Negara G20 Pesimistis Hadapi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Hampir seluruh negara G20 sepakat pertumbuhan ekonomi dunia 2015 akan lebih rendah dibanding realisasi tahun lalu.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 08 Sep 2015, 13:23 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2015, 13:23 WIB
 Konferensi Tinggkat Tinggi kelompok G20 di Turki.
Konferensi Tinggkat Tinggi kelompok G20 di Turki (Foto: Reuters).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Bojonegoro melaporkan hasil kunjungannya menghadiri Konferensi Tinggkat Tinggi kelompok G20 di Turki belum lama ini kepada Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Selasa, (8/9/2015). Dalam KTT G20 tersebut, hadir 20 Menteri Keuangan dari negara-negara anggota dan Gubernur Bank Sentral.

"Saya laporkan, kemarin kan saya baru pulang dari G20, di Turki. Saya laporkan perkembangan pembicaraan di G20. Saya sampaikan pada presiden sampe akhir tahun kita harus jaga ekonomi kita dengan baik," ujar Bambang.

Kepada Presiden Jokowi, Bambang bercerita bahwa hampir seluruh perwakilan dari negara G20 merasa pesimistis terhadap kondisi perekonomian global pada tahun ini. Termasuk keluhan atas kebijakan beberapa negara sehingga menimbulkan guncangan pada pasar keuangan dunia.

"Intinya dari pembicaraan di G20, 2015 memang tahun yang berat, istilahnya tidak memberikan prospek yang cerah pada siapapun. Dan juga membaiknya data Amerika Seriktat memberikan konsekusnsi pada negara lain, termasuk tekanan pada rupiah, surat utang dan lainnya," tuturnya.

Menurutnya, hampir seluruh negara G20 sepakat pertumbuhan ekonomi dunia 2015 akan lebih rendah dibanding realisasi tahun lalu. Tantangannya, kata Bambang semakin berat dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 3,2 persen. Sedangkan tahun lalu mencapai 3,4 persen.

Namun demikian, para perwakilan dari negara G20 sepakat meyakini kalau perekonomian akan membaik kalau tahun depan. ‎

"Saya sampaikan pada Presiden sampai akhir tahun kita harus jaga ekonomi kita dengan baik. T‎ahun depan mungkin prospeknya akan lebih baik, karena lebih ada kepastian mengenai Amerika Serikat dan Ci‎na mungkin devaluasinya sudah tertata," pungkasnya. (Luqman Rimadi/Gdn)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya