Sri Mulyani: Saya Tak Takut Berdebat

Salah satu ketakutan Sri Mulyani adalah cara berpikir generasi muda di masa mendatang.

oleh Merdeka.com diperbarui 08 Mei 2018, 10:00 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 10:00 WIB
Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengunjungi Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis (23/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa dirinya tidak takut terhadap tantangan untuk berdebat. Menurut dia, hal lain yang perlu ditakuti adalah cara berpikir generasi muda di masa mendatang.

"Tidak ada yang saya takuti, yang saya takuti adalah cara berpikir, terutama generasi muda yang tidak mau berpikir terbuka. Itu yang saya takuti, karena di situlah saya melihat masa depan Indonesia," kata Sri Mulyani di Gedung Dhanapala, Kementerian Keuangan, Senin (7/5/2018) malam.

"Kalau jabatan, debat, jadi menteri pintar atau enggak pintar, jadi menteri terbaik atau tidak terbaik, itu tidak saya takuti karena itu tidak ada konsekuensinya," ucap dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengatakan, generasi muda yang berpendidikan tinggi harus memiliki tanggung jawab besar terhadap bangsa. Terlebih, kata dia, generasi muda ke depan akan melanjutkan roda kepemimpinan baru.

Menurut Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, kunci keberhasilan generasi muda saat ini ditentukan dari bagaimana cara bersikap dan berpikir. Sebab, kedua hal tersebut, menurut dia, tidak hanya akan berdampak kepada diri sendiri, tapi juga kepada seluruh bangsa Indonesia.

"Negara ini sedang dititipkan pada Anda. Tapi hal yang sangat jelas punya konsekuensi bagi Republik ini adalah cara berpikir Anda dan bagaimana Anda bersikap. Ini konsekuensinya besar sekali pada Republik ini," kata Ani.

Untuk itu, Sri Mulyani meminta kepada seluruh generasi muda untuk lebih percaya diri. Sehingga tidak ada lagi orang yang mempunyai pemikiran sempit dan tidak percaya diri terhadap potensi Indonesia di masa depan.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Keheranan Sri Mulyani

Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat mengunjungi Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Kamis (23/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Sri Mulyani mengaku heran mengetahui masih ada sekolah di daerah yang kondisinya tidak memadai untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Padahal, dana pendidikan yang disiapkan pemerintah besar.

Hal tersebut dia sampaikan saat menyerahkan hasil lelang barang pejabat negara untuk pembangunan 2 ruang kelas SDN Cipinang 3 Bogor kelas jauh.

Sri Mulyani mengatakan, besarnya anggaran untuk pendidikan pada kenyataannya belum mampu menciptakan ruang kelas yang layak bagi anak-anak Indonesia. Kondisi ini, menurut dia, masih sama dengan kondisi 10 tahun lalu. Padahal, jumlah anggaran yang dikucurkan semakin besar.

"Saya sebetulnya melihat tayangan Yappika dan SDN Cipinang 3 Bogor kelas jauh, rasanya agak bergejolak yang saya tahu 10 tahun lalu mengelola anggaran pendidikan sekitar Rp 155 triliun dan tahun ini Rp 440 triliun dan kita masih melihat sekolah yang kondisinya masih sangat tidak sesuai dengan kriteria kita untuk memberi ruang belajar dan mengajar yang baik kepada anak didik di Indonesia," ujarnya di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (2/5/2018).

Sri Mulyani mengatakan, dirinya selalu mempertanyakan manfaat penggunaan anggaran yang cukup besar setiap kali mendapat tayangan mengenai infrastruktur sekolah yang tidak layak. Selain itu, peran pemerintah daerah yang seharusnya memberi anggaran sebesar 20 persen untuk pendidikan juga dinilai belum berdampak besar.

"Setiap kali saya mendapat tayangan sekolah yang belum layak saya selalu bertanya di mana anggaran pendidikan itu pergi. Bagaimana penggunaannya dan juga komitmen pemda untuk juga mengalokasikan 20 persen APBD-nya sehingga seharusnya bisa memulai secara bertahap perbaikan fasilitas belajar mengajar dan tentu juga meningkatkan kesejahteraan guru," jelasnya.

Hingga kini, ada sebanyak 200.000 ruang kelas sekolah di seluruh Indonesia yang tergolong rusak parah dan rusak sedang. Untuk itu, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut mengajak kementerian terkait dan pemerintah daerah dapat memetakan berapa sebenarnya anggaran yang dibutuhkan untuk memperbaiki ruang kelas yang tidak layak di Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya