Liputan6.com, Jakarta - Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji ke-13 bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dijanjikan cair pada Juni ini. Bukan saja PNS yang akan menerima THR, para pekerja atau buruh yang lain pun akan mendapatkannya. Maka, hal ini berpotensi mengerek belanja atau konsumsi masyarakat saat puasa dan Lebaran.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk memperkirakan, THR yang diterima PNS maupun pekerja lain, dan gaji ke-13 tidak akan memicu inflasi saat puasa dan Lebaran, tepatnya di Juni.
"Kami harapkan tidak memicu inflasi. Inflasi lebih karena permintaan naik, stoknya terjaga atau tidak. Saya pikir pemerintah sudah mengantisipasi stok pangan lebih terjaga dan memperbaiki tata niaga. Mudah-mudahan tidak bergejolak," ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dia menuturkan, gaji ke-13 dan THR akan meningkatkan konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga selama ini menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.
"Gaji ke-13 dan THR akan memperkuat konsumsi rumah tangga, yang nantinya berdampak ke pertumbuhan ekonomi," Kecuk menerangkan.
Sementara itu, Direktur Statistik Harga BPS, Yunita Rusanti, mengungkapkan hal senada. "Mudah-mudahan tidak berpengaruh ke inflasi. Asal jangan ada peningkatan permintaan saja, karena kalau naik pengaruh ke harga. Lagipula gaji ke-13 kan untuk pendidikan ya," jelas dia.
Seperti diketahui, tercatat inflasi Mei 2017 sebesar 0,39 persen. Inflasi tahun kalender sebesar 1,67 persen dan tahun ke tahun mencapai 4,33 persen.
"Dibanding Mei 2016 yang 0,24 persen, ini lebih tinggi. Tapi dibandingkan Mei 2015 yang 0,50 persen, inflasi ini lebih rendah. Mei ini sudah Ramadan. Tahun 2016, Ramadan di Juni. ‎Harga-harga barang naik karena terjadi kenaikan permintaan. Sedangkan saat Ramadan tahun lalu di Juni, inflasi-nya 0,66 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Jumat 2 Juni 2017.
Dia menyebutkan dari 82 kota IHK, sebanyak 70 kota mencatat inflasi dan 12 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Tual 0,96 persen, terendah di Sampit dan Bulukumba masing-masing 0,02 persen. Sementara deflasi tertinggi di Manado 1,13 persen dan terendah di Pematang Siantar.
Â
Â