Menko Luhut Pastikan Proyek LRT Jabodebek Tak Akan Mangkrak

PT Kereta Api Indonesia (Persero) menandatangani kontrak pinjaman terbesar yang dilakukan oleh perseroan sepanjang sejarah perkeretaapian.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 29 Des 2017, 15:02 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 15:02 WIB
pengerjaan proyek LRT di Rasuna Sahid
pengerjaan proyek LRT di Rasuna Sahid

Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah menandatangani perjanjian kredit sindikasi dari 12 bank untuk pendanaan Proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta Bogor, Depok dan bekasi (Jabodebek) pada Jumat ini. Total sindikasi yang didapatkan oleh KAI mencapai Rp 19,25 triliun.

Dengan adanya pendanaan ini, Menteri Koordinator Bidang Kemariitman Luhut Binsar Pandjaitan memastikan proyek untuk mengurai kemacetan ini tidak akan mangkrak. Bahkan Luhut akan mengawal sendiri proyek senilai Rp 29,9 triliun yang ditargetkan bisa selesai di 2019.

"Jadi proyek ini tidak akan lagi mangkrak, dana sudah ada, studinya pun sudah ada. Sudah ada KA Bandara, itu juga bisa jadi model, nanti buahnya ke depannya kita pasti akan jauh lebih baik," kata Luhut, Jumat (29/12/2017).

Menurutnya, dengan kontrak pinjaman sebesar Rp 19,25 triliun dan dengan jangka waktu 18 tahun, harapannya model pembiayaan yang tidak membebani APBN seperti ini bisa dilakukan ke depannya.

Dijelaskan Luhut, proyek dengan skema pendanaan seperti ini baru akan bisa dilihat keuntungan finansial setelah 3 - 4 tahun ke depan. Dan setelah terbukti berhasil, pada tahun-tahun mendatang akan bisa diterapkan lagi model yang sama pada proyek pengembangan jalur LRT.

"Nanti mungkin refinancing setelah berjalan 3-4 tahun, nanti kita lihat mungkin dengan bunga lebih murah, kita akan kembangkan proyek LRT ini dengan trayek yang lebih luas, seperti dari Cibubur-Bogor atau masuk ke Depok, juga dari Cikeas," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

KAI Dapat Pinjaman dari 12 Bank

Rampung 2019, Progres Pengerjaan LRT di Cibubur Sudah 40 Persen
Kendaraan melintas di samping proyek Light Rail Transit (LRT) di sisi jalan Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta, Senin (13/8). Menurut Menhub progres fisik pengerjaan LRT di Cibubur sudah 40 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

PT Kereta Api Indonesia (Persero) menandatangani kontrak pinjaman terbesar yang dilakukan oleh perseroan sepanjang sejarah perkeretaapian. Kontrak pinjaman tersebut yakni dengan jangka waktu selama 18 tahun dengan nominal sebesar Rp 18,1 triliun untuk Kredit Investasi dan Rp 1,15 triliun untuk Kredit Modal Kerja dalam mengerjakan proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek.

Penandatanganan perjanjian fasilitas kredit ini dilakukan dengan dua belas bank sindikasi baik Himbara, bank swasta nasional dan swasta asing yang diwakili oleh Joint Mandated Lead Arrangers and Bookrunners (JMLAB). Bank-bank tersebut adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, CIMB Niaga dan PT SMI.

Sedangkan bank lain yang juga bertindak sebagai kreditur dalam transaksi ini di antaranya Bank DKI, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU), Hana Bank, Shinhan Bank Indonesia, Bank Sumut dan Bank Mega.

Penandatanganan ini merupakan bentuk dedikasi KAI dalam mendukung tersedianya infrastruktur di Indonesia.

Bagi KAI, penandatanganan ini dilakukan agar KAI dapat segera menggarap penugasan Presiden Republik Indonesia, sehingga target operasional LRT Jabodebek pada 2019 mendatang dapat tercapai.

Di sisi perbankan nasional, penandatanganan ini juga menunjukkan adanya harmonisasi di antara perbankan Himbara, swasta lokal, dan swasta asing.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya