Menperin Ajak Perusahaan Jerman Dongkrak Investasi di RI

Salah satu perusahaan Jerman yang menambah investasi di Indonesia yaitu Siemens.

oleh Septian Deny diperbarui 06 Okt 2016, 12:23 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2016, 12:23 WIB
Salah satu perusahaan Jerman yang menambah investasi di Indonesia yaitu Siemens.
Salah satu perusahaan Jerman yang menambah investasi di Indonesia yaitu Siemens.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong perusahaan-perusahaan asal Jerman untuk meningkatkan investasi pada bidang industri di Indonesia.

Hal ini menjadi hasil pertemuan Airlangga dengan Duta Besar Jerman untuk Indonesia, Michael Freiherr von Ungern-Sternberg, Rabu 5 September 2016.

‎"Dalam pertemuan, dibahas mengenai comprehensive economic partnership agreement (CEPA) dan bilateral investment treaty (BIT)," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (6/10/2016).

Terkait BIT atau perjanjian perlindungan untuk penanaman modal, lanjut Airlangga, Jerman mengharapkan dapat diperpanjang hingga berlakunya Indonesia-Uni Eropa CEPA. BIT antara Indonesia dan Jerman akan habis pada Mei 2017.

Dia menuturkan, pemberlakuan BIT selama ini untuk memberikan kepastian hukum bagi para pelaku usaha yang berinvestasi di Indonesia. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga terus membuka peluang kerja sama kedua negara di berbagai sektor industri.

"Karena perjanjian ini kaitannya dengan insurance," lanjut dia.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan Jerman yang aktif berinvestasi di Indonesia, di antaranya Heidelberg Cement (Indocement), Fresenius, Volkswagen, Airbus, dan Rheinmetall.

‎Sementara itu, Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin Harjanto mengungkapkan, salah satu perusahaan Jerman yang telah berkomitmen untuk menambah investasi di Indonesia yaitu Siemens.

Perusahaan tersebut telah menandatangani MoU dengan PT PLN (Persero) untuk pengembangan listrik berkapasitas 500 megawatt (MW) di kawasan Indonesia timur.

Selain itu, Siemens akan berinvestasi untuk pengembangan lokomotif kereta api dengan teknologi AC/AC yang memiliki keunggulan mesin kuat, perawatan lebih sederhana, irit bahan bakar dan emisi gas buang yang rendah.

Harjanto berharap pemerintah Jerman juga dapat membantu Indonesia dengan meyakinkan Airbus (Airbus Engineering Center) dan Boeing (Boeing Research and Technology Center) untuk membuka pusat tekniknya di Indonesia. Kegiatan ini dapat berupa aerostructure, avionic, system, load, dan project management.

Hal tersebut penting mengingat kebutuhan pesawat terbang di Indonesia cukup tinggi dan dalam waktu dekat beberapa maskapai akan terus menambah pesawatnya termasuk pesawat-pesawat kecil.

"Sebagai negara kepulauan, kebutuhan akan pesawat penumpang di Indonesia sangat tinggi. Itu bisa dipenuhi salah satunya melalui kerja sama tersebut," ujar dia.

Sebagai informasi, hingga saat ini, aliran investasi Jerman di Indonesia untuk sektor industri, didominasi antara lain oleh industri alat angkutan dan transportasi, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik, industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi.

Selain itu juga pada industri tekstil, industri makanan, industri kulit, barang dari kulit dan sepatu, industri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri mineral non logam.

Pada periode 2010-2015, nilai keseluruhan investasi Jerman di Indonesia mencapai US$ 552 juta dengan 547 proyek yang menyerap tenaga kerja sebanyak 38.382 orang. Sedangkan, pada kuartal I 2016, nilai investasi Jerman di Indonesia sebesar US$ 24,6 juta dengan 29 proyek. (Dny/Ahm)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya