Harga Minyak Susut Dipicu Kekhawatiran Membanjirnya Pasokan

Kedua patokan harga minyak ini masih memiliki pencapaian harga bulanan terlemah dalam lebih dari 10 tahun pada November.

oleh Nurmayanti diperbarui 01 Des 2018, 06:31 WIB
Diterbitkan 01 Des 2018, 06:31 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia melemah dipicu kekhawatiran pasokan yang berlebih dan penguatan Dolar Amerika Serikat (AS). Namun penurunan harga masih dibatasi harapan bahwa Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia akan menyetujui rencana pemotongan produksi pada minggu depan.

Melansir laman Reuters, Sabtu (1/12/2018), harga minyak berjangka Brent untuk Desember turun 80 sen, atau 1,3 persen ke posisi USD 58,71 per barel.  Sementara harga minyak mentah AS turun 52 sen, atau 1 persen, menjadi USD 50,93 per barel. 

Kedua patokan harga minyak ini masih memiliki pencapaian harga bulanan terlemah dalam lebih dari 10 tahun pada November. Harga turun lebih dari 20 persen karena pasokan global telah melampaui permintaan.

Harga minyak juga berada di bawah tekanan penguatan Dolar  terhadap sejumlah mata uang. Ini setelah investor berharap bahwa Amerika Serikat dan China akan mencapai kesepakatan terkait pembicaraan perdagangan.

Dolar yang lebih kuat membuat greenback-denominated oil lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga sempat memangkas kerugian dari posisi terendah setelah Bloomberg melaporkan komite penasihat OPEC menyarankan penurunan produksi sebesar 1,3 juta barel per hari dari tingkat bulan lalu, menurut para pedagang.

"Harga minyak memantul kembali pada akhir hari Jumat pada laporan bahwa komite OPEC telah menyarankan 1,3 juta barel per hari turun dari level Oktober," kata Fawad Razaqzada, Analis Pasar di Broker berjangka Forex.com.

"Tekanan tentu telah membangun karena harga terus turun di tengah kekhawatiran yang sedang berlangsung atas pasokan yang berlebihan dan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah ... Jika tidak ada tindakan yang diambil, harga minyak pasti bisa turun lebih jauh, sementara pemotongan produksi harus mengarah ke rebound yang cukup besar untuk ini," kata dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengurangan Produksi

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Sebelum pertemuan OPEC di Wina, tiga produsen teratas dunia - Amerika Serikat, Rusia, dan Arab Saudi - akan menjadi bagian dari pertemuan akhir pekan ini dari Kelompok 20 negara industri di Buenos Aires, Argentina.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak akan bertemu dengan mitranya dari Saudi pada KTT G20 di Argentina dan membahas pengurangan produksi minyak pada 2019, kantor berita RIA mengatakan.

Dia juga dilaporkan telah mengatakan bahwa produksi minyak 2019 Rusia diperkirakan pada tingkat yang sama dengan tahun ini tetapi dapat disesuaikan, tergantung pada kesepakatan antara OPEC dan anggota non-OPEC.

Meningkatnya produksi minyak di Amerika Serikat, Rusia dan oleh anggota OPEC yang didominasi Timur Tengah telah membantu mengisi persediaan global dan menciptakan kekenyangan di beberapa pasar.

Produksi minyak mentah AS naik sekitar 129.000 barel per hari (bpd) pada bulan September ke rekor baru sekitar 11,5 juta bpd, menurut Administrasi Informasi Energi dalam laporan bulanannya. Perlambatan pertumbuhan permintaan minyak menambah jumlah kelebihan pasokan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya