Efek Reshuffle Berlanjut, Rupiah Sentuh 13.087 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 13.081-13.111 per dolar Amerika Serikat pada Jumat pagi ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jul 2016, 10:24 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2016, 10:24 WIB
20160607- Dolar Kembali Melemah-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang Dolar Amerika di toko penukaran uang di Jakarta, Selasa (7/6). Dolar AS kembali melemah terhadap rupiah. Mata uang Paman Sam ini bergerak dikisaran Rp 13.300. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat jelang akhir pekan ini. Faktor eksternal dan internal menjadi katalis pergerakan nilai tukar rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (29/7/2016) posisi dolar AS melemah terhadap rupiah ke level 13.090 pukul 10.04 WIB. Rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,08 persen ke level 13.087 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan kemarin di kisaran 13.098. Sepanjang Jumat pagi ini, rupiah bergerak di kisaran 13.081-13.111 per dolar AS.

Ekonom BCA David Sumual menuturkan, penguatan rupiah cenderung tipis. Sejumlah sentimen eksternal dan internal mempengaruhi laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

David menuturkan, sentimen internal yaitu  perombakan atau reshuffle kabinet masih berlanjut sehingga berdampak positif ke rupiah. Pelaku pasar menyambut positif perombakan kabinet yang dilakukan apalagi masuknya Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan. Sri Mulyani yang menjadi menteri keuangan diharapkan dapat mensukseskan program tax amnesty atau pengampunan pajak.

"Ada kepercayaan investor. Ada tax amnesty, dan beliau (Sri Mulyani) punya track record baik jadi ada harapan program tax amnesty ini bisa sukses," ujar David.

Ia mengingatkan bila harapan itu tak sesuai harapan maka dapat berbahaya. Rupiah pun cenderung menguat sepekan ini, David menilai lantara didorong reshuffle kabinet.

Sedangkan dari eksternal, pelaku pasar juga spekulasi mengenai bank sentral Jepang akan menambah stimulus.

Namun di luar dugaan, David menilai kalau mata uang lainnya cenderung melemah terutama yang berkaitan dengan harga komoditas. Hal itu lantaran harga minyak dunia dekati level US$ 41 per barel.

"Rupiah bisa menguat karena ada aliran dana yang masuk. Adanya program tax amnesty atau pengampunan pajak juga mulai masuk dananya. Namun mata uang lain berkaitan dengan komoditas melemah seperti Ringgit Malaysia. Rupiah menguat tipis, dan diikuti mata uang Rusia," kata David saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (29/7/2016).

Sentimen eksternal lainnya yaitu bank sentral Amerika Serikat menahan kenaikan suku bunga, menurut David juga sudah sesuai harapan. David prediksi Bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunganya pada akhir tahun.

Karena itu, David melihat nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 13.100-13.150 per dolar AS hingga pertengahan Agustus. "Pada awal bulan akan ada pengumuman inflasi, dan pelaku pasar juga mengantisipasi BI Rate dan APBN 2017," kata David. (Ahm/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya