Realisasi Paket Kebijakan Ekonomi Perkuat Rupiah

Ekonom aviliani menuturkan, kelonggaran pajak deposito bagi devisa hasil ekspor yang disimpan di bank nasional dapat perkuat rupiah.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2015, 19:45 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2015, 19:45 WIB
naiknya rupiah
ilustrasi naiknya uang

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pekan ini. Bahkan kurs tengah Bank Indonesia berada di posisi 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015.

Namun hal ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama jika pemerintah tidak segera merealisasikan tiga paket kebijakan yang telah dikeluarkan.

Pengamat Ekonomi Aviliani mengatakan, dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang termasuk rupiah. Hal itu mendorong rupiah alami penguatan signifikan pada pekan ini.

"Sekarang memang global sedang menguat. Jadi kebetulan dolarnya yang melemah," ujar dia di Jakarta, Sabtu (10/10/2015).

Aviliani mengungkapkan, rupiah bisa saja kembali melemah dalam beberapa hari ke depan jika pemerintah tidak berbuat apa-apa untuk mempertahankan penguatan kurs rupiah ini.

"Jadi jangan terlena dengan penguatan rupiah. kalau kita sendiri tidak membereskan bisa melemah lagi. Kalau kita selalu mengikuti global. Kalau global lemah ya ikut melemah, kalau kuat ya ikut menguat," lanjutnya.

Untuk mempertahankan penguatan rupiah, kata dia, pemerintah harus segera merealisasikan isi dari paket-paket kebijakan yang telah dikeluarkan. Salah satunya yaitu kebijakan terkait kelonggaran pajak deposito bagi devisa hasil ekspor (DHE) yang disimpan di bank nasional.

"Misalnya kebijakan DHI yang akan diberikan kelonggaran kalau dia diberi dalam bentuk deposito dalam 6 bulan, itu harus segera direalisasi supaya menguatnya bisa lebih jangka panjang. Jadi kalau kita tidak menjaga momentum ini bisa melemah lagi," tutur Aviliani.

Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, dolar AS sedang melemah terhadap mata uang termasuk rupiah. Dolar AS melemah itu dipicu dari rilis hasil pertemuan bank sentral AS atau The Federal Reserve pada 16-17 September 2015 menunjukkan kalau menunda suku bunga hingga awal 2016.

Bila berdasarkan kurs Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah telah menguat 8,07 persen dari posisi Rp 14.709 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2 Oktober 2015 menjadi Rp 13.521 per dolar AS pada Jumat 9 Oktober 2015, dan menjadi mata uang yang paling perkasa di kawasan Asia Pasifik.

Pemerintah telah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi jilid I hingga III untuk menggairahkan ekonomi dan industri di Indonesia termasuk juga untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sejumlah kebijakan yang dikeluarkan seperti deregulasi peraturan, mempercepat proyek strategis nasional, dan meningkatkan investasi di sektor properti untuk paket kebijakan ekonomi jilid I.

Sedangkan paket kebijakan ekonomi jilid II memuat soal percepatan izin investasi, menghapus PPh final bunga deposito dari devisa hasil ekspor, memberikan persetujuan tax allowance dalam 25 hari, bebas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk galangan kapal, kereta api, pesawat termasuk suku cadangnya.

Untuk rilis paket kebijakan ekonomi jilid III, pemerintah memberikan sejumlah insentif kepada industri seperti diskon tarif listrik sekitar 30 persen, harga gas, solar dan avtur turun. Ditambah relaksasi penitipan usaha valuta asing.(Dny/Ahm)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya