Suku Bunga Tinggi Jadi Penyebab Aliran Dana Gelap di RI

Aliran dana gelap di Indonesia masih rendah ketimbang Malaysia dan Thailand.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Feb 2016, 17:30 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2016, 17:30 WIB
Uang
Ilustrasi (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Dari data‎ Global Financial Integrity (GFI) mencatat Indonesia menempati urutan ke-9 dilihat dari aliran dana gelapnya sepanjang 2004-2013.

Dalam kurun waktu itu, rata-rata aliran dana gelap setiap tahun mencapai US$ 18 miliar.Jumlah ini memang lebih rendah jika dibandingkan dua negara Asean lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand yang mencapai US$ 41,9 miliar dan US$ 19,2 miliar‎.

Perkumpulan Prakarsa mencatat ada beberapa sebab mengapa aliran dana gelap yang bisa dikategorikan sebagai kerugian negara tersebut cukup tinggi di Indonesia. Salah satunya karena faktor suku bunga.

"Melalui suku bunga, aliran masuk keluarnya dana suatu negara itu bisa diatur," kata ‎Peneliti Senior Perkumpulan Prakarsa, Setyo Budiantoro di Jakarta, Sabtu (20/2/2016).

Ia menjelaskan, semakin tinggi suku bunga di sebuah negara, maka semakin tinggi pula peluang menarik masuknya dana. Begitu sebaliknya, semakin rendahnya suku bunga, semakin tinggi pula peluang mengalir keluar dananya.

Karena itu, aliran dana gelap perlu jadi perhatian Bank Indonesia (BI). Mengingat BI merupakan pihak yang mengendalikan suku bunga acuan/BI Rate.

‎Sama hal dengan suku bunga, nilai tukar rupiah menjadi faktor penentu juga kemana arah aliran dana gelap.

Setyo berpendapat dana tersebut selalu mencari negara mana yang memberikan keuntungan dari selisih nilai tukar. "Semakin tinggi nilai tukar maka dana gelap itu semakin lari ke sana," tegas dia.

Setyo menambahkan, aliran dana gelap tersebut berwujud pada dana spekulatif yang terus bergerak dari satu negara ke negara lain, dengan tujuan jangka pendek. "Aliran dana spekulatif ini berdampak besar terhadap liKuiditas pasar keuangan," ujar Setyo. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya