kasus Dugaan Penipuan Paket Wisata ke Korea Selatan oleh Influencer Malaysia, Kerugian Capai Rp1,64 Miliar
Indonesia saat ini melalui PT Batan Teknologi menjadi satu-satunya perusahaan di dunia yang mampu memproduksi radioisotop dengan model pengayaan rendah tersebut.
Advertisement
Menurut Yudi, keinginan kuat Korea untuk mendapatkan ilmu tersebut diakuinya sangat kuat, hingga sampai terdapat beberapa karyawan Batan Teknologi yang ditawarin untuk bekerja di perusahaan nuklir Korea tersebut.
"Mereka menginvestasikan sampai US$ 200 juta, mereka uang banyak. Tidak hanya itu, anak buah saya malah mau dibajak kerja di sana, tapi tidak mau mereka," jelas Yudi.
Meski Korea meminta Indonesia menyalurkan Ilmunya, namun menurut Yudi apa yang diajarkan ke Korea hanya sebagian umum saja, tidak secara mendetail.
Radioisotop milik Batan Tekno dengan pengayaan rendah ini sudah mendapatkan sertifikat pengakuan dari PBB dan dianggap menjadi satu-satunya program utama misi PBB dalam mengurangi penggunaan nuklir dengan model pengayaan rendah.
"Kalau nuklir yang kita produksi ini kan tidak bisa dijadikan senjata, karena pengayaan rendah, itu lebih utama untuk kedokteran, itu sesuai dengan misi UN (United Nation/PBB) dalam mengurangi penggunaan nuklir untuk senjata," pungkas Yudi. (Yas/Ndw)