Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa proyek megafasilitas pengolahan minyak (kilang) PT Pertamina (Persero) menghadapi kendala. Meski begitu, pembangunannya tetap berjalan.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, ada kendala dalam pelaksanaan megaproyek kilang Pertamina, di antaranya keuangan Pertamina dan perhitungan akuntansi internasional (Isac 8).
"Ada kendala-kendala kita akan evaluasi seperti kendala Isac 8 dan cash flow," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/10/2017).
Advertisement
Baca Juga
Meski megaproyek kilang Pertamina sedang mengalami kendala, pembangunannya tetap berjalan. Pemerintah pun sedang mencari solusi untuk mengatasi kendala. Hal itu untuk menghindari penundaan proyek tersebut.
"Kilang tetap berjalan, jalan tetapi ada kendala. Kendalanya sedang kita atasi," ujarnya.
Menurut Arcandra, untuk mengatasinya akan melibatkan berbagai instansi yang terkait dan perseroan. Pasalnya, ada aset yang kemungkinan akan di inbreng.
"Ini bukan masalah setuju tidak setuju, ini multidimensi, dengan KLHK, strategi bisnis, termasuk mungkin kalau ada aset yang inbreng," tuturnya.
Seperti yang diketahui, megaproyek kilang Pertamina bertujuan untuk mendirikan kedaulatan energi Indonesia. Jika megaproyek tersebut telah rampung pada 2025, produksi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia meningkat dari 900 barel per hari (bph) menjadi 2 juta bph.
Megaproyek tersebut terdiri dari enam kilang. Kelompok pertama, dilakukan pengembangan pada empat kilang dengan nama Refinery Development Master Plan (RDMP), yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai. Adapun kedua berupa pembangunan kilang New Grass Root Refinery (NGRR) di Tuban dan Bontang.