Beranikah BI Kuras Cadangan Devisa Demi Angkat Rupiah?

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS semakin terpuruk ke level Rp 13.022. Untuk mengangkat rupiah, BI perlu menggelontorkan cadangan devisa.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 05 Mar 2015, 15:58 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2015, 15:58 WIB
Ilustrasi Rupiah (3)
Ilustrasi Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin terpuruk ke level Rp 13.022. Untuk kembali mengangkat kurs rupiah, Bank Indonesia (BI) perlu menggelontorkan cadangan devisa (cadev) yang cukup besar. Beranikah BI melakukan intervensi tersebut?

Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan mengungkapkan, level kurs rupiah Rp 13.000 per dolar AS mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih terbelit defisit neraca transaksi berjalan (current account defisit/CAD)

"Ini sesuai dengan keadaan CAD kita. Kalau CAD-nya surplus, rupiah menguat. Jadi BI akan membiarkan kurs bergerak sesuai fundamental ekonomi Indonesia di mana CAD-nya besar," terang dia usai acara Fitch Ratings di Jakarta, Kamis (5/2/2015).

Dengan demikian, jelas Mantan Kepala Ekonomi Standard Chartered Bank itu mengaku, BI tidak akan menggunakan cadev untuk memperkuat kembali kurs rupiah terhadap dolar AS yang sudah terpuruk sejak 2013 lalu.

"Cadev nggak akan digunakan, karena BI akan menilai kalau fundamental ekonomi yang bicara, janganlah buang-buang cadev untuk memperkecil fluktuasi kurs rupiah," tegas Fauzi.

Nilai cadev Indonesia mencapai US$ 114,3 miliar pada akhir Januari lalu. Jumlah ini, kata dia, masih cukup besar. Cadev dinilai Fauzi sebagai amunisi BI guna mempertahankan kurs rupiah.

"Cadev adalah amunisi yang harus digunakan untuk mempertahankan kurs rupiah. Sekarang tergantung BI, seberapa besar ingin menguras cadev untuk mempertahankan nilai tukar rupiah," ujar Fauzi. (Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya