Survei BI: Inflasi Pekan Keempat Januari 0,73 Persen

Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, ada sejumlah sumber inflasi antara lain harga beras, daging ayam dan cabai.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 26 Jan 2018, 17:44 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2018, 17:44 WIB
Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survei Bank Indonesia (BI) di pekan keempat Januari 2018 menunjukan inflasi Januari sebesar 0,73 persen (mtm). Sementara, secara tahunan sebesar 3,36 persen (yoy).

Gubernur BI Agus Martowardojo menuturkan, inflasi tersebut dalam sasaran target di tahun 2018. Pemerintah sendiri menargetkan inflasi tahun ini 3,5 persen plus minus 1 persen.

"Inflasi kemarin kita sudah lakukan survei sampai Januari minggu keempat itu inflasi ada di 0,73 persen tapi ini survei ya mtm. Dan kalau dilihat yoy 3,36 persen," kata dia di BI Jakarta, Jumat (26/1/2018).

Agus mencatat, terdapat sejumlah sumber inflasi. Antara lain harga beras, daging ayam, hingga cabai.

"Kita memang indentifikasi ada sumber-sumber inflasi misalnya harga beras, daging ayam, kita lihat holtikultura seperti cabai," ujar dia.

Pihaknya mengapresiasi keputusan pemerintah untuk mengimpor beras beberapa waktu lalu. Dia menuturkan, langkah tersebut sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan beras.

"Kita sambut baik pemerintah sudah impor beras karena untuk meyakini tersedianya supply cukup karena Indonesia kan negara kepulauan. Kita mesti meyakinkan bahwa kalaupun beras mesti didistribusikan semua provinsi untuk meyakini tidak ada kekurangan," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Satgas Perketat Pengawasan Distribusi Pangan

Inflasi
Pedagang melayani pembeli di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Satgas Pangan Polri memperketat pengawasan distribusi bahan pokok. Langkah ini bertujuan demi mengantisipasi kenaikan harga pangan akibat gangguan distribusi yang dapat memicu inflasi.

Kepala Satgas Pangan Polri Setyo Wasisto mengatakan, tim satgas pangan menilai pada tahun ini banyak perhelatan yang akan memicu inflasi seperti Asian Games dan pemilihan kepala daerah (pilkada).

Sebab itu, satgas menyiapkan langkah untuk mengantisipasi potensi terjadi inflasi pada tahun ini.

"Seperti yang diketahui 2018 kan banyak sekali event event yang kemungkinan akan mempengaruhi kenaikan inflasi, sehingga harus diantisipasi dari sekarang," kata Setyo, di Gedung Bank Indones‎ia, Jakarta 22 Januari 2018.

Menurut Setyo, seluruh instansi telah menyiapkan tugas pokok masing-masing. Khusus satgas pangan Polri akan mem‎perketat pengawasan pada distribusi pangan.

Setyo mengungkapkan, pengawasan terhadap distribusi sangat penting untuk memastikan stok pangan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasalnya, jika pasokan mengalami kekurangan dapat memicu kenaikan harga yang berujung pada kenaikan inflasi.

"Karena distribusi itu penting jadi produksi sebanyak apapun kalau distribusinya tidak benar akan menimbulkan gejolak harga. Padahal harga itu sangat mempengaruhi inflasi. Begitu harga naik orang tidak mampu beli itu inflasi akan naik. Jumlah orang miskin bukannya turun, malah naik juga," dia menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya