Liputan6.com, Jakarta - Pepatah 'money can't buy happiness' atau uang tidak bisa membeli kebahagiaan jadi istilah yang banyak dikenal oleh masyarakat. Respon masyarakat akan hal ini pun terbagi dua. Ada yang setuju, ada pula mereka yang pemikirannya tak sejalan dengan hal tersebut.
Lalu, manakah yang benar? Apakah punya banyak harta benar-benar tidak bisa membuat seseorang bahagia?
Topik mengenai jumlah harta dan tingkat kebahagiaan seseorang sudah diteliti oleh banyak orang. Sama seperti apa yang dilakukan oleh Michael Norton, profesor dan peneliti dari Harvard Business School.
Advertisement
Baca Juga
Dalam penelitiannya, Norton dan rekannya meneliti korelasi antara banyaknya harta dan tingkat kebahagiaan seseorang. Ia menemukan ternyata hubungan antara dua hal ini jauh lebih rumit. Banyaknya harta belum tentu membuat orang bahagia, tapi ini tergantung dari bagaimana seseorang menghabiskan uang yang ia punya.
"Ternyata, hubungan antara keduanya justru lebih rumit. Tidak terlalu mengejutkan apabila memang faktanya uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Tapi hal tersebut ternyata bisa diubah tergantung keputusan seseorang menggunakan uangnya," kata Norton seperti dilansir dari Bigthink.com, Selasa (24/10/2017).
"Apa yang kami temukan dari melihat data adalah, rata-rata orang menghabiskan uangnya untuk kepentingan pribadi. Namun dari sudut pandang psikologis, sebanyak apapun uang yang Anda habiskan untuk kepentingan pribadi tidak akan membuat kebahagiaan meningkat, karena keduanya memang tidak memiliki korelasi," lanjutya.
Namun, kata Norton, hal berbeda justru terjadi apabila seseorang menghabiskan uangnya untuk kepentingan orang lain atau membelanjakannya untuk pengalaman. Tingkat kebahagiaan dalam hidup mereka justru meningkat.
"Penyebabnya sederhana. Jika orang membelanjakan uang untuk dirinya sendiri maka hanya ia yang bisa menikmati pengalaman tersebut. Berbeda apabila mereka menggunakannya untuk kepentingan orang lain atau untuk mencoba pengalaman baru. Seringnya, hal ini justru akan meningkatkan kemampuan sosial mereka yang berkontribusi pada kebahagiaan," jelas Norton.
Hal yang sama juga dituturkan oleh Elizabeth Dunn, seorang profesor psikologi di University of British Columbia. Ia menyatakan dalam bukunya 'Happy Money' bahwa uang memang dapat membeli kebahagiaan, tapi hanya dengan cara-cara tertentu.
Beberapa caranya adalah dengan menghabiskan uang untuk pengalaman, lebih banyak memberi pada orang lain hingga 'membeli' waktu.
Menghabiskan untuk pengalaman bisa berupa liburan, menonton konser, mengunjungi tempat tertentu ataupun sekedar mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan. Sementara contoh kegiatan membeli waktu seperti menghabiskan uang untuk sesuatu yang bisa memberikan waktu luang atau waktu produktif lebih banyak bersama keluarga dan teman.
Â