Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah mengikuti rangkaian kegiatan pertemuan musim semi atau Spring Meeting IMF dan Grup Bank Dunia (World Bank Group) di Washington DC, Amerika Serikat (AS), baru-baru ini. Ada sejumlah isu yang dibahas, di antaranya kondisi perekonomian dunia.
Dalam pertemuan tersebut, dihadiri pula Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, serta Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo.
"Kunjungan yang saya lakukan banyak sekali, agenda dan jadwal cukup padat," kata Sri Mulyani seperti dikutip dari laman Facebook- nya, Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pertama, Sri Mulyani memberi sambutan dalam gala dinner dengan USINDO (The United States-Indonesia Society). Pertemuan tersebut dihadiri para investor, politikus AS, mantan Duta Besar AS untuk Indonesia, dan masih banyak lainnya.
"Saya update tentang ekonomi Indonesia yang sekarang ini memiliki momentum pertumbuhan ekonomi yang kuat. Untuk itu, kebijakan pemerintah adalah tetap menjaga dan memperkuat pertumbuhan ekonomi agar makin berkualitas dan memberi dampak bagi kesejahteraan rakyat," katanya.
Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diharapkan mencapai 5,4 persen. Pemerintah berupaya menjaga stabilitas inflasi, suku bunga, dan nilai tukar rupiah di tengah kondisi perubahan ekonomi dunia yang semakin cepat.
"Tidak mudah menjaga itu semua karena ekonomi dunia berubah cepat. Adanya kenaikan Fed Fund Rate, perang dagang Amerika Serikat dan China, suasana geopolitik harus menjadikan kita waspada guna menjaga momentum (pertumbuhan ekonomi) tersebut," Sri Mulyani menerangkan.
Di tengah ketidakpastian tersebut, dia berujar, pemerintah akan memperkuat investasi dan ekspor. Pemerintah akan menggunakan instrumen kebijakan perdagangan, investasi, dan fiskal, termasuk insentif investasi seperti tax holiday, tax allowance, penurunan pajak UKM, dan insentif untuk meningkatkan kegiatan riset dan pengembangan.
"Itu semua dilakukan untuk meningkatkan kualitas investasi dan competitiveness supaya ekspor bisa meningkat," papar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu.
Sri Mulyani berharap, AS sebagai negara besar dapat memberi contoh yang baik dengan sikap yang terbuka, menciptakan hubungan dengan banyak negara, dan menghormati negara lain dari sisi kedaulatan negara.
Siap Jadi Tuan Rumah Sidang Tahunan IMF-Bank Dunia
Sri Mulyani bersama Rudiantara, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Agus Martowardojo bertemu dengan Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim, selain membahas kondisi ekonomi Indonesia, juga terkait persiapan Indonesia menjadi tuan rumah IMF-World Bank Annual Meeting pada Oktober 2018.
"Pak Luhut menyampaikan update persiapan dan harapan pertemuan tahunan IMF-World Bank. Nantinya bukan hanya memberikan dampak bagi Indonesia, tapi juga ASEAN," tutur Sri Mulyani.
"Karena pertemuan di Bali nanti akan mengundang pimpinan negara ASEAN untuk menunjukkan kepada dunia, ASEAN sebagai kawasan yang kerja samanya patut dicontoh," dia menambahkan.
Di Washington DC, Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia mendirikan booth promosi yang berisi karya seni dan budaya Indonesia. Promosi ini masih dalam rangkaian acara Spring Meeting IMF-World Bank 2018.
"Kita mempersembahkan makanan Indonesia, kain, baju, perhiasan, jaket, banyak sekali yang membeli. Kita juga perkenalkan kopi, dan lukisan mural karya anak bangsa," kata Sri Mulyani.
Advertisement
Bertemu dengan Bill Gates
Sri Mulyani memimpin pertemuan organisasi Pathways for Prosperity, di sela kunjungannya ke Spring Meeting World Bank-IMF 2018.
Organisasi Pathways for Prosperity diprakarsai pasangan miliarder Bill & Melinda Gates Foundation dibantu Oxford University’s Blavatnik School of Government.
Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani membahas mengenai aspek perubahan teknologi yang mempengaruhi negara-negara di dunia. Industri 4.0 dan transformasi teknologi menggunakan robot bersaing dengan lapangan pekerjaan.
"Jadi harus mulai dari sekarang untuk mendesain kebijakan perubahan teknologi supaya tidak menjadi ancaman pekerja maupun kelompok miskin. Ini tantangan tidak mudah, sehingga kita harus mengantisipasi dengan kebijakan pendidikan, pelatihan, perlindungan sosial, termasuk perpajakan," tegasnya.
Sri Mulyani mengadakan pertemuan dengan Internasional Monetary and Financial Committee (IMFC) untuk membahas isu-isu masalah stabilitas sektor keuangan dunia, di antaranya indikasi risiko kenaikan suku bunga acuan AS, kenaikan harga aset, risiko perang dagang AS dan China.
"Bagaimana ini semua akan mempengaruhi dunia. Kita bahas juga teknologi keuangan fintech dan mata uang digital yang bisa mengubah sektor keuangan. Kita harus mengantisipasi dan melindungi masyarakat supaya tidak dicelakai dari perubahan teknologi ini," paparnya.
IMF, sambungnya tetap memperkirakan ekonomi dunia akan bertumbuh 3,9 persen. Indonesia, harus mampu mengantisipasi perubahan arah atau gerak ekonomi dunia, sehingga dapat menjaga dan melindungi ekonomi nasional dari perubahan tersebut.
Terakhir, Sri Mulyani bilang sebagai Ketua Development Committee mengatakan, Bank Dunia baru mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota 189 negara untuk mendapat tambahan modal. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas dalam membantu negara berkembang untuk memerangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan secara lebih cepat.
"Bank Dunia dapat tambangan modal sehingga secara grup bisa melakukan pinjaman atau landing US$ 100 miliar setiap tahunnya. Ini angka yang signifikan yang akan ditujuan untuk negara berkembang seperti Afrika dan Asia Selatan, serta middle income country," terangnya.
Sri Mulyani mengatakan, peranan Indonesia di dunia sangat besar sesuai amanat para pendiri bangsa Indonesia, yakni sebagai warga dunia ikut menjaga ketertiban dunia.
"Ini oleh-oleh saya kepada masyarakat Indonesia pada Spring Meeting IMF-World Bank 2018," katanya.