100 Ribu Telur Ayam RI Bakal Masuk ke Myanmar

Myanmar meminta syarat agar telur tetas ayam Indonesia harus tersebas dari penyakit flu burung.

oleh Septian Deny diperbarui 28 Agu 2015, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Agu 2015, 18:00 WIB
Inikah Jawaban Duluan Mana Ayam atau Telur?
Ilustrasi ayam dan telur. (Aliaco.com)

Liputan6.com, Jakarta - Industri perungggasan Indonesia kembali mengembangkan pasar ekspor baru. Produk industri perunggasan yang diekspor kali ini yaitu telur tetas ayam atau parent stock hatching eggs yang membuka pasar ekspor ke Myanmar.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Muladno mengatakan, ekspor ini merupakan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh PT Japfa Comfeed Indonesia dengan mitra dagangnya di Myanmar.

Hingga akhir tahun ini, perusahaan tersebut akan mengekspor sekitar 100 ribu parent stock hatching eggs yang terbagi dalam tiga pengiriman. Masing-masing pengiriman berisi 30 ribu hingga 35 ribu butir parent stock hatching eggs.

"Terkait ekspor parent stock hatching eggs ke Myanmar ini merupakan kegiatan bisnis Japfa dengan mitra bisnisnya," ujarnya di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Jumat (28/8/2015).

Dia menjelaskan, proses negosiasi bisnis ini sebenarnya tidak berjalan mudah. Sebelumnya, Myanmar meminta syarat-syarat tertentu agar telur tetas Indonesia tersebut masuk ke Myanmar, salah satunya yaitu harus tersebas dari penyakit flu burung (avian influenza/AI).

"Waktu itu ada peraturan di Myanmar yang tidak memungkinkan untuk mengimpor hatching egg yang belum bebas AI, yang sudah tervaksin juga tidak boleh. Tapi sulit mencari yang benar-benar bersih. Kemudian kita bertemu dengan pihak delegasi Myanmar, di sana dijelaskan bahwa Indonesia juga bersih, sehingga aturan mereka diubah," jelasnya.

Senior Manager Government Relations PT Japfa Comfeed Indonesia, Fitri Nursanti Poernomomengatakan bahwa ekspor tersebut tak hanya dilakukan pada tahun ini saja, tetapi berlanjut hingga dua tahun mendatang.

"Sampai 2017 ada kontrak-kontrak yang telah ditandatangani. Mudah-mudahan dengan dimulai shipment ini akan dorong ekspor Indonesia. Ini ekspor pertama sejak Indonesia terkena flu burung pada 2004 lalu. Hanya perusahaan yang sudah mengantongi sertifikat kompartemen saja yang bisa mengekspor," kata dia.

Menurut Fitri, alasan Myanmar lebih memilih untuk ekspor dalam bentuk telur tetas yaitu demi alasan keamanan akan penyakit flu burung. Dan ini merupakan solusi yang menguntungkan baik bagi perusahaan Indonesia yang melakukan ekspor maupun Myanmar yang mengimpor.

"Karena ada kehati-hatian dari Myanmar. Ini win-win solution antar kedua belah pihak. Kalau ini paling tidak lebih aman," tandasnya. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya