Menperin Ajak Apindo Tingkatkan Daya Saing Industri

Sektor industri pengolahan non migas masih menjadi penyumbang kontribusi terbesar pada struktur perekonomian nasional.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Apr 2016, 10:54 WIB
Diterbitkan 15 Apr 2016, 10:54 WIB
20160402-Waspada Deindustrialisasi Nasional
Menteri Perindustrian, Saleh Husin menjadi pembicara di Jakarta, (2/4). Deindustrialisasi adalah proses kebalikan dari industrialisasi yaitu penurunan kontribusi sektor manufaktur alias industri pengolahan nonmigas terhadap PDB. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengajak Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) untuk terus berkontribusi dalam pengembangan dan peningkatan daya saing industri nasional. Dia menilai, industri merupakan sektor penggerak utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui penerimaan devisa negara dan penyerapan tenaga kerja.

"Di tengah pemberlakuan pasar bebas, industri nasional harus mampu bersaing. Oleh karena itu, Pemerintah bersama Apindo perlu membangun sinergi yang kuat melalui pelaksanaan berbagai program dan kebijakan untuk memudahkan investor berusaha di Indonesia," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (15/4/2016).

Saleh menjelaskan, pembangunan industri nasional hingga kini telah mencapai kemajuan yang sangat berarti. Industri pengolahan non-migas mampu tumbuh dan berkembang di tengah gejolak perekonomian nasional dan global.

"Di tengah situasi perekonomian nasional yang berat sepanjang 2015, pertumbuhan industri pengolahan non-migas mampu mencapai 5,04 persen. Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 4,79 persen," kata dia.

Sektor industri pengolahan non migas masih menjadi penyumbang kontribusi terbesar pada struktur perekonomian nasional. Selain itu, data World Bank pada periode 2012-2016 juga menunjukkan kemudahan berusaha (ease of doing business) di Indonesia terus mengalami peningkatan.

"Hal ini mengindikasikan, memulai bisnis di Indonesia sudah menjadi lebih mudah karena adanya berbagai kebijakan dan reformasi birokrasi dalam menarik minat penanam modal," lanjut dia.

Di samping itu, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim investasi yang berdaya saing dengan meluncurkan beberapa paket kebijakan, antara lain melalui paket kebijakan ekonomi jilid II pada 2015 dan paket kebijakan ekonomi jilid X pada 2016.

"Paket Kebijakan II yang diluncurkan pada akhir 2015 berfokus pada upaya untuk meningkatkan investasi," ungkap dia.

Beberapa bentuk kebijakan yang diluncurkan oleh pemerintah pada paket kebijakan jilid II, antara lain kemudahan layanan investasi 3 jam, pengurusan tax allowance dan tax holiday lebih cepat, pemerintah memberi pembebasan pungut PPN untuk alat transportasi, insentif fasilitas di kawasan pusat logistik berikat, insentif pengurangan pajak bunga deposito serta perampingan izin sektor kehutanan.

Sedangkan pada paket kebijakan ekonomi jilid X, pemerintah fokus pada peningkatan perlindungan terhadap Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) serta perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI).

“Paket Kebijakan ini bertujuan untuk mempermudah investasi sekaligus meningkatkan perlindungan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,” tutur dia.

Sementara itu, Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani mengapresiasi usaha pemerintah dalam menggerakkan ekonomi nasional dan memperkuat industri. Ini terlihat dari gencarnya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah dan terobosan-terobosan melalui paket-paket kebijakan.

"Ke depan, sinergi Apindo dengan pemerintah terus dilakukan untuk mempercepat realisasi pertumbuhan ekonomi. Pada rapat kerja kali ini, sinergi dan peningkatan daya saing juga menjadi tema utama rapat kerja kali ini," papar dia.

Dia menambahkan, peran Apindo terus dinanti baik kiprah dan manfaat oleh masyarakat untuk berkontribusi lebih besar. Optimisme, inisiatif berusaha dan sinergi dengan pemerintah diharapkan memacu pengembangan industri di tengah ekonomi global yang masih penuh tantangan.

"Target kita bukan hanya pertumbuhan tetapi juga menjadi pemimpin ekonomi di Indonesia. Tantangan ke depan ialah mewujudkan potensi ekonomi Indonesia menghasilkan produk riil," ujar dia. (Dny/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya