Kekhawatiran Stok dari AS Membanjir Bikin Harga Minyak Tertekan

Harga minyak mentah telah membuat beberapa upaya untuk rebound setelah turun 10 persen pada pekan lalu

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Mar 2017, 06:00 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2017, 06:00 WIB
Harga Minyak Jatuh Gara-gara Yunani
Harga minyak mentah acuan AS turun 7,7 persen menjadi US$ 52,53 per barel dipicu sentimen krisis penyelesaian utang Yunani.

Liputan6.com, New York - Harga minyak tergelincir di tengah kabar jika OPEC mendorong perpanjangan kontrak enam bulan untuk memangkas produksi karena investor terus bergulat dengan kekhawatiran tentang pertumbuhan produksi minyak AS dan persediaan yang tinggi di pasar.

Melansir laman Reuters, Selasa (21/3/2017), harga minyak Brent berada di US$ 51,67 per barel, turun 9 sen dari sebelumnya. Sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) rebound dari kerugian, tapi turun 43 sen ke posisi US$ 48,35 per barel.

Harga patokan minyak Brent sempat melonjak ke wilayah positif, tetapi beringsut kembali turun setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) diketahui sedang mempertimbangkan perpanjangan pemotongan produksi berlanjut ke paruh kedua 2017.

Lonjakan singkat ini mengulangi pola yang muncul dalam 10 hari terakhir setelah pasar sempat kalah akibat langkah spekulan besar yang melihat angka persediaan minyak yang tetap tinggi.

Harga minyak mentah telah membuat beberapa upaya untuk rebound setelah turun 10 persen pada pekan lalu, namun lonjakan yang terjadi umumnya hanya berlangsung singkat.

Analis mengatakan investor spekulatif cenderung terus mengurangi posisi bullish, berkat optimisme jika produsen AS meningkatkan aktivitas pengeboran, yang sebagian akan mengimbangi upaya OPEC mengurangi pasokan.

"Saya pikir minyak bereaksi masih dengan kenaikan dalam hitungan rig AS dan kesadaran bahwa momentum membangun ke downside dari reposisi kepentingan spekulatif di pasar," kata John Kilduff, rekanan Again Capital di New York.


Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya