Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah harus menyiapkan strategi yang jitu untuk mengendalikan harga beras supaya inflasi Juni 2015 tidak terlampau tinggi. Kontrol tersebut perlu dilakukan karena ada potensi kenaikan harga gabah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin memaparkan, rata-rata harga beras mengalami penurunan pada Mei ini. Kualitas premium di tingkat penggilingan tercatat Rp 8.709,81 per kilogram (kg), turun 0,96 persen dibanding bulan sebelumnya.
Untuk kualitas medium ditingkat penggilingan turun 0,90 persen menjadi Rp 8.520,39 per kg. Sedangkan rata-rata harga beras untuk kualitas rendah turun 2,29 persen menjadi Rp 8.061,39 per kg.
"Harga beras di penggilngan di semua jenis beras premium, medium, kualitas rendah turun," kata dia, di Jakarta, Senin (1/6/2015).
Sayangnya, harga gabah kering panen (GKP) pada Mei 2015 di petani mengalami kenaikan menjadi Rp 4.428,41 per kg atau naik 7,83 persen, di penggilingan Rp 4.509,17 per kg atau naik 7,69 persen dibandingkan April 2015.
Kemudian harga gabah kering giling (GKG) rata-rata naik 0,89 persen menjadi Rp 4.885,75 di tingkat petani. Kemudian di tingkat penggilingan naik 1,13 persen menjadi Rp 4.975,63 per kg.
"Kenapa beras turun, sementara gabah naik karena beli sebelumnya pada saat panen. Jadi ternyata penjual punya time lag. Oleh karena itu informasi yang harus dijaga supaya Juni tidak ada peningkatan yang drastis karena memiliki bobot yang tinggi," katanya.
Suryamin pun menegaskan kenaikan harga gabah merupakan peringatan untuk pemerintah. Hal ini perlu diperhatikan mengingat para petani juga menginginkan harga yang tinggi.
"Ini warning juga di bulan Juni kalau tidak dipantau harganya berdampak. Ini gabah akan menjadi beras. Oleh karena itu pemerintah melakukan strategi, kenaikan digabah petani. Yang diinginkan petani untuk meningkatkan pendapatan petani, tapi di sisi lain supaya tidak terlalu jauh ditingkat konsumen," tandas dia. (Amd/Gdn)
Energi & Tambang