Liputan6.com, Chicago - Pergerakan harga emas dapat bertahan di zona positif di tengah tekanan jual pada akhir pekan ini. Penguatan harga emas ditopang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) tertekan sehingga membuat pelaku pasar memilih investasi di emas.
Harga emas untuk pengiriman Agustus di divisi Comex berada di level US$ 1.179,20 per ounce. Kecenderungan harga emas datar. Akan tetapi, harga emas naik 0,7 persen pada pekan ini.
Baca Juga
Meski demikian, penguatan harga emas tidak diikuti harga perak. Harga perak untuk pengiriman Juli turun lebih dari satu persen pada pekan ini. Harga perak berada di level US$ 15.825 per ounce.
Advertisement
Walau harga emas bergerak positif pada pekan ini, sejumlah kalangan menilai, harga emas cenderung tertekan mengingat adanya sentimen kekhawatiran pelaku pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat/The Federal Reserve pada September 2015 dan pandangan geo politik di Eropa.
Hal itu ditunjukkan dengan harga emas belum mampu menguji kembali level resistance di level psikologis di kisaran US$ 1.200 per ounce. Hal ini menciptakan pesimisme di pasar.
Dari survei Kitco terhadap 421 orang, sebagian besar pelaku pasar atau sekitar 71 persen merasa pesismisme terhadap harga emas dalam jangka pendek. Sedangkan sisanya sekitar 18 persen tetap yakin harga emas menguat, dan 12 persennya netral.
Seperti diketahui, bank sentral Amerika Serikat (AS) akan menggelar pertemuan pada Rabu pekan depan. Para investor dan ekonom mencari petunjuk kebijakan bank sentral terutama kenaikan suku bunga. Akan tetapi, ekonom dan analis tidak mengharapkan bank sentral AS akan kembali mengeluarkan pernyataan baru signifikan soal pertumbuhan ekonomi.
Analis Komoditas IHSG, KC Chang mengatakan, hasil pertemuan bank sentral AS dapat menjadi kabar baik bagi emas. Ia juga mengharapkan bank sentral AS/The Federal Reserve dapat mengungkapkan petunjuk kebijakan moneternya ke depan.
"Ekonomi masih tumbuh tetapi tidak memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga. The Fed akan tetap tergantung data, dan pasar emas akan cenderung wait and see," ujar Chang seperti dikutip dari laman Kitco, Sabtu (13/6/2015).
Sementara itu, Kepala Riset TD Securities, Bart Melek memperkirakan, volatilitas harga emas dapat tinggi pada pekan depan. Hasil pertemuan The Fed yang akan merilis soal proyeksi pertumbuhan ekonomi dan perkiraan tingkat suku bunga akan positif untuk emas.
Tak hanya pertemuan The Fed yang pengaruhi laju harga emas, negosiasi dana talangan Yunani yang masih berlangsung juga menjadi sentimen untuk harga emas. Hasil terbaru tim negosiasi Dana Moneter Internasional cenderung menjauh dari perundingan membuat pelaku pasar khawatir. "Ketegangan bisa naik bila tidak ada kejelasan dalam pembicaraan pekan depan, dan ini mendukung harga emas," tutur Chang.
Analis komoditas Natixis Bernard Dahdah menilai, ketidakpastian di Yunani bisa menyebabkan kenaikan permintaan fisik tetapi hanya di dalam negeri. Ada optimisme baru di kalangan investor kalau Eropa dapat bertahan jika Yunani tidak terpisah. Namun dalam negeri, warga bisa membeli emas untuk melindungi modal mereka.
"Yunani adalah suatu pasar kecil, bahkan jika kita melihat peningkatan permintaan fisik. Saya tidak berpikir itu akan memiliki banyak dampak ke harga emas," kata Dahdah. (Ahm/)