Anggaran Pembuatan Gerbong LRT Capai Rp 4,1 Triliun

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman kembali mengadakan rapat koordinasi untuk membahas proyek LRT Jabodebek.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Jan 2018, 17:15 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2018, 17:15 WIB
Rampung 2019, Progres Pengerjaan LRT di Cibubur Sudah 40 Persen
Kendaraan melintas di samping proyek Light Rail Transit (LRT) di sisi jalan Tol Jagorawi, Cibubur, Jakarta, Senin (13/8). Menurut Menhub progres fisik pengerjaan LRT di Cibubur sudah 40 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman kembali mengadakan rapat koordinasi untuk membahas proyek Light Rail Transit (LRT) jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek). Dalam rakor kali ini membahas mengenai pengadaan rolling stok atau gerbong LRT.

Dari hasil rapat telah ditetapkan pengerjaan gerbong LRT akan dilakukan oleh PT INKA (Persero). Selain itu, pengerjaan total gerbong ini akan dilakukan selama kurang lebih 15 bulan.

"Jadi tadi dibahas soal pembuatan rolling stock mulai bagaimana persiapannya, teknologi apa yang digunakan, dan akan dikerjakan berapa lama. Yang jelas yang akan membuat INKA, biayanya Rp 4,1 triliun," kata Deputi Kementerian BUMN Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa (9/1/2018).

Adapun pengerjaannya sendiri telah disepakati selama 15 bulan dan total yang dikerjain adalah 36 train set LRT. Sementara dalam 1 train set bakal terdiri dari 6 gerbong. INKA sendiri dijadwalkan akan memulai pembangunan gerbong LRT ini pada 15 Januari 2018.

Sementara itu Direktur Keuangan INKA Mohamad Nur Sodiq menambahkan, dalam memenuhi kebutuhan pendanaan, nantinya akan ada kesepakatan dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) selaku investor.

"Jadi nanti ada semacam ada tandatangan kontrak dengan KAI untuk pengerjaannya, karena mereka kan investor di proyek ini," ucap dia.

Dalam pengerjaannya, INKA akan menggandeng beberapa perusahaan internasional yang memiliki teknologi perkeretaapian. Karena diakuinya, hal ini yang masih menjadi keterbatasan perusahaan, meski ke depannya akan ada transfer teknologi.

"Yang pasti untuk mengerjakan proyek ini kita akan bekerja tiga sift, dan sudah kita masukkan dalam produksi planing perusahaan di 2018, jadi tidak akan menganggu produksi yang lain," tutup Sodiq.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

KAI Dapat Pinjaman dari 12 Bank

Ganjil-Genap Akan Diberlakukan di Area Pembangunan LRT Cawang
Kondisi pengerjaan proyek LRT Jabodetabek di kawasan Cawang, Jakarta Timur, Selasa (22/8). Dinas Perhubungan DKI Jakarta berencana memperluas kawasan ganjil genap hingga ke area pembangunan LRT. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) menandatangani kontrak pinjaman terbesar yang dilakukan oleh perseroan sepanjang sejarah perkeretaapian. Kontrak pinjaman tersebut yakni dengan jangka waktu selama 18 tahun dengan nominal sebesar Rp 18,1 triliun untuk Kredit Investasi dan Rp 1,15 triliun untuk Kredit Modal Kerja dalam mengerjakan proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek.

Penandatanganan perjanjian fasilitas kredit ini dilakukan dengan dua belas bank sindikasi baik Himbara, bank swasta nasional dan swasta asing yang diwakili oleh Joint Mandated Lead Arrangers and Bookrunners (JMLAB). Bank-bank tersebut adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, CIMB Niaga dan PT SMI.

Sedangkan bank lain yang juga bertindak sebagai kreditur dalam transaksi ini di antaranya Bank DKI, The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU), Hana Bank, Shinhan Bank Indonesia, Bank Sumut dan Bank Mega.

Penandatanganan ini merupakan bentuk dedikasi KAI dalam mendukung tersedianya infrastruktur di Indonesia.

Bagi KAI, penandatanganan ini dilakukan agar KAI dapat segera menggarap penugasan Presiden Republik Indonesia, sehingga target operasional LRT Jabodebek pada 2019 mendatang dapat tercapai.

Di sisi perbankan nasional, penandatanganan ini juga menunjukkan adanya harmonisasi di antara perbankan Himbara, swasta lokal, dan swasta asing.

Keterlibatan perbankan asing menegaskan bahwa proyek ini tidak hanya sekadar penugasan dari Pemerintah, namun juga menunjukkan bahwa proyek ini secara komersial dinilai feasible dan bankable.

Pemerintah, yang diwakili oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan menyambut baik penandatanganan kontrak pinjaman antara KAI dengan 12 Bank Sindikasi terkait kerja sama pembangunan proyek LRT Jabodebek.

Menko Luhut menambahkan, dengan nilai pinjaman sebesar Rp 19,25 triliun, dan jangka waktu kontrak selama 18 tahun, menurutnya adalah angka yang besar, dan bisa dijadikan model pendanaan proyek pemerintah lainnya di masa depan.

"Sekarang tidak harus membebani APBN, model pendanaan seperti ini akan kita refinancing setelah berjalan 3-4 tahun ke depan. Nanti mungkin dengan bunga lebih murah kita bisa kembangkan LRT ini dengan trayek yang lebih luas," tambahnya.

Menko Luhut, secara khusus juga mengapresiasi kerja keras yang telah dilakukan oleh berbagai pihak terkait, lintas Kementerian dan BUMN.

"Saya mengucapkan terima kasih sekali atas kerja keras semua pihak hingga bisa seperti saat ini, karena sekarang kita kerjakan semua secara terintegrasi dan bersinergi," tutup Menko Luhut.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya