Antar BBM ke Timika, Pertamina Rogoh Rp 29 Miliar

Meski berada di pegunungan, pendistribusian BBM tidak mungkin dilakukan melalui jalur darat maupun air.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Okt 2015, 15:45 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2015, 15:45 WIB
Ilustrasi BBM
Ilustrasi BBM (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Pontianak - Dengan wilayah Indonesia yang luas, tidak mudah bagi PT Pertamina (Persero) untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di seluruh wilayah, terutama  pada wilayah pelosok dan perbatasan.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Bambang mengatakan, Pertamina tetap berusaha mendistribusikan BBM ke wilayah-wilayah tersebut dengan harga yang sama dengan yang dijual di wilayah lain.

Pada wilayah-wilayah yang sulit dijangkau tersebut, lanjut dia, Pertamina menggunakan berbagai cara dalam pendistribusian BBM, mulai dari mobil tangki, floating storage hingga pesawat terbang.

"Walaupun di perbatasan, merekakan warga Indonesia. Jadi haknya untuk mendapatkan energi yang murah itu tetap harus kita usahakan. Kami pakai pesawat kalau sudah tidak ada alternatif lain. Alternatif seperti Timika itu nggak ada sungai, karena di gunung makanya pakai pesawat," ujarnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa (27/10/2015).

Menurut Ahmad, Timika, Papua, menjadi salah satu contoh wilayah yang paling sulit dalam pendistribusian BBM. Karena terletak di wilayah pegunungan, maka pendistribusian BBM tidak mungkin dilakukan melalui jalur darat maupun air.

Dia menjelaskan, untuk bisa mencapai wilayah Timika, Pertamina harus mengangkut BBM dengan pesawat terbang. Dan biaya angkut dengan moda ini pun terbilang mahal, hingga mencapai miliaran rupiah.

"Seperti tadi saya bilang ke Timika Rp 29 miliar sendiri cuma untuk carter pesawatnya saja. Untuk pesawat saja," kata dia.

Meski dengan ongkos distribusi yang mahal, namun Ahmad memastikan bahwa harga jual BBM di Timika tidak berbeda dengan yang dijual di wilayah lain yang distribusinya lebih mudah. Hal ini karena Pertamina menerapkan subsidi silang untuk mengatasi masalah perbedaan ongkos distribusi tersebut.

"Enggak (beda harga Jawa dengan perbatasan). Nggak apa-apa, yang penting subsidi silang. Kan harga subsidi, yang enggak itu industri. Pasti ada ongkos angkutnya dan sebagainya," kata dia.

Sementara untuk mengatasi masalah mahalnya ongkos distribusi wilayah perbatasan, Pertamina melakukan kerjasama dengan perusahaan lain, seperti dengan Petronas untuk wilayah diperbatasan dengan Malaysia.

"Seperti di daerah Pelayan, perbatasan dengan Malaysia juga itu karena jauh dari sungai dan sebagainya, alternatifnya cuman pesawat dan itu akan mahal. Nah salah satu cara yang murah adalah kita kerja sama dengan Petronas. Kita impor sedikit untuk melayani situ, nanti di situ SPBU nya tetap Pertamina, cuma BBM-nya saja dari sana.‎ Untuk mengakali biaya tadi. Itu biasalah. Kita di daerah Malaysia juga begitu," tandasnya. (Dny/Ndw)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya