Liputan6.com, London - Kemacetan lalu lintas di London, Inggris menghabiskan biaya sekitar 5,5 miliar pounds sterling atau sekitar US$ 6,8 miliar per tahun. Angka ini sekitar Rp 90,85 triliun (asumsi kurs Rp 13.360 per dolar Amerika Serikat).
Oleh karena itu, perlu perubahan untuk atasi kemacetan kota. Apalagi kemacetan membuat tingkat polusi semakin parah di London bahkan melanggar aturan Uni Eropa sejak 2010.
Berdasarkan komite majelis transportasi London, Wali Kota London Sadiq Khan perlu mengganti biaya untuk masuk wilayah zona kemacetan di ibu kota dengan program road pricing atau sistem jalan berbayar.
Program baru ini mendorong masyarakat untuk mengeluarkan biaya saat menggunakan jalan terutama di jalan-jalan utama. Dalam laporan itu juga menunjukkan kalau perlunya sistem lebih besar dan canggih dari yang ada sekarang. Misalkan menggunakan kamera pada sejumlah zona.
"Road pricing atau sistem jalan berbayar merupakan pendekatan lebih adil. Sebagai pengguna jalan akan membayar sesuai dengan berapa banyak yang mereka kontribusikan untuk kemacetan. Biaya sekarang terlalu kecil," ujar Ketua Komite Transportasi Caroline Pidgeon seperti dikutip dari laman Bloomberg, seperti ditulis Senin (23/1/2017).
Lewat program tersebut, pengemudi akan membayar sekitar 11,5 poun per hari selama mengemudi di jalan utama terutama ibu kota dari pukul 7 pagi hingga 6 sore. Ini berlaku dari Senin sampai Jumat.
Menjabat sebagai wali kota London, Khan membuat prioritas dengan meningkatkan kualitas udara. Prioritas itu antara lain memperkenalkan bus bertenaga hidrogen, mendorong masyarakat bersepeda, dan mengusulkan ultra low emission zona pada 2019.
Untuk sementara sebelum pindah ke sistem jalan berbayar, komite merekomendasikan biaya lebih besar bagi pengendara yang melewati jalan-jalan atau zona terpanjang dan berada di jam sibuk saat di jalan.
Kemacetan Lalu Lintas London Telan Biaya Rp 90,8 Triliun
Komite transportasi London meminta walikota London agar mengubah atau membuat program untuk atasi kemacetan.
diperbarui 24 Jan 2017, 07:46 WIBDiterbitkan 24 Jan 2017, 07:46 WIB
Orang-orang berdesakan memasuki bus kota setelah para pekerja kereta api bawah tanah melakukan aksi mogok di London, Senin (9/1). Akibat pemogokan itu, jutaan warga harus menggunakan bus yang penuh sesak atau kereta api biasa. (John Stillwell/PA via AP)
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Hari Anak Sedunia 2024, UNICEF Sorot Penderitaan Anak di Gaza hingga Sudan
VIDEO: Libatkan Pegawai Komdigi, Buronan Judi Online Ditangkap di Sleman
Dinkes Cilegon Buka Layanan Konsultasi Gangguan Jiwa Gratis di Puskesmas
Pj Gubernur Kaltim Sebut Tambang Bawa Keberkahan Jika Dikelola dengan Baik
Melihat Proses Perakitan Jantung Penggerak Mobil Listik Geely Langsung dari Dapurnya
Tips Membuat Kue Lapis Agar Tidak Gagal: Panduan Lengkap untuk Pemula
16 Pemain Perebutkan Gelar Juara Nasional Pertama di Darts Competition Final Series 2024
3 Ahli Waris Kru tvOne yang Meninggal Akibat Kecelakaan di Tol Pemalang Terima Manfaat BPJS Ketenagakerjaan
AFS Global STEM Innovators 2024, Wujudkan Generasi Muda Indonesia yang Berwawasan Global dan Peduli Lingkungan
Memahami LDP Adalah: Program Pengembangan Kepemimpinan yang Komprehensif
Ekonomi Indonesia Tetap Solid di Tengah Dinamika Global, Sektor Ini Bakal Positif
50 Tips Usaha Sukses untuk Pemula: Panduan Lengkap Membangun Bisnis dari Nol