Selain Gaji, Ini Alasan Karyawan Tak Betah di Kantor

Hasil survei Karir.com kepada 6.530 responden menghasilkan banyak temuan mengenai kenapa karyawan tidak betah di kantor.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 03 Agu 2016, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2016, 07:00 WIB
Selain Gaji, Ini Alasan Karyawan Tak Betah di Kantor
Hasil survei Karir.com kepada 6.530 responden menghasilkan banyak temuan mengenai kenapa karyawan tidak betah di kantor.

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Karir.com kepada 6.530 responden menghasilkan banyak temuan, di antaranya: selain gaji, apa yang membuat seorang profesional betah berkarir di suatu perusahaan, juga analisis berdasarkan gender.

Berikut hasil surveinya seperti dikutip dari Karir.com:

Apa alasan lain selain gaji?

Sebagian besar responden memilih suasana kerja, yakni sebesar 42 persen, disusul dengan jenjang karier sebesar 22 persen, dan lokasi kantor sebesar 19 persen. Reputasi dan kultur perusahaan, juga CEO, tidak menyita terlalu banyak perhatian, yakni hanya 9 persen dan 1 persen.

Suasana kerja ternyata memegang peranan paling penting. Banyak perusahaan yang kini berusaha meningkatkan kenyamanan suasana kerja, seperti menerapkan jam kerja yang fleksibel, menyediakan ruang menyusui, kebijakan bekerja dari rumah, ruang bermain, hingga makan siang gratis.

“Salah satu alasan orang senang berkarier di Bukalapak.com karena kami menyediakan makan siang gratis bagi seluruh karyawan setiap hari,” ungkap Founder dan CEO Bukalapak.com Achmad Zaky.

MeadJohnson Indonesia berinvestasi cukup besar untuk menyediakan lounge makan siang yang mewah, tentunya dengan tujuan supaya karyawan betah. “Kami juga menyediakan ruang khusus menyusui yang sangat nyaman,” jelas HR Head Bagus Sutedjo.

Sementara itu, Intel Indonesia juga menyediakan jam kerja fleksibel dan menerapkan kebijakan bekerja dari rumah. Karir.com juga menyediakan entertainment space yang sering digunakan untuk ajang tarung FIFA 15.

Jenjang karir, yang mungkin kita kira akan menempati posisi pertama, ternyata menempati posisi kedua, disusul oleh lokasi kantor di posisi ketiga.

Dengan semakin tidak nyamannya kondisi lalu lintas dan jalanan ibukota dan beberapa kota besar lainnya, lokasi kantor ternyata menempati posisi yang lumayan penting bagi profesional untuk terus berkarya.

“Wah, hari gini mending dapat kantor yang dekat rumah dengan gaji lebih kecil dari pada harus berjibaku setiap hari dengan kemacetan,” ungkap seorang profesional.

Alasan ini bahkan mengalahkan alasan lain yang sepertinya lebih penting, seperti reputasi dan kultur perusahaan, juga sosok CEO atau pemimpin.

Gender


Analisa berdasarkan gender

Temuan survei ini menjadi semakin menarik ketika hasil analisa dipisahkan berdasarkan gender. Baik responden laki-laki maupun perempuan menyatakan suasana kerja adalah faktor yang paling penting, ditunjukkan dengan persentase sebanyak 37 persen dan 43 persen.

Menariknya, responden perempuan tidak terlalu menaruh perhatian besar pada faktor CEO atau pemimpin; hanya 1 persen menyatakan CEO menjadi alasan betah atau tidak di sebuah perusahaan.

Responden laki-laki ternyata masih menganggap leadership sebuah hal penting, ditunjukkan dengan persentase sebesar 13 persen.

Temuan menarik lainnya, bagi kaum perempuan, lokasi kantor atau jarak yang harus ditempuh menjadi alasan penting untuk bertahan atau tidak, yakni sebanyak 21 persen.

Sedangkan bagi kaum laki-laki, jarak tidak menjadi masalah (hanya 9 persen menyatakan faktor ini penting). Mereka rela menempuh jarak yang lebih jauh demi suasana kerja, jenjang karier dan pemimpin yang lebih baik.

Hasil survei selengkapnya juga dapat dilihat dan diunduh di Slideshare: Potret Perilaku Profesional Berdasarkan Usia dan Level Pekerjaan di Kota Besar di Indonesia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya