Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah lebih dari dua persen seiring kemungkinan perang dagang. Ditambah rilis data produksi minyak Amerika Serikat (AS) terbaru selama sepekan.
The Energy Information Administration melaporkan persediaan minyak AS naik selama sepekan. Akan tetapi, besarannya mendekati harapan pasar. Persediaan minyak AS naik 2,4 juta barel hingga 2 Maret 2018.
Analis memperkirakan naik 2,5 juta barel. Sedangkan berdasarkan sumber, the American Petroleum Institute (API) melaporkan produksi minyak naik 5,7 juta barel.
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak tertekan usai rilis data API, ditambah penasihan ekonomi AS Gary Cohan yang mengundurkan diri.
Pada perdagangan Rabu (Kamis waktu WIB), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April melemah US$ 1,45 atau 2,3 persen ke posisi US$ 61,15 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent susut US$ 1,45 atau 2,2 persen menjadi US$ 64,34 per barel di the ICE Futures Europe Exchange.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Â
Selanjutnya
Sentimen lainnya juga didorong saham AS melemah sehingga menekan harga minyak. Di sisi lain, dolar AS menguat."Dolar AS menguat dan saham melemah menambah tekanan buat harga minyak," ujar Tyler Richey, co-editor the Sevens Report, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (8/3/2018).
Pengunduran diri penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump yaitu Gary Cohn juga pengaruhi pasar. Rencana pengenaan tarif impor baja dan aluminium berlawanan dengan Cohn.
"Investor menjadi fokus bagaimana tanpa pengaruh Cohn di dalam pemerintahan Trump. Perang dagang akan kelihatan terjadi, ekonomi akan melambat," ujar CEO Sun Global Investments Mihir Kapadia.
Adapun produksi minyak AS dilaporkan naik 86 ribu barel menjadi 10.369 juta barel per hari. Persedian naik 2,4 juta barel hingga 2 Maret. Impor minyak rata-rata 8 juta barel perhari pada pekan lalu atau naik 721 ribu barel per hari. "Kenaikan impor dikombinasikan persediaan di kilang diharapkan dapat memberikan sesuatu," kata Matt Smith, Direktur CliperData.
Advertisement