Bandara Kulon Progo Bakal Tahan Gempa dan Tsunami

Gedung terminal bandara baru di Yogyakarta juga mengusung konsep 'green building.'

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2018, 12:16 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2018, 12:16 WIB
Bandara Kulon Progo
Bandara Kulon Progo siap sambut wisatawan mancanegara terutama dari Timur Tengah (Foto: Liputan6.com/Yanuar H)

Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura I merancang Bandar Udara (Bandara) Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, mampu bertahan terhadap gempa berkekuatan hingga 8,8 Skala Richter. Bandara ini juga disiapkan bisa menahan terjangan gelombang tsunami setinggi empat meter.

"Bandar Udara Internasional Yogyakarta (NYIA) dirancang tahan gempa dan tsunami. Kami merancang konsep gedung terminalnya adalah 'green building' dan dirancang tahan gempa maupun tsunami," ujar Project Manager Pembangunan NYIA PT Angkasa Pura (AP) I, Taochid Purnama Hadi, seperti dikutip Antara, Jumat (21/9/2018).

Dia mengatakan landasan pacu (runway) dibuat dalam ketinggian bidang empat meter di atas permukaan laut. Lokasinya berada pada jarak 400 meter dari bibir pantai.

Kemudian, terminal jaraknya satu kilometer dari landasan pacu, sehingga ada jeda waktu penyelamatan diri, bila ada kemungkinan terburuk terjadi gempa maupun tsunami.

"Kami sudah membahas panjang lebar terkait risiko bencana itu dengan para pakar dan akademisi serta ahli bidang terkait dari Jepang untuk membuat simulasi gempa dan tsunami di bandara baru. Kami juga konsultasi dengan BMKG pusat soal potensi-potensi ancaman tsunami dan karakteristiknya," jelas dia.

Selain itu, di kawasan bandara akan dibangun gedung crisis center yang berfungsi sebagai tempat evakuasi sementara (TES) bagi orang dalam bandara maupun warga sekitar bandara. Konstruksinya berupa gedung yang ditopang pilar-pilar tinggi dan dilengkapi ram pada akses masuknya.

Luasan bangunannya sekitar 4.000 meter persegi dan sanggup menampung hingga 1.000 orang. Ketika terjadi gempa dan alarm waspada tsunami berbunyi, pintu-pintu di samping gedung akan terbuka sehingga masyarakat bisa langsung mengaksesnya tanpa harus lari terlalu jauh ke tempat evakuasi.

Lantai dua terminal yang tingginya enam meter dari lantai dasar dikonsep sebagai TES untuk penumpang dan komunitas bandara. Jadi, ketika tsunami terjadi, penumpang tidak perlu panik dan langsung diarahkan untuk mengamankan diri di lantai dua.

"Mereka tidak akan dibiarkan berada di dalam pesawat dan langsung dilarikan ke terminal ataupun crisis center sehingga aman," kata Taochid.

Sementara itu, Juru Bicara Proyek Pembangunan NYIA Agus Pandu Purnama mengatakan bahwa posisi landasan pacu pesawat nantinya tidak akan sejajar lurus garis pantai melainkan sedikit menyerong pada sudut 11-29 derajat.

Hal ini untuk menghindari adanya crosswind (angin dari samping) dari arah laut yang membahayakan penerbangan.

"Desain arah landasan menyerong, pesawat akan dengan mudah takeoff (lepas landas) maupun landing (mendarat) karena posisinya sesuai arah headwind (angin dari depan)," katanya.

AP I Ajak Pengusaha Investasi di Bandara

Operasional Bandara Baru Kulon Progo Dimulai Akhir April 2019
Operasional bandara baru Kulon Progo akan mulai akhir April 2019. (Liputan6.com/Yanuar H)

PT Angkasa Pura I (Persero) mengumpulkan para pengusaha dan membuka peluang kerja sama di berbagai bandara.

Ini seiring akan beroperasinya beberapa bandara lain yang ditargetkan selesai 2019 dan 2020. Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I, Devy Suradji mengatakan, ada tiga proyek pengembangan bandara yang sedang dilakukan oleh Angkasa Pura I.

Proyek itu bagian dari proyek strategis nasional (PSN), yaitu Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, dan Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo. Bahkan, Bandara Ahmad Yani sudah mulai beroperasi sejak Juni 2018 lalu meskipun pembangunannya belum tuntas seratus persen. 

"Selain itu, Angkasa Pura I juga melakukan pengembangan bandara lainnya, seperti Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, T3 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Bandara Lombok Praya, Bandara Sam Ratulangi Manado, dan Bandara El Tari Kupang," kata Devy kepada wartawan, Kamis (6/9/2018).

Pengembangan sembilan bandara tersebut merupakan solusi untuk mengatasi lack of capacity yang terjadi di bandara-bandara tersebut. Kapasitas bandara tidak dapat mengimbangi pertumbuhan trafik penumpang yang meningkat signifikan setiap tahunnya. 

Misalnya di Bandara Ahmad Yani Semarang, yang hanya memiliki kapasitas 800 ribu penumpang per tahun, namun pada 2017 lalu dipaksa melayani 4,4 juta penumpang.

Dengan beroperasinya terminal baru, Bandara Ahmad Yani Semarang kini dapat melayani 6,9 juta penumpang per tahun atau hampir sembilan kali lipat. 

Pada 2017, 13 bandara Angkasa Pura I melayani hampir 90 juta penumpang, tumbuh 6 persen dibanding tahun sebelumnya.

Berdasarkan survei Customer Satisfaction Index (CSI) yang dilakukan oleh Indonesia National Air Carriers Association (INACA), 40 persen penumpang tersebut melakukan perjalanan lebih dari 5 kali dalam setahun. Lalu 64 persen penumpang melakukan aktivitas berbelanja di bandara. 

Potensi pertumbuhan trafik penumpang yang relatif tinggi dari tahun ke tahun serta massifnya pengembangan bandara-bandara tersebut merupakan peluang yang bagus bagi para pelaku bisnis ritel untuk menjadi mitra usaha di bandara. 

"Untuk itu kami mengundang para pebisnis dan pemilik merek untuk bergabung sebagai mitra usaha di bandara-bandara Angkasa Pura I, bersama-sama tumbuh bersama Angkasa Pura I, memberikan pelayanan dan pengalaman unik di bandara kepada para pengguna jasa,” ujar Devy. 

Devy menuturkan, keberadaan mitra usaha di bandara secara otomatis akan meningkatkan kinerja bisnis bandara. Para mitra usaha ini juga berperan dalam menambah kenyamanan di bandara. 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya